5.

212 32 42
                                    

"Woi lama bet dah, kita udah nunggu seabad tapi mereka belum datang juga!"

"Liat nih, liat!" Seraya menyodorkan tangan kirinya ke depan wajah temannya, "Masih jam enam. Lo pada kepagian!"

"Emang ya, kalo urusan cewek pada gercep!" Dumel Rivaldi.

Besoknya, teman-teman Fahri benar-benar datang pagi dan menunggu di pos satpam. Rivaldi yang bertugas jaga di gerbang tentu selalu datang lebih dulu dari siswa/i.

"Kalian lagi nungguin siapa sih?" Tanya teman jaga gerbang Rivaldi. Rivaldi yang mengawasi, cewek itu yang mencatat.

"Bukan urusan Lo!" Seru mereka serentak membuat si gadis mendelik.

"Dih apaan sih," mood cewek itu langsung buruk.

"Seharusnya tadi kita bales kamu nanya," bisik Nathan pada Emil. Keduanya cekikikan.

"Gak usah dipeduliin, teman gue emang kek anjing semua, gak ada sopan-sopannya ma cewek," ujar Rivaldi pada gadis badmood di sebelahnya.

"Kita denger ya, Val!"

"Bodoamat, gue bener kok!" Balas Rivaldi sambil melet di akhir kata.

"Eh btw, Fahri mana ya?"

"Masih tidurlah pasti, dia kan anaknya kerbau," celetuk Gilang.

"Bentar-bentar gue mikir dulu," Daffa mengangkat tangannya seolah menyuruh menunggu. Jokes Gilang memang harus di pikirkan dulu sebelum ketawa.

Bukan hanya Fahri yang belum datang, Evans, Marvin, Faizal, Aarav, dan Gavin juga belum, cuma mereka yang gak antusias atau mata keranjang.

Sedari tadi tatapan Awan tak terlepas dari gerbang, setiap ada geng cewek masuk, Awan langsung tanya Emil, mereka atau bukan.

"Ada yang bisa jelasin nggak?!" Dengan wajah yang terlihat frustrasi, Daffa bertanya.

"Gini, Daf, kalo ada orang bangun kesiangan itu sering dibilangin kebo kan?"

"Emang iya?" Daffa malah nanya balik.

"Iya! Jadi Gilang bilang Fahri anaknya kerbau Karna sifat Fahri sebelas dua belas sama kerbau, ngerti?" Jelas Nathan.

"Ahh, iya iya," Daffa manggut-manggut saja seraya tersenyum bodoh.

"Nggak lucu tuh!" Lanjut Daffa.

"Yang ngelawak siapa?" Tanya Gilang.

"Oh bukan lawakan ya?" Tanya Daffa masang muka plongo.

"Nemu Daffa di mana sih, bro, pengen gue blacklist, sumpah!" Kesal Rivaldi.

"Hehe jangan dong!" Cengir Daffa.

"Daffa lucu deh," celetuk gadis itu terkekeh.

Mereka saling pandang.

"Val, bilangin teman Lo, dia gak di ajak," titah Emil.

"Lu nggak di ajak!"

=

"Cheryl, tolong jemput gue dong, Marko sakit, dibawa ke rumah sakit tadi sama bokap,"

"Eh Vira ogeb! Lo nelpon gue tapi malah manggil Cheryl!" Pekik Xena kesal.

"Aduh sorry-sorry, Xen, yaudah Lo bisa gak jemput gue?"

"Kagak bisa lah, kita kan beda arah! Beliin bensin kalo mau!"

"Yaudah deh, gue minta tolong Cheryl aja, kita kan searah,"

"Kenapa gak dari tadi, Davira, ah anjirlah serah lo!"

Tut

Davira langsung tertawa kencang setelah telepon dimatikan oleh Xena dengan kesal. Sebenarnya tadi Davira salah pencet, mau dimatiin tapi Xena keburu angkat, jadi Davira berniat mengerjai Xena saja. Niat awalnya memang mau menelepon Cheryl untuk minta tolong berangkat bareng karena motornya (Marko) ada masalah dan sekarang ada di bengkel.

Sekarang Davira akan menelepon Cheryl.

"Ryl, tolong jemput gue ya, Marko lagi masuk rumah sakit," ucap Vira saat telepon tersambung.

"Oke, gue otw," jawab Cheryl.

"Eh jangan otw dulu, gue baru mau mandi!"

"Anjir Lo, Vir! Gak pa-pa deh, sekalian numpang sarapan," terdengar kekehan sebelum Vira mematikan sambungan telepon.

"Ma, Cheryl mau numpang sarapan katanya," ujar Vira berteriak agar mamanya yang ada di dapur mendengarnya.

"Ooh," yang hanya dibalas singkat oleh si mama.

Tak lama terdengar suara motor di luar lalu di susul suara Cheryl yang memberi salam.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, sini nak Cheryl sarapan," panggil mama Vira.

"Oh iya, Tante, terima kasih, Cheryl udah sarapan kok," balas Cheryl tersenyum sopan.

"Udah gak pa-pa, kata Vira kamu mau numpang sarapan, sini duduk," mama Vira menarik satu kursi meja makan untuk Cheryl.

"Vira bangsat, padahal gue cuma bercanda," gumam Cheryl seraya berjalan mendekat dan duduk di kursi yang telah di sediakan mama Vira.

"Terima kasih, Tante," tak lupa Cheryl berterima kasih karena telah di beri makan.

"Iya, makan aja yang banyak, Vira dan bapaknya sudah makan kok," ujar mama Vira yang kina sedang mengolesi selai ke roti untuk ia makan. Mama Vira juga sudah sarapan tadi bertiga, tetapi rasanya tidak enak jika membuat tamu makan sendiri.

"Iya, iya, Tante," seraya tersenyum lebar.

"Emang kalian gak telat kalo ke sekolah jam delapan?" Tanya mama Vira.

"Telat sih, Tan, tapi karena gak belajar jadi gak pa-pa alpa jam pertama," jawab Cheryl.

Siswa/i SMA Alaska diwajibkan hadir di sekolah sebelum jarum jam menunjuk angka tujuh, harus ada di kelas dan sudah absen pagi di gerbang. Tapi karena sekarang kegiatan Porseni, absen di gerbang jadi tidak wajib.

"Oh begitu. Maaf ya, nak, Vira baru siap-siap, soalnya tadi bantu mamanya beres-beres rumah dulu," jelas mama Vira.

"Iya gak masalah, Tante," balas Cheryl.

"Udah datang Lo, Ryl?" Tanya Vira dari lantai atas, sedang memakai sepatu depan kamarnya.

"Kenapa sih anak zaman sekarang basa-basinya alay banget, sudah tau masih bertanya," mama Vira geleng-geleng. Cheryl dan Davira tertawa kencang.

"Iya ya, Ma," ujar Vira dengan watados.

"Vira berangkat sekarang, Ma, assalamualaikum," sambil mencium tangan mamanya.

Di ikuti Cheryl, lalu mereka pun berangkat.

"Kenapa Lo gak pake motor Lo yang satu itu, Vir?" Tanya Cheryl sambil teriak karena sekarang mereka sedang naik motor. Biasanya kalau di atas motor tuh orang-orang mendadak tuli.

"Ya gak boleh dong, pake motor itukan kalo lagi mode ganteng, gak cocok di pake ke sekolah!"

"Lah, emang napa?"

"Di sekolah kan Vira mode imut, polos, manja," jawab Vira tersenyum sambil mengerlingkan mata pada spion motor Vespa matic Cheryl.

"Dih!"

🌳

Tbc

PLAYER \ VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang