7. Hilang

115 6 16
                                    

𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲!!!

𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐢𝐬!!
𝐡𝐨𝐩𝐞 𝐲'𝐥𝐥 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 𝐢𝐭!!

𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐮

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Farzan membaringkan tubuh Azka di tempat tidur Nino, ia pun turut merebahkan diri di sampingnya. Kini mereka bertiga sudah berada di Apartemen Nino. Sang tuan rumah duduk di jendela yang baru saja ia buka, merasakan angin malam yang berhembus.

"Lo masih kepikiran gak, sih, Zan?" tanya Nino mengalihkan pandangannya pada Farzan.

Farzan tak menjawab, ia masih menatap langit-langit dengan tatapan kosong, entah apa yang sedang dipikirnya.

"Zan...? Farzan...?" panggil Nino. Namun, ia masih belum mendapat respon dari orang yang tengah dipanggilnya.

"Zan!!" teriak Nino yang merasa jengkel.

Sontak, Farzan terperanjat dari aktifitas santainya, membuat posisinya menjadi duduk, lamunannya seketika hilang entah kemana.

"Hah? Apa? Kenapa?" Awalnya ia bingung, Nino hanya menatapnya tanpa kata. Setelah menenangkan pikiranya beberapa detik, ia paham apa yang sedang dimaksud Nino.

"Ntahlah, Nin. Gue gak yakin, kayaknya tadi mata gue lagi ngantuk," ujarnya. Ia merebahkan dirinya kembali.

"Tapi, kan, yang liat itu, gak cuman lo. Gue juga liat dengan mata kepala gue sendiri," sangkal Nino yang masih kekeuh kalau laki-laki tadi adalah Juvan, sahabat mereka yang dulu hilang.

"Mata kepala, mata kepala. Mata kaki, noh!" cibir Farzan.

Nino kembali memandang keluar jendela. Dari atas, ia melihat kelap-kelipnya lampu kendaraan yang berlalu-lalang. Laki-laki itu memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam udara malam yang terasa lebih dingin dari biasanya. Kemudian, sekumpulan karbon dioksida dikeluarkan melalui hidung. Matanya pun ikut terbuka kembali.

"Zan, kalo tadi emang Juvan. Pasti dia dendam sama gue. Lo aja masih marah, apalagi dia?" ujar Nino tanpa mengalihkan pandangannya dari Jalan Raya di bawah sana.

Namun, lagi dan lagi, Farzan tak merespon dirinya. "Zan??"

"Zan, dengerin gue ngomong, gak, sih??" Kesal Nino, ia membalikkan badannya menghadap Farzan. Wajah kesalnya seketika menjadi santai setelah melihat Farzan yang sudah terlelap di sampimg Azka.

"Udah tidur," batinnya.

Nino menutup jendela itu, berjalan menuju sofa di dekatnya, membaringkan diri di sana, tangannya ia jadikan sebagai bantalan. Perlahan, Nino mulai memejamkan kedua matanya, ia ikut terlelap. Baru beberapa detik, dengkuran kecil terdengar di sela-sela napas laki-laki itu.

Farzan membuka matanya, ia tak tidur, ia hanya memejamkan mata. Jiwa, raga, dan pikirannya terlalu lelah untuk mendengar ocehan Nino. Laki-laki itu kalut dalam pikirannya sendiri, teringat kembali bagaimana peristiwa tadi terjadi.

~•~ Flashback ~•~

"Juvan?" batin Farzan dan Nino menyebut nama yang sama dalam hati masing-masing.

Farzan baru saja akan turun menghampiri pemotor itu, tapi Nino sudah lebih dulu mencegah lengannya.

Ini adalah kesempatan bagi pemotor itu untuk kabur, sosok itu kembali mengenakan helmnya, dengan segera ia tinggalkan sebuah mobil yang tadi nyaris menabraknya.

BLIND LOVE || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang