7. Inisiatif Bunda

17 0 0
                                    

Seharusnya.

Seharusnya, Guntur tidak lengah dengan perkataan kemarin Bundanya

Pov Guntur.

Dari sejauh ini maka ini lah yang paling jauh. Bunda dengan inisiatif nya, setelah pulang kerja  tanpa sedikit sandi atau pun aba-aba, bunda menyuruh Gue untuk pergi ke kafe. Bukan untuk nongkrong kawan-kawan. Tapi bisa kalian bayangkan pastinya, bujangan umur 32 ini di berikan titah apa.

Ya, dengan sedikit niat yang Gue kumpulkan untuk mengendarai mobil akhirnya sampailah  pada kafe yang bunda suruh.

Kafe yang cukup unik, mengusung tema industrial dan yang Gue yakini para pengunjungnya muda mudi seperti Gue. (masih muda om? authors note)

"Mana coba orang nya?" Pikir Gue, sembari mengedarkan pandangan ke segala penjuru.

Hingga sampailah pandangan Gue pada pojok ruangan, seperti yang dikatakan Bunda.

Tipe wanita langit yang dari ujung kepala hingga ujung kaki memakai pakaian dengan padu padan biru muda. Dan tampaknya ia pun terjebak untuk pergi kesini. Dikarenakan jika bisa kalian lihat kami sama sama masih memakai lanyard khas budak korporat baru pulang tempur.

"Sorry, Nadia bukan?" Tanya Gue.

"Iya saya Nadia, dengan Mas Guntur ya?"

"Iya benar" 

Wanita itu menganggukan kepalanya, kemudian mempersilahkan gue untuk duduk lewat gesturenya.

"Maaf Mas tapi saya mau to the point aja" Ujar Nadia tanpa basa basi.

"Buset.." Batin Gue terkejut, baru kali ini menemui Wanita yang memiliki kesan bold di awal pertemuan.

"Iya silahkan" Jawab Gue seadanya.

"Jujur, kesininya saya karena diarahkan ibu. Kalau Mas nya?" 

"Iya, saya pun sama" 

Nadia pun tampak menghela nafasnya.

"Mas, mewakili ibu saya. Saya mohon maaf sebesar-besarnya karena membuat Mas menyempatkan diri bertemu saya tanpa sebuah kejelasan " Ujarnya sambil menelungkupkan tangan meminta maaf.

Gua pun menggeleng dengan cepat 

"Santai saya yakin di pertemuan ini pun Bunda saya ikut turun tangan. So, saya minta maaf juga ya karena ngerepotin kamu" 

Seakan jawaban yang sudah Gue berikan tadi merupakan kunci,akhirnya penat di mimik wajah wanita ini pun terlihat menguap.

"Huh, di umur segini menurut mas memang mengkhawatirkan banget ya kalau belum punya relationship? " Tanya Nadia dengan nada yang sangat melas.

"Kalau di umur saya si kata bunda sudah mengkhawatirkan, memang nya tahun ini kamu umur berapa?"

"Ku 23 mas tahun ini, Mas nya?" 

"Ealah bunda!! asal ngenalin bocah" Batin Gue sedikit sebal.

"Saya 32 sekarang" 

Gue pikir dengan dia mengetahui umur gue akan ada perubahan di mimik nya, tapi entah lah bocah ini berbeda.

"Owh heem, mungkin emang sudah darurat si kalau di posisi mas nya" Timpal Nadia.

Gue pun jadi sedikit tertarik dengan perspektif darurat menurutnya. "Darurat nya dari sisi mana?" tanya gue.

Nadia menelungkupkan tangannya sembari berkata, "Duh mas mohon maaf, bukan bermaksud menyinggung mas ya. Hanya sekedar perspektif saya nih"

Gue pun tertawa "Iya gapapa, toh saya juga  cuman nanya aja bagaimana perspektif kamu perihal darurat itu" Tanya gue kembali, menuntut jawabannya.

Dengan tatapan tegas ia menjawab, "Oke izin jawab ya mas. Kalau menurut saya sih ketika di posisi mas nya, ya hanya satu. Orang tua yang makin menua dan kekhawatiran mereka pada tanggung jawabnya yang cukup besar, ya seperti yang kita ketahui yaitu menikah kan anaknya"

"Owh heem jadi, kalo kamu belum darurat nih posisinya?".

"Wkwkw ku rasa sebenarnya ibu nemuin aku ke mas bukan karena darurat nikah, tapi karena darurat aku yang belum move on".

"Haduh, belum move on nih ceritanya?" Goda gue.

"Sumpah ya mas! gimana bisa move on coba kalo mantan ku tuh pembalap, ganteng, mapan termasuk selebgram lagi wkwkw" Jawabnya dengan semangat.

Gue tersenyum, "Waduh indikator yang emang susah di lupain tuh".

"Gak juga si mas, makin kesini aku makin paham gitu seterkenal, secakep apapun nanti pasangan kita. Gak menjamin kalau segala kelebihannya nanti bisa dia pakai untuk mimpin rumah tangga".

Sambil mengangguk, gue pun kembali melontarkan sebuah pertanyaan. "Memangnya yang bisa ngejamin itu yang kayak gimana?".

"Yang sholeh mas, ternyata indikator terpenting nya si itu. Mau kriterianya kudu bisa ini, kudu bisa itu kalo dia gak sholeh emang gak bakal cocok" Jawab wanita ini.

"Tau, darimana tuh yang sholeh bisa mimpin rumah tangga?" Dengan harapan wanita ini terjebak,gue pun kembali bertanya.

"Aku salah satu korban broken home si mas, ya bisa dibilang karena faktor Ayah yang tidak sesuai dengan kriteria itu. Dan ketika ibu ngelihat mantanku yang ternyata plak-ketiplek Ayah. Mulai dari profesinya sampai terakhir sifat nya yang ia tunjukan, ya sudahlah akhirnya beliau nyuruh aku lepasin dia" Cerita Nadia. Yang anehnya tidak menampakkan sama sekali raut kecewa ataupun kesedihan. "Eh! maaf mas aku malah jadi oversharing ya?" 

Gue pun hanya menggeleng. "Gapapa kok Nad, kadang suatu pengalaman memang bisa jadi topik menarik".

 "Tapi Nad, boleh gua tanya sesuatu untuk yang terakhir gak nih?"

Nadia mengangguk, "Boleh, silahkan aja Mas"

"Bagaimana kamu bisa sampai di detik ini berdamai dengan segala hal itu?" Tanya gue serius.

Nadia tersenyum, "Cara berdamai nya ya Mas ..."

Pov Guntur Off

--

"ASSALAMUALAIKUM BUNDA!" Teriak Guntur, sembari bergegas menuju ke dapur.

Bunda dan Papa yang sedang membersihkan bonsai pun terperanjat.

"WAALAIKUMSALAM, BUJANG! kagak ada sopan-sopannya ya lu! .Kalau salam tuh pelan-pelan, udah tau emak bapak nya udah tuwir" Omel Bunda. Papa pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Tom and Jerry ini berulah.

"Bunda! pokoknya kagak ada inisiatif-inisiatif lagi, apalagi ketemu bocah bunda..."Ringis Guntur memelas.

"Ya-yaudah maaf deh"Timpal Bunda.

Bunda pun mengajak Guntur duduk bersama, "Maafin Bunda dan Papa ya nak" Papa yang merasa terpanggil pun merasa tak terima, Bunda yang ditatap tajam oleh Papa justru ikut membalasnya.

Reda lah emosi Guntur, "Iya dimaafin,omong-omong Bun Pah. Aku bakal DL lusa ya ke Sulawesi"

"Iya nak, hati-hati" Ujar Papah.

"Jaga makanannya ya Tur, nanti disana!" Ucap Bunda.

"Siap, Bun Pah. Kalau gitu Guntur ke kamar dulu ya" Pamitnya sambil beranjak.

"Iya Tur. Oh ya karena lusa kamu berangkatnya. Berarti besok bisa kan nemuin Maya anaknya Pak Indra temen papa?!" Goda Bunda.

"BUNDAA" Rengutnya.

Pecahlah tawa Bunda dan Papa malam ini.



Guntur Dan TemuannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang