🗒 ❛ 06 ༉‧₊˚✧

334 51 4
                                    

❬ ⸙: ✰❛about you; ❀❜ ❭

"napa lo? galau gitu, kayak punya pacar aja," bachira menepuk pelan bagian belakang kepala isagi.

"anjing," isagi mengumpat. lamunannya langsung buyar.

bachira tak peduli dengan wajah jengkel isagi sekarang. siapa suruh lelaki itu terlihat merenung, melamun, sambil mengaduk-aduk jus alpukatnya?

yang benar saja! ini seperti bukan isagi!

"tau. masih galauin shirayuki?" kara bertanya, dengan nada meledek.

"apaan sih, kar? mulut lo ampas banget, jing," isagi melirik judes.

"DIEM AJA LAH GUE!!" kara berseru galak. posisinya serba salah.

"bacot anying kara. diliatin kan, tai," chigiri langsung menutupi mukanya. tak mau ikut jadi bahan pergunjingan.

"udah, lo diem aja, nggak usah ikut campur urusan orang," kata rin, sambil merangkul bahu kara, mendekatkan tubuh mereka.

"gimana ya.. mulut lo pedes, tapi kelakuan lo bikin baper, sialan," kara menggerutu, masih saja serba salah!

bachira menghela napas, chigiri lanjut memakan cireng, kunigami menghabiskan suapan terakhir roti bakar coklatnya, reo menghitung saldo rekening, nagi bermain game, dan shina melihat nagi bermain game.

isagi? masih melamun. jelas sekali kalau ia sedang menggalaukan sesuatu.

"lo kenapa? gue bukannya gimana, tapi ngeri liat lo begini, kayak kerasukan, sat," bachira bertanya lagi. kalau isagi masih sensi, ia memilih pergi saja.

"gak tau. nggak ngerti gue juga," isagi menjawab seadanya. mana mungkin memberitahu keadaan sebenarnya? bisa diledeki habis-habisan kalau mereka tahu siapa yang sedang mengisi pikiran isagi saat ini.

"ngent*t," bachira mendecak, kali ini dia yang kesal.

isagi juga sama. bedanya, ia berdiri, mengabaikan jus alpukat yang belum diminum sama sekali, lalu berjalan menuju kelas setelah membeli satu roti bungkus isi coklat seharga 5000 rupiah.

sampai di kelas, isagi melihat yuki. sendirian di sana, membaca buku, dan terlihat earphone di telinganya tersambung dengan ponselnya di atas meja.

isagi berjalan ke arahnya. meletakkan roti bungkus itu tepat di samping ponsel yuki. sengaja. memang roti itu dibelinya untuk yuki.

yuki mengangkat kepalanya. melepas satu earphone, menatap isagi lekat-lekat. meminta penjelasan.

"buat lo. biar nggak mati kelaperan."

"gue udah makan," kata yuki, hati-hati. meskipun ia masih sedikit kesal. tapi ia teringat akan pesan yang mendiang neneknya sampaikan: hargai sekecil apapun pemberian orang.

"bawa pulang aja. buat makan malem kek. asal jangan lo kasih ke orang lagi," kata isagi. duduk, kemudian mengeluarkan ponselnya. memainkan benda itu, membuka aplikasi secara random demi membunuh kecanggungan yang sedang kentara ini.

"kenapa?" yuki bertanya, iseng.

"lo nggak denger pertama gue bilang apa? buat lo. nggak ada tambahan buat dikasih ke orang. buat lo ya berarti harus lo yang makan," isagi menjawab. mendadak grogi.

yuki menunduk. seolah pikirannya mengalahkan lagu taylor swift yang sedang di dengarnya sekarang, lantas ia berkata "makasih" dengan pelan.

"hm," isagi bergumam kecil. "gue mau nanya."

[✔] [3] chairmate ; isagi yoichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang