6.

178 30 42
                                    

"Eh eh, itu cewek galak kemarin!" Heboh Emil menepuk-nepuk keras pundak Awan.

"Mana?" Awan pun sama hebohnya.

Emil menunjuk Tanisa dan Kania yang masuk gerbang pake motor.

Setelah memarkirkan motornya, Tanisa dan Kania berjalan ke pos satpam untuk absen karena melihat masih ada OSIS yang mencatat di sana padahal sudah jam delapan lewat, batas absen pagi cuma sampai jam tujuh.

"Halo dek!" Sapa Awan.

"Dih, kek cowok berseragam aja Lo sok-sokan halo dek!" Sewot Gilang.

"Lo kenal, Nia?" Bisik Tanisa pada Kania, Kania menggeleng.

"Hai, kelas berapa, dek?" Awan menghampiri Kania.

Tetapi Tanisa langsung menjadi tameng karena tahu Kania risih, anti cowok.

"Kelas sepuluh, kenapa?!" Tanya Tanisa garang.

"Buset, santai dek, gue cuma pengen kenalan," tungkas Awan.

"Kitanya gak mau kenalan!" Ketus Tanisa menatap Awan tajam, Awan mundur seketika.

"Tanisa Qyrani dan Kania Auristella kelas sepuluh mipa tiga," lanjut Tanisa mengabsen ke kakak OSIS seraya menunjuk namanya dan Kania pada kertas absen. Setelah itu mereka bergegas pergi.

"Galak bet ya," Awan bergidik ngeri.

"Cantik, Cok," ucap Nathan sambil tersenyum lebar.

"Ya kalo galak siapa yang berani?!" Balas Awan.

"Lagian lebih cantikan yang diam-diam aja tadi!" Lanjut Awan.

Nathan mendelik tidak terima, "Enak aja! Tanisa lebih cantik!"

Tentu saja mereka mendengar dengan jelas ucapan Tanisa yang menyebut namanya dan temannya tadi.

"Kania lebih cantik lah, kalem lagi! Gak kayak Tanisa, ngereog udah kek singa betina!" Sungut Awan.

"Jangan salah, cewek garang itu manis-manis!"

"Manisnya ilang, abisnya marah-marah mulu!"

"Hubungannya apa, bego?!"

"Lo yang bego, gitu aja gak tau!"

"Weh udah-udah ah, berisik banget sih!" Sentak Aiden.

"Gue kira Lo kenapa, Den, dari tadi diem aja," celetuk Daffa.

"Gue ke ruang OSIS dulu ya, bro," pamit Rivaldi dan langsung berlari ke ruang OSIS. Rivaldi bukan anggota OSIS, tapi dia jadi panitia perwakilan kelasnya. Setiap kelas pasti ada perwakilan dua orang untuk menjadi panitia porseni.

"Males banget gue kalo di suruh jadi Rival," ujar Aiden melihat temannya yang sudah seperti babu sekolah.

"Kantin yok, laper banget gue. Belum sarapan gara-gara kalian suruh pagi-pagi!" Sungut Aiden. Sudah antusias ke sekolah berharap dapat gebetan. Setelah dua jam di sana, menatap siswi lalu-lalang dengan keterdiaman tetapi tidak ada yang menarik di matanya. Jangan salah, cowok soft boy satu ini pilih-pilih juga.

Setelah kepergian mereka ke kantin, masuklah motor Cheryl di susul dua motor di belakang yang merupakan Fahri dan kawan-kawan.

"Hai, gebetan," sapa Fahri setelah membuka helmnya dan Vira juga sedang menaruh helmnya di spion.

"Eh, hai, kak Fahri," balas Vira dengan suara selembut mungkin. Cheryl menatap Vira heran. Davira mengisyaratkan Cheryl untuk diam.

"Boleh minta nomornya gak, Vira, dari kemarin mau chattan gak bisa," pintah Fahri seraya menghampiri Vira.

PLAYER \ VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang