6. Kecurigaan

123 7 28
                                    

𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲!!!

𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐢𝐬!!
𝐡𝐨𝐩𝐞 𝐲'𝐥𝐥 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 𝐢𝐭!!

𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮𝐮


─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Nino mendapati dirinya keluar dari toko buku, ia baru saja selesai membeli novel yang Alkina bicarakan kemarin. Niat hati ingin membuat sepupunya senang, ia merasa bersalah karena kerap membuat gadis itu marah dan menangis.

Laki-laki itu keluar dengan setenteng tas kecil berisikan beberapa buku novel di dalamnya, tak sengaja ia melihat Azka yang masih mengenakan seragam putih abu-abu berdiri di tepi jalan. Nampaknya bocah itu sedang menunggu jemputannya.

"Akhir-akhir ini dia pulangnya malem, yah?"

Tak butuh waktu lama, ojek online yang dipesan Azka pun sampai. Awalnya tak ada yang aneh, sebelum Nino menyadari bahwa jalur yang Azka tuju justru berlawanan dengan jalur ke rumah bocah itu.

"Kok, ke sana? tuh bocah mau ke mana, dah?" tanya Nino pada dirinya sendiri.

Sedetik kemudian, ia bergegas masuk ke mobilnya, segera ia tancapkan gas mengikuti bocah itu. "Kesempatan emas, gak boleh dilewatin. Ini waktunya ngebuktiin kecurigaan gue waktu itu bener atau enggak. Kenapa tiga hari yang lalu, bajunya dia bau alkohol," batinnya.

Nino dengan hati-hati membuntutinya, berusaha agar jaraknya tak terlalu dekat, namun juga tak kehilangan jejak.

Kurang lebih, butuh waktu 15 menit untuk Azka sampai di lokasi tujuan. Dugaan Nino karena kejadian 3 hari yang lalu ternyata benar.

Nino berada di dalam mobilnya seorang diri. Tidak ada sedikitpun senyum manis yang selalu ia perlihatkan, matanya begitu tajam, sangat tajam. Kini, di depan mata kepalanya sendiri, terdapat sekumpulan remaja yang tengah bersiap untuk pesta minuman keras. Dan di antara mereka, terdapat seseorang yang ia kenal.

"Azka," batinnya. "Sejak kapan?"

Nino meraih ponselnya di dashboard mobil, mencari sebuah kontak untuk dihubunginya saat ini.

Nino mendekatkan ponselnya ke telinga. "Halo, Pah. Nino mau lapor, ada pesta miras di sini. Lokasinya udah Nino kirim ke papah," katanya. Kemudian dia tutup panggilan itu.

Salah satu laki-laki menghampiri Azka yang baru saja tiba. "Dari mana aja, Ka? lama amat datengnya," celetuk laki-laki itu.

Azka mencari tempat untuk dirinya duduk. Setelah mendaratkan bokongnya di sebuah kayu besar bekas bangunan, ia mendongakkan kepalanya ke atas, membuang napasnya kasar, kemudian dipatiknya pematik api untuk membakar sebatang rokok yang berada di sela kedua jarinya, lalu menghisapnya.

"Kerja kelompok," jawab Azka setelah membuang asap dari mulutnya.

"Masih mikirin sekolah?" Sosok lain duduk di samping Azka dan merangkul pundaknya. "Besok bolos, yok. Kita janjian di kantin belakang, terus cabut bareng," lanjutnya.

Azka melepas rangkulan itu. "Gak ah, gak mau bolos," ucapnya.

"Ah! gak seru. Sekali-kali refreshing gitu." Laki-laki itu kekeuh memaksa Azka mengikutinya.

BLIND LOVE || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang