2. Alea Archelia

240 11 19
                                    

𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲!!!

𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐢𝐬!!
𝐡𝐨𝐩𝐞 𝐲'𝐥𝐥 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 𝐢𝐭!!

𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐮

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Nino menarik tangan Alkina, membuat Alkina terkejut.

"Napa sih, Bang?!" tanya Alkina heran. Pergelangan tangannya terasa sakit akibat ditarik Alnino.

Bukannya menjawab pertanyaan sepupunya, Alnino malah berkata, "anu... kami pamit dulu, ya. Takut kemaleman," ucapnya sembari keluar rumah.

"Kalau ada apa-apa, kabarin kami aja!" teriak Alnino yang sudah berada di depan mobilnya. Tangan kirinya masih menggenggam tangan Alkina, gadis itu meringis karena terasa sakit.

"Terimakasih banyak," lirih Azlan. Setitik cairan bening meluncur di pipi kirinya. Azlan teringat bagaimana detik-detik sebelum ia kecelakaan, bak kaset yang diputar ulang kembali.

~Flashback~

Gemuruh petir menggema di penjuru langit-langit, air hujan tak kunjung reda, justru semakin deras.

"Jo, gue balik duluan, ya." Dengan tergesa-gesa, Azlan merapikan barang-barangnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30, seragam kerja yang ia kenakan ditaruh di loker miliknya. Bocah yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA itu bekerja paruh waktu, ia harus bisa membagi waktunya antara belajar dan mencari penghasilan untuk menghidupi dirinya dan adik laki-lakinya.

"Loh, Lan. Masih ujan, santai aja dulu di sini," saran seorang laki-laki. Dia Jonathan, teman dekat Azlan sejak SMP, sekaligus putra dari pemilik cafe kecil tersebut.

"Adek gue sendirian di rumah."

"Owalah."

"Sorry, Jo. Gue duluan." Azlan bergegas menghampiri motornya yang berada di luar cafe.

"Yaa, hati-hati, Lan. Jangan ngebut-ngebut, jalanan licin." Jonathan sedikit berteriak karena Azlan sudah keluar dari cafe.

Azlan yang mendengarnya dari luar pun hanya mengacungkan ibu jarinya.

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Azlan melaju dengan kecepatan tinggi. Derasnya hujan mulai membasahi tubuh dan kepalanya yang tak mengenakan helm.

Azlan semakin melajukan kecepatannya kala ia merasa bahwa jalanan terlihat sepi. Sampai ketika ia melewati suatu tikungan, sebuah mobil datang dari arah berlawanan dengan kecepatan yang setara dengan kecepatan motor milik Azlan. Azlan menghindar, namun nasib baik tak berpihak padanya, jalan aspal itu sangat licin.

Roda belakang motornya tergelincir, laki-laki itu terpelanting dan kepalanya terbentur batu besar di sana. Pandangannya mulai kabur, napasnya tersengal, samar-samar ia melihat sekumpulan Manusia menghampirinya.

"Azka.., tunggu Kakak," batinnya sebelum kesadarannya hilang.

~Flasback Off~

Azlan menggelengkan kepalanya, ia tak ingin mengingatnya lagi. Azlan menarik napasnya dalam-dalam, kemudian mengembuskan nya lagi.

Azlan merasakan sang adik sudah tertidur pulas di sampingnya, ia mengelus rambut halus Azka. Lagi dan lagi, cairan bening meluncur bebas di permukaan pipinya.

BLIND LOVE || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang