1. Di Bawah Hujan

333 14 21
                                    

𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲!!!

𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐢𝐬!!
𝐡𝐨𝐩𝐞 𝐲'𝐥𝐥 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 𝐢𝐭!!

𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐮

·˚✎ ﹏


─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Derasnya hujan membasahi permukaan bumi. Di sebuah halte, seorang gadis melamun memandang langit yang gelap. Sampai lamunannya dikejutkan oleh suara benturan keras yang tak jauh dari tempatnya berada.

Alkina menghampiri kerumunan yang tercipta akibat peristiwa tersebut. Semua orang hanya memandang laki-laki itu tanpa berniat untuk membantu, bisik-bisik terdengar jelas di telinga. Dengan keadaan basah kuyup sama seperti yang lain, Alkina menghampiri tubuh lemas laki-laki yang terbaring tak sadarkan diri di permukaan aspal dengan darah segar yang mengalir di dahinya.

"Kenapa malah pada diem sih? cepat hubungi keluarganya!" teriak Alkina pada orang-orang di sana. Pengelihatannya sedikit sulit akibat air hujan yang jatuh di wajahnya.

"Masalahnya kami gak ada yang tau dia siapa? dia juga gak bawa identitas, KTP gak ada, hp gak ada, bahkan dompet aja dia gak bawa," ucap salah satu orang tersebut.

Benar, mereka tidak membantunya bukan karena tak mau. Melainkan, karena laki-laki itu tidak membawa identitas.

"Setidaknya ada tindakan pertolongan pertama! ya udahlah, tolong cari kendaraan buat bawa dia ke Rumah Sakit," titah Alkina.

Tak butuh waktu lama, sebuah mobil tiba. Tanpa berpikir panjang lagi, orang-orang di sana dengan cepat membawa laki-laki itu masuk ke dalam mobil. Dan segera bergegas menuju rumah sakit terdekat.

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Alkina duduk termenung di ruang tunggu Rumah Sakit, berharap Dokter yang menangani laki-laki itu keluar dari ruangannya dengan membawa kabar baik.

Tanpa ia sadari, handphone-nya bergetar sejak tadi. Ternyata Kakak sepupunya yang menelpon. Segera ia angkat telepon tersebut.

"Lo di mana, sih?!" tanya Nino kesal.

"Gue di ru-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, kalimat Alkina sudah dipotong terlebih dahulu oleh Nino.

"Kalo ke mana-mana tuh bilang, jangan bikin saudaranya panik!!" Alkina tersentak kala Alnino membentaknya.

Sekitar 9 jam yang lalu, Alkina pamit meninggalkan rumah. Dan sekarang sudah pukul 23.10? Ah, Alkina tidak sadar jika sudah selama itu. Ia merasa bersalah sudah membuat orang rumah panik hanya karena mengkhawatirkannya.

"Sorry, gue lagi di rumah sakit," cicit Alkina membuat Alnino tersentak, untuk apa Alkina di sana? Apakah gadis itu sakit?

"Ru-rumah sakit? ngapain? lo sakit? sakit apa?" Berbagai pertanyaan Alnino lemparkan secara beruntun. Ia semakin khawatir dengan keadaan sepupunya itu.

Alkina membuang napasnya panjang. Lalu ia berkata, "enggak, bukan gue yang sakit, tapi tadi nolongin orang kecelakaan di jalan."

"Sharelok Rumah Sakitnya, gue ke sana." Alnino yang sedang membaringkan tubuhnya sofa pun segera bangkit dan mengambil kunci mobilnya, ia berlari menuju garasi di mana mobilnya berada.

Tak lama kemudian, ia mendapat kiriman pesan dari Alkina. Segera ia menancap gas mobilnya untuk menyusul Alkina.

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

BLIND LOVE || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang