[ 005 ]

125 28 7
                                    

mendengus pelan, felix bangkit dan berjalan mengikuti si kucing hantu. pada akhirnya dia menuntun felix ke sebuah taman yang tidak jauh dari rumahnya.

sekarang sudah cukup larut. lampu jalanan mulai dinyalakan. belum lagi hawa dingin yang makin mencekam. namun kucing itu tetap berjalan dan felix tetap mengikutinya.

kucing tersebut duduk sejenak di depan semak-semak. dia menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian melompat ke dalamnya. felix tersenyum karena kali ini pasti ada sesuatu yang bersembunyi di dalam sana menunggunya.

felix berjalan memasuki semak-semak liar tersebut dan membungkuk, "haii pus.. pus.. manis.." felix memanggil dengan halus sambil mengeluarkan makanan kucing dari dalam tas. "ayo sinii aku punya makanan enak!"

sayangnya, tak peduli berapa kali felix memanggil tidak ada siapapun yang muncul. felix mengerutkan kening. kucing-kucing hantu itu pasti sudah rusak. mengapa mereka lagi-lagi membawa felix ketempat kosong?

pasti ada yang sesuatu yang salah. lagipula baru akhir-akhir ini mereka mengantar felix ke tempat kosong. atau felix saja yang terlalu bodoh memaha-

"felix?" panggil sebuah suara di belakangnya.

felix membeku. setengah takut dengan siapa yang akan dia lihat saat berbalik. setengah malu dengan posisi dia sekarang. jadi felix memutuskan untuk diam seperti patung. berharap siapapun yang memanggilnya (bukan taeyong. pasti bukan. tolong jangan taeyong) akan segera pergi.

"itu kamu 'kan? sedang apa di sana?"

memejamkan mata dan mengumpat dalam hati, felix akhirnya berdiri dan membalikkan badan. dia bisa merasakan pipinya yang memanas. felix menundukkan kepala dan dengan geraman terakhir ia membuka mata siap untuk menghadapi taeyong.

ketika dia membuka mata hal yang pertama dia lihat adalah seekor anjing. anjing yang sangat lucu namun melihat ke arah kaki felix. begitu sadar, felix melihat kucing yang mengantar kesini bersembunyi di belakang kakinya.

"astaga! kamu berdarah!" seru taeyong mengembalikan felix ke dunia nyata. ia menoleh menatap yang lebih tua dan sialnya masih tampan seperti biasa.

"ini" kata taeyong menawarkan tisu pada felix supaya dia bisa mengelap lututnya yang berdarah.

"terima kasih.." gumam felix pelan. sebelum mereka berkata apa-apa lagi, anjing tersebut menggonggong ke arah kucing hantu di belakang kaki felix. ia melompat-lompat berputar dan mengibaskan ekor dengan riang.

"hai..." kata felix menarik perhatian anjing tersebut. berharap semoga taeyong tidak menyadari bahwa anjingnya menggonggong ke sesuatu yang tak kasat mata.

anjing tersebut menatap felix dan menggonggong padanya. ia berjalan menduselkan kepala di tangan felix minta dibelai, "hm.. anjing yang manja ya?"

"dia memang ramah" sahut taeyong dengan senyum manis.

menyebalkan.

"namanya ruby dia suka dimanja"

"hmm begitu ya" kata felix pada ruby namun nampaknya najing itu masih lebih tertarik pada kucing hantu yang bersembunyi di belakang felix.

ruby menggonggong gembira. kesenangan anjing itu dibalas kucing yang mendesis. felix menoleh ke belakang melihat kucing itu siap dengan cakar tajamnya. ketika menatap taeyong dia nampak kebingungan.

"aneh.. dia menggonggong ke siapa?" tanya taeyong melihat kekosongan di belakang felix yang tertawa gugup.

felix menoleh pada kucing hantu itu memintanya untuk berhenti mendesis. kucing itu menatap felix seolah sedang membela diri tapi sepertinya mata memelas felix berhasil meluluhkannya. dia berhenti mendesis dan pergi begitu saja. seolah-olah ini bukan urusannya dan tugasnya sudah selesai.

felix tertegun dengan ide terakhir yang melintas di benaknya. ia melihat ke arah taeyong kemudian tisu berdarah yang ada di tangannya, lalu ke belakang memastikan bahwa kucing itu memang sudah pergi. tugasnya sudah selesai.

"ngomong-ngomong, kamu belum jawab pertanyaan saya. kamu lagi apa disini?" pertanyaan taeyong membawa felix kembali dari lamunannya.

"uhm mencari kucing" kata felix menunjukkan makanan kucing yang dia pegang, "tapi aku tidak menemukannya"

"hmm itu manis sekali" komentar taeyong pelan. seolah-olah bergumam untuk dirinya sendiri. hal itu membuat sesuatu di dalam felix meleleh seperti es batu yang mencair.

ia tak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya. felix merasa hampir kehilangan nyawa karena malu di depan lelaki paling tampan yang pernah felix lihat. ia mulai mencari-cari alasan.

"terima kasih cookiesnya!" seru felix hampir berteriak. taeyong terkejut dan beberapa saat kemudian pipinya dipenuhi rona merah yang sama dengan felix.

"cookiesnya.. benar-benar enak." tambah felix seakan belum puas memermalukan diri sendiri.

taeyong menggaruk bagian belakang lehernya dan melihat ke tanah. sepatunya bermain-main dengan pasir di bawahnya, "tidak apa-apa" kata taeyong malu-malu kemudian menatap felix, "saya senang kamu menyukainya"

keheningan menyelimuti mereka berdua. setengah canggung setengah karena sesuatu yang belum bisa dimaknai antara mereka berdua. mata mereka saling menatap satu sama lain menunjukkan rasa kagum dan pipi memerah tiap kali mata mereka bertemu.

keduanya saling menunggu yang lain untuk mengatakan sesuatu. apapun untuk menyudahi rasa canggung yang menggelitik ini. tepat ketika felix akan mengatakan sesuatu

menarik perhatian kedua laki-laki itu, taeyong membungkuk. "ah benar saya harus segera pulang" katanya mengusak bulu halus ruby, "sepertinya ada yang mulai kedinginan, hm?" katanya lembut dan manis dan sangat baik hati-

"ah! tentu saja. maaf uhmm sudah mengganggu waktumu" kata felix menampar pipinya sendiri. taeyong mengangkat satu alis sebelum berdiri kembali.

"tidak. tidak. jangan khawatir. saya senang bisa bertemu kamu lagi." ohhh kali ini felix tidak bisa berbohong kalau ia sangat bahagia dengan kalimat itu.

sebelum felix bisa berkata apa-apa lagi, ruby mulai mendorong kaki pemiliknya lebih keras. menuntun untuk segera pulang. taeyong pun akhirnya mulai berjalan. dia menoleh ke arah felix sekali lagi dan tersenyum, "sampai jumpa lagi!"

"dadah!" kemudian taeyong menghilang di belokan jalanan. felix berdiam sendiri selama beberapa menit sebelum akhirnya sadar bahwa ia juga seharusnya pulang.

pikirannya kosong sepanjang perjalanan menuju apartemen. hanya ketika ia mulai membersihkan luka di lututnya dengan antiseptik pikirannya mulai berfungsi kembali. mungkin karena rasa sakitnya yang cukup menusuk.

sambil menepuk-nepuk kapas di lututnya, casper menemani duduk di sofa. hanya ada satu gagasan di kepala felix. satu kali tidak berarti apa-apa. dua kali adalah kebetulan. tiga kali berarti sebuah pola.

kucing-kucing itu tidak rusak seperti yang felix kira.

TBC

a/n nanti malem mau double up soalnya kemaren lupa update 

HELLO STRANGER • 2yong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang