11.

89 19 1
                                    

🌳

Waktu pulang sekolah akhirnya tiba. Dua circle beda genre itu berkumpul di parkiran. Walaupun ada beberapa yang tidak saling kenal, mereka berkumpul karena teman mereka.

"Kayak adek Lo, Vin," bisik Fahri pada Marvin seraya melirik satu cewek.

"Emang adek gue," balas Marvin ikut berbisik.

"Oalah, temenan sama gebetan gue ternyata," sahut Fahri lagi. Marvin hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Kita nungguin siapa, kak Fahri?" Vira menghampiri Fahri dan bertanya.

"Nungguin kamu," jawab Fahri.

Vira mengernyit, "Kok nungguin aku? Aku dari tadi siap, tapi kak Fahri gak manggil-manggil jadi aku ngobrol dulu sama temen," ujar Vira.

"Yaudah, ayo pulang sekarang," ajak Fahri. Fahri naik duluan ke motornya lalu membantu Vira naik dengan menjulurkan tangannya sebagai pegangan gadis itu. Fahri menjalankan motornya setelah berpamitan dengan temannya.

"Xen, yok balik," panggil Marvin. Xena menoleh lalu menghampiri kakaknya itu.

"Itu temen Lo kenapa begitu?" tanya Marvin ketika adiknya sudah berada di hadapannya.

"Siapa?" tanya balik Xena.

"Vira."

"Iya, anjir! Gue juga jijik liatnya. Tapi lucu juga dua player ketemu, bisa adu mekanik tuh," balas Xena seraya cekikikan. Marvin cuma senyum saja.

"Udah, cepetan naik."

Xena naik motor matic kakaknya lalu dadah-dadah ke teman-temannya dan teman kakaknya. Xena memang lumayan akrab dengan teman-teman kakaknya, karena We Lucky cukup sering berkunjung ke rumah Marvin dari SMP.

Xena juga melambaikan tangannya pada Kania yang terlihat berdebat dengan salah satu teman Marvin di pinggir jalan.

Beralih ke Kania. Gadis itu sedikit tertekan sekarang. Tidak ada Tanisa yang biasanya menjadi tameng ketika teman-temannya di ganggu cowok. Tanisa dan Irene sudah pulang duluan tadi. Dan kini Kania di ganggu oleh spesies buaya darat dan tidak ada yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri.

"Gue anterin aja, dek."

Itu sudah yang kesekian kalinya Awan ucapkan. Seperti tidak kenal lelah mengajak targetnya pulang bersama.

"Nggak, kak, makasih. Abang gue udah otw jemput gue," tolak Kania masih menjaga nada suaranya agar terdengar sopan kepada kakak kelas.

"Beneran? Dari tadi Lo bilang gitu, mana Abang Lo, gak nyampe-nyampe? Lo bo'ong ya?" tuding Awan dengan pandangan menyelidik.

"Serius, kak. Nih chat Abang gue, mungkin dia lagi kejebak macet," jelas Kania seraya menunjukkan handphonenya yang berisi chattan ia dan kakaknya.

Kania mengumpati kakaknya di dalam hati. Pasti kakaknya itu masih santai di rumah, tidak tahu saja ia sekarang adiknya sedang merasa tertekan di sini.

"Kalo gitu gue minta nomor WA Lo," imbuh Awan. Setyawan langsung meminta nomor karena ia beranggapan gadis di hadapannya ini tidak ada alasan untuk menolak. Gadis itu sendiri yang menunjukkan ponselnya sendiri, dan ponselnya dalam keadaan aktif, gadis itu pasti akan susah mencari alasan. Awan menyeringai lebar melihat Kania terdiam, seperti sedang berpikir keras.

PLAYER \ VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang