Part 8 - Love Theory

120 24 1
                                    

Pagi-pagi sekali Renjun membangunkanku, padahal seingatku semalam dia bilang kalau agensi memberikan libur sehari sebelum kami disibukkan dengan kegiatan persiapan comeback.

"Mingmei! Bangun! Tumben kau bangun kesiangan? Biasanya juga bangun lebih dulu. Tidur jam berapa sih semalam?" Omel Renjun sembari merebut dengan paksa selimutku, dia persis sekali seperti ibu-ibu yang mengomeli anaknya.

"Aku tidur larut malam, kan besoknya libur. Lagian kau kenapa sih pagi-pagi sudah mengomel?" Aku menyembunyikan wajah di balik bantal.

"Ada Winwin Hyung di bawah, dia mengajak kita pergi ke suatu tempat. Cepat mandi dan pergi sebelum member lain tahu," ujar Renjun.

Mataku langsung terbuka lebar dan refleks duduk, yang mana membuat mataku berkunang-kunang.

"Jadi kita pergi diam-diam?" tanyaku, masih memegangi kepala karena pusing.

Renjun mengangguk. "Jam segini Jisung sama Jeno masih tidur."

"Kutunggu di luar, tidak lebih dari sepuluh menit atau kau akan kutinggal," ujar Renjun sebelum menutup pintu.

Wajah Renjun terlihat serius, jadi kemungkinan besar tempat yang akan ia kunjungi begitu penting.

Aku melompat dari ranjang. Dan karena kecerobohanku, pendaratanku tidak mulus. Sebuah botol minuman yang entah bagaimana bisa ada di bawah terinjak kakiku yang mana menyebabkan aku terpeleset dan terjerembab.

Dugh!

Aku meringis saat sikuku teratuk pojok nakas sehingga sedikit berdarah.

Bahkan dalam tubuh Jaemin pun, aku tidak bisa menghilangkan sifat cerobohku. Dasar!

Tidak memedulikan luka itu, aku segera ke kamar mandi.

Tidak sampai sepuluh menit, aku sudah selesai bersiap-siap. Ternyata menjadi laki-laki tidak seribet saat aku jadi perempuan, apalagi saat terburu-buru. Dan aku juga tidak perlu memusingkan baju apa yang kupakai karena apapun baju yang kukenakan sekarang, Jaemin akan tetap terlihat tampan.

***

Dengan mobil yang entah milik siapa, Winwin yang bertugas menyetir membawa kami ke sebuah tempat dengan perjalanan sekitar empat puluh lima menit.

"Ayo turun," ajak Winwin dengan ramah, pemuda itu tersenyum sebelum membuka pintu mobil dan turun lebih dulu.

"Kita ada di mana?" tanyaku.

Renjun terlihat terkejut, entah dibuat-buat atau memang dia benar-benar terkejut. "Sebagai seorang mahasiswa kau tidak tahu tempat ini?"

Aku menggeleng. "Tempat ini kan jauh dari kampus."

"Kita sekarang ada di perpustakaan kota," jawab Renjun. "Haha, membosankan bukan?"

"Kenapa kita ke sini?" tanyaku.

Renjun turun dari mobil, aku juga otomatis ikut turun.

"Kita mau konser," jawab Renjun, berusaha melawak.

"Hahaha, tidak lucu, Renjun." Aku melirik Winwin yang masuk ke perpustakaan lebih dulu. "Yang lucu itu Winwin Ge."

"Ya menurutmu? Kita ke perpustakaan mau ngapain?"

Aku memutar bola mata kesal. "Bolos kelas."

"Kukira kau itu hanya ceroboh, ternyata kau juga bodoh dan lemot ya?"

Ucapan ringan dan tanpa pikir panjang itu membuatku kesal. "Apa Renjun? Coba bilang lagi?"

Renjun tertawa, dia mengelus pelan rambutku. "Jangan menyebalkan seperti Haechan ya?"

Neo Zone: DreamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang