5. Lebenscafé

135 7 18
                                    

𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲!!!

𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐢𝐬!!
𝐡𝐨𝐩𝐞 𝐲'𝐥𝐥 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 𝐢𝐭!!

𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐮

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

"Sial," umpat Jonathan. Ia berada di cafe miliknya, ditemani Farzan dan Juna yang duduk di sana. "Gue juga mau ikut, tapi kenapa harus gue yang jaga cafe ini? Lagian juga nih cafe sepi, kok. Gak masalah kalo ditinggal juga," gerutu laki-laki itu.

"Sabar, si Malvin udah janji bakal bawa mereka ke sini," ucap Juan menenangkannya. Di tangannya terdapat benda pipih yang disebut Handphone. Posisi handphone-nya miring, begitupun handphone Farzan, sepertinya mereka sedang bermain game online bersama.

Jonathan, atau biasa dipanggil Jo itu meletakkan kepalanya di tangan yang ia silangkan di atas meja, wajah lusuhnya memandang keluar jendela.

Beberapa detik kemudian, ia mengangkat wajahnya, pupilnya membesar, dan wajahnya terlihat sumringah, ia berdiri dari duduknya.

"Azlan!!" seru Jo saat netranya melihat Malvin dan Keanu kembali dengan motor mereka masing-masing.

Farzan dan Juna ikut berdiri karena fokus mereka teralihkan oleh seruan Jo. Namun, dengan sekejap, mereka bertiga mengerutkan kening bersamaan.

Mereka tak melihat Azlan dibonceng salah satunya, melainkan, sebuah mobil yang mengiringi keduanya dari belakang. Ketiganya saling pandang.

Azka keluar dari mobil, ia segera membantu sang Kakak untuk turun juga.

Jo, Farzan, dan Juna yang melihat kakak beradik itupun langsung bergegas menghampirinya.

Sesampainya mereka bertiga, Jo langsung memeluk Azlan, ia menangis dipelukannya. Tak dapat dipungkiri jika terselip perasaan bersalah dan menyesal di hati Jo. Laki-laki itu melepas pelukannya, lalu tersenyum pada Azka.

Alkina dan Alnino baru saja keluar dari mobil, melihat papan nama yang ada di depan mata mereka saat ini.

"Lebenscafé?" lirih mereka bersamaan.

"Kafe kehidupan." Malvin datang menghampiri mereka. "Diambil dari bahasa jerman," sambungnya.

"Kafe ini punya lo?" tanya Alnino.

"Punya kami." Bukan Malvin yang menjawabnya, melainkan Jo yang baru saja ikut bergabung dengan mereka.

"Eh? kalian bersaudara?" Giliran Alkina yang bertanya.

"Ya, perkenalkan, Jonathan Valdo Emilliano. Bisa dipanggil Jo." Jo mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh tangan Alkina.

"Malvin Christov Emilliano." Malvin juga ikut mengulurkan tangannya.

"Naureen Alkina," kata gadis itu.

Alkina berkali-kali memanggil Nino dengan bisikan, namun tak kunjung mendapat jawaban. Laki-laki itu masih bersama isi pikirannya sendiri.

"Alnino!!" sentak gadis itu ditelinga sepupunya.

"O-ohh, iya, Alnino Sagara." Alnino mengusap-usap telinga yang masih terasa suara teriakan milik Alkina.

Nino menatap kedua laki-laki itu secara bergantian.

"Kenapa? gak mirip, ya?" tanya Malvin. Jo terkekeh, lalu pergi menyusul Juna, Azlan dan juga Azka yang sudah berada di dalam.

BLIND LOVE || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang