2. Semakin Tua

343 72 13
                                    





Musim semi adalah musim terbaik di Korea, seperti saat ini. Sepanjang perjalanan pulang sekolah, Mina mampir di taman untuk menikmati pemandangan bunga sakura yang bermekaran dengan pemandangan sungai Han.




Saat duduk di bangku taman, Mina melihat beberapa pasangan berlalu lalang, tertawa riang, berbincang manis, dan berfoto bersama. Ia berharap Jeongyeon ada di sampingnya dan bisa melakukan semua hal itu bersamanya, tetapi mereka tidak bisa.




Karena Ayah Jeongyeon sangat overprotektif. Tentu saja karena beberapa alasan, jika Jeongyeon pergi jauh dari tempat tinggalnya, daya tenaganya bisa turun dan mati di tengah jalan. Dan yang lebih buruknya lagi adalah jika tiba-tiba hujan, mesinnya bisa basah dan error. Kini Jeongyeon masih dalam proses peningkatan mesin sistemnya.




Mina menghela napas dalam-dalam,

"Aku merindukannya. Lebih baik aku menemuinya sekarang."




Mina pun mampir ke tempat kerjanya Jeongyeon. Ayahnya memiliki toko repair elektronik kecil dan Jeongyeon bekerja disana bersama Ayahnya.




Jeongyeon mengatakan bahwa semua orang harus memanggilnya sebagai dokter, karena ia telah menyembuhkan barang elektronik yang sakit. Ia juga mengatakan bahwa mereka sama seperti dirinya yang hidup dengan mesin.




"Halo Tuan Yoo!" Mina menyapa Ayah Jeongyeon yang sedang bekerja dibagian kantor depan.




"Jeongyeon?" ucap Tuan Yoo yang tahu bahwa Mina datang untuk mengunjungi Jeongyeon. Mina hanya menganggukan kepalanya.

"Dia ada di dalam."




Mina tersenyum kagum melihat Jeongyeon yang terlihat begitu mempesona dengan balutan wearpack segaramnya.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Mina berjalan ke arah Jeongyeon yang fokus dengan pekerjaannya,

"Katakan kimchi!" seru Mina memotret foto selca bersama Jeongyeon.




"Tolong hapus gambarnya. Saya yakin ekspresi saya terlihat seperti robot."




"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kau terlihat seperti robot karena kau itu robot." ucap Mina membuat Jeongyeon terdiam menatap Mina

Tatapan itu lagi, Mina pikir Jeongyeon memberinya tatapan yang aneh.




"Jeong?" Mina mendekati Jeongyeon yang berbaring di dekat ban mobil.




"Bingo!" dengan cepat Jeongyeon langsung bangun dan mengambil ponsel Mina dari tangannya.




Dasar tukang mesin yang iseng. Bagaimana bisa ia mendapatkan kemampuan seperti itu?




"Yak! Berikan ponselku!" teriak Mina mengejar Jeongyeon yang berlari. Mereka hanya berlari mengitari meja.




"Oh? Sejak kapan kau memakai kata sandi di ponselmu?" ucap Jeongyeon sambil tetap menghindari Mina.




"Bukan urusanmu!"




"Apa kata sandinya? Ulang tahunmu?" ucap Jeongyeon mengetik tanggal lahir Mina.




"Bukan."




"Ulang tahun Ibumu?"




"Salah."




"Apakah tanggal lahirku?"





GREPPP...




Mina langsung menjepit Jeongyeon ke dinding sebelum Jeongyeon mengetik di ponselnya,

"Wah, hampir saja." Jeongyeon segera mengangkat tangannya yang memegang ponsel dengan sangat tinggi.

"Tangkaplah kalau kau bisa." ucap Jeongyeon tersenyum manis.




Dengan gesit, Mina mengambil ponselnya dari tangan Jeongyeon dengan menjijit kakinya,

"Lihat, aku bisa."




"Wow, kau sudah tumbuh dewasa, ya?" ucap Jeongyeon terkejut. Mina tidak pernah bisa meraih tangannya sebelumnya.




"Ya, karena aku bukan gadis kecil lagi."




"Jadi, kau akan semakin tua." ucap Jeongyeon menatap Mina dengan mata polosnya.




Ya, menjadi wanita dewasa adalah salah satu impian Mina sejak ia bertemu dengan Jeongyeon. Jeongyeon adalah robot yang berukuran seperti manusia dua puluh tahun. Ia tidak seperti anak remaja, terlihat dewasa tetapi tidak seperti orang tua. Katakanlah bahwa Jeongyeon berumur dua puluh.




Saat Mina berumur lima tahun, saat itu Jeongyeon berumur dua puluh tahun. Ketika Mina SMP, Jeongyeon juga berumur dua puluh. Dan sekarang Mina sudah SMA, ia sangat senang karena jarak umur mereka tidaklah terlalu jauh.




"Ya. Aku akan menjadi tua saat kau masih berusia dua puluh tahun."




"Berarti, kau akan menemukan pria yang tepat, terus menikah, lalu punya anak." ucap Jeongyeon dengan menunjukkan senyum lebarnya. Untuk pertama kalinya Mina benci melihat senyumnya itu.

"Woah... kau pasti bahagia, Mina. Saya tidak sabar untuk melihat anak-anakmu suatu hari nanti." seru Jeongyeon senang.




Mina menatap Jeongyeon dengan matanya yang mulai berair,

"Eh, eh! Air mata! Air mata bahagia! Apakah kau senang kau akan segera menikah dan menjadi seorang Ibu?" ucap Jeongyeon lagi.




"Aku ingin tetap bersamamu, sampai kita beruban dan tua. Tapi, apa yang harus aku lakukan? Kau tidak akan menjadi tua, kau bahkan tidak bisa merasakan kasih sayang." batin Mina dengan air matanya yang terus jatuh tanpa henti, lalu ia menyeka air matanya.




Perlahan Jeongyeon mendekatinya dan memegang pergelangan tangan Mina,

"Jangan dihapus, saya suka melihat air matamu, kau terlihat cantik." ucap Jeongyeon tersenyum.




Jeongyeon benar-benar berbeda dari manusia. Orang-orang akan meminta Mina untuk berhenti menangis, akan tetapi Jeongyeon...




Mina tidak tahu apa yang dimaksud Jeongyeon dengan mengatakan bahwa ia terlihat cantik setiap kali ia menangis. Seharusnya Mina mengabaikan perasaan bodoh ini terhadap sesuatu yang tidak punya hati.




Mina melepaskan tangannya dari Jeongyeon dan meninggalkannya sambil tetap menangis.




"Sepertinya itu air mata sedih. Seharusnya saya tidak mengatakan kata-kata itu ketika dia belum punya kekasih. Saya sudah banyak melihat di drama dan juga di internet, bahwa seorang lajang seperti Mina akan sedih atau marah ketika ada seseorang yang berbicara tentang pernikahan dengan mereka."

"Saya harus pergi ke rumahnya dan meminta maaf padanya."









.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






Perlu digembok nih mulutnya 😴








~MR

LOVOT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang