2.

532 83 7
                                    

Happy reading

🌳

'polos-polos imut, njir, sabi nih'

Batin Fahri yang sudah tertipu dengan gelagat Davira. Fahri mengira Vira yang pake 'aku' adalah cewek polos imut manja trulalala. Tapi semua itu salah besar.

Davira Amelia, namanya terdengar sangat lembut membuat orang-orang mengira pemilik nama tersebut adalah cewek kalem dan pendiam. Nyatanya Davira adalah player sejak dini. Eh jangan salah paham. Davira bukan playgirl, mantannya baru satu. Cewek ini sangat ahli mempermainkan, entah itu perasaan atau game. Banyak cowok-cowok yang pernah jadi korban Davira menjuluki gadis itu tukang PHP, tukang roasting, tukang ghosting, dan lain-lain. Sepertinya Fahri adalah mangsa selanjutnya. Kita lihat saja nanti.

Sama saja dengan Fahri Adi Pratama, playboy yang sering kali jadi badboy supaya keliatan keren katanya. Prett

"Fahri, Lo ngapain berdiri disitu? Sini jadi wasit!"

"Males ah!"

"Katanya pengen cari cewek!"

"Udah dapet. Bye."

Fahri berjalan santai tidak memperdulikan panggilan temannya di belakang.

"Fahri anj- eh gak boleh ngomong kasar, nanti ciwi-ciwi pada ilfil."

=

Fahri berjalan menuju kantin. Sesampainya disana ia tak menemukan adik kelas incarannya. Fahri memutuskan kembali ke lapangan untuk bertanya pada temannya, siapa tau temannya tau adik kelas itu yakan.

"Rival, Lo kenal adek kelas yang gue ajak kenalan tadi nggak?"

Rivaldi menggeleng.

"Gue aja gak liat Lo ngomong sama cewek tadi," jawabnya acuh. Cowok itu sibuk jadi wasit menggantikan teman laknatnya.

"Itu loh yang kelas X MIPA 3- eh bentar? Ngapain gue nanya ke Lo? Mending langsung ke kelasnya ya nggak?!"

Fahri pergi dengan santainya. Rivaldi menatap punggung Fahri dengan penuh dendam, tangannya sangat gatal ingin melukai temannya itu. Rivaldi menghembuskan nafas berusaha sabar menghadapi temannya yang tidak tahu kapan bisa berubah. Menjadi lebih baik.

"Woi Aldi! Bunyiin peluitnya!!"

=

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam. Kenapa kak?" Cewek-cewek pada maju buat cari perhatian.

"Cari orang, emm siapa lagi namanya..." Gumam Fahri yang lupa-lupa ingat sama cewek imut tadi.

"Iya kak?"

"Yang masuk voli tadi,"

"Eee... Xena?" Fahri menggeleng. Fahri menginstruksi cewek itu untuk menyebut siapa saja pemain voli tadi.

"Irene, Ita, Sari, Lesti, Vira."

"Nah itu, Vira!" Seru Fahri sumringah.

"Vira gak ada di kelas kak,"

"Kemana?"

"Nggak tau."

"Keknya tadi abis dari kantin gengnya Vira nonton basket deh, kak," Jelas salah satu siswi menambahkan.

"Oke thank you ya!"

Fahri keliling sekolah hanya untuk mencari Davira. Cowok ganteng itu sudah mendatangi dua lapangan basket tapi tidak ada Davira disana. Ia pun sudah berkeliling mengecek satu persatu siswi namun nihil. Di lapangan lain pun, Fahri tidak menemukan gadis yang ia cari.

Fahri menggeram sambil menggaruk tengkuknya. Ia menyerah, cowok itu memilih pergi ke tongkrongannya di belakang sekolah.

=

Meanwhille

Suara musik DJ terdengar sangat keras dari speaker kecil milik seorang gadis.

"Vira, fokus dong! Itu musuh depan mata! Jangan joget-joget dulu deh!"

Ketujuh gadis SMA tengah berada di rumah Irene. Karena rumah Irene yang paling dekat dengan sekolah dan juga perlengkapan disana lengkap. Ada WiFi maksudnya.

Xena menarik lengan Vira agar kembali duduk dan fokus bermain. Sedari tadi Davira tidak bisa diam, ada saja tingkahnya yang buat darah tinggi. Apalagi dengan adanya musik DJ yang mengiringi.

"Vira Vira Vira ada cowok ada cowok!" Seruan heboh itu dibalas heboh juga oleh Vira.

"Mana mana mana?"

"Tapi boong."

"Lagian Lo ngapain percaya, kan Irene anak tunggal! Mana ada cowok di rumahnya, ada tapi bapaknya!"

"Iye.. gue yang salah iya.." lirih Vira mendramatis.

"Viraaa Allahu Akbar Lo di tembak! Mampus!!"

Vira menengok pada handphonenya, menatap nanar benda pipi itu.

"Udah gue bilang main ML aja, masih bisa idup! Lo ngeyel sih," tutur Vira yang malah menyalahkan Xena. Padahal keinginannya yang di turuti sehingga mereka main PUBG sekarang.

Sementara itu pelaku yang menembak Vira terkikik geli melihat wajah muram Vira dan wajah masam Xena.

"Yok girls, balik ke sekolah. Bawah aja nih speaker, kita party di kelas," di karenakan sudah kalah, Vira menyarankan untuk kembali ke sekolah.

"Enak aja! Nanti speaker Abang gua ilang gimana?!" Sungut Tanisa tak terima.

"Gak bakal, Lo tenang aja. Siapa juga yang mau ambil speaker kecil yang lusuh kek punya Lo itu."

"Heh Vira, astaghfirullah sama temen sendiri juga!"

Akhirnya speaker Tanisa dibawa juga. Gak peduli punyanya ikhlas atau nggak. Jangan mengira mereka akan marahan nanti, tentu tidak.

Dangerous girls menjunjung tinggi solidaritas dan kebersamaan. Ucapan Vira yang nyelekit tidak akan mereka anggap serius. Karena sudah terbiasa dengan Vira yang asal ceplas-ceplos.

Walaupun baru kenal saat pertama kali menjadi murid X MIPA 3, ketujuhnya seakan sudah bersama dari bayi. Sudah saling mengerti serta saling mengingatkan. Selalu menghabiskan waktu bersama membuat mereka tidak ada perbedaan.

🌳

TBC

Maaf kalo banyak typo
Gaje ya? Sorry








3 April 2022

Written by Okta

PLAYER \ VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang