"Tumben amat si Adel," gumamnya, sambil menatap ruang chat yang terbuka menampilkan percakapan singkatnya dengan Adel.
Setelah sedikit berdiam diri ia pun kembali melakukan pekerjaan nya. Sekian jam tak terasa sudah ia berdiam di tempat duduknya tanpa beranjak kemana-mana. Mungkin ini lah penyebabnya kantornya ini membiayayai perihal asuransi kesehatan.
Karena yang ia lihat lingkunganya pun melakukan hal yang sama, mereka berkutat dengan masing masing laptopnya dan hanya beranjak ketika waktu istirahat, rapat ke ruang lain ataupun ada yang membagikan makanan kepada mereka. Rawan sekali terkena penyakit ambien.
Ngomong-ngomong perihal ambien, itu cukup menakuti Guntur. Hingga akhirnya ia bergerak berdiri sebentar untuk sekedar melepas penat.
"AH BETE BAT GUE." Pekik Hellboy.
Guntur yang penasaran dengan keadaan sohibnya yang satu itu pun, akhirnya menghampiri.
"Ngape lu bang ? ." Tanyanya sambil menaruh minat kearah laptop yang menampilkan pekerjaan hellboy.
"Si kus itu, mau nurunin surat DL nih ke sulteng. Tapi- gua yang kemaren ngejar-ngejar bantu dia, gak di cantumin lagi jir! ." Hellboy terlihat sangat gemas.
"Yee bang, barangkali memang bukan saatnya lu dl kali." Timpal Guntur.
"Duh lumayan ini tur, buat nambah nambah uang lebaran"
"Dihh kek lu lebaran aja bang,puasa aja kagakk." Ejek Guntur.
"Yeu toleransi lah, gue ikut lebaran juga"
Guntur menghela nafas. "Serah lu deh bang, gua doain moga kalo gak sekarang lu dapet yang berikutnya lu dapet dah. Seinget gua bakal ada dl lagi ke sulawesi"
"Beuh, support bener nih adek gue yang satu ini. Aamiin ... makasih dah doanya. Lu sana gih, lanjut kerja gua mo pushrank." Usir Hellboy pada nya.
"He- mana bisa gitu lo bang," tanya Guntur.
Sambil menaikkan salah satu alis Hellboy berkata. "Bisa lah, gua kan bukan analis hukum 3 subdit sekaligus"
"SOMPRET!"
"Guntur berisik ... balik sini lo- ada kerjaan," teriak Mbak Rista padanya.
"BAHAHAHAHA SEMANGAT GUNTUR." Tawa Hellboy pun menggelegar.
Perut yang lapar, otak yang bekerja seharian. Gabungan komplit ini, membuat Guntur yang awalnya bekerja dengan semangat, meringis sepanjang pengerjaan.
Sudah hampir waktunya ashar tiba, untungnya dengan pengerjaan yang disambangi dengan ringisan, Guntur masih bisa menahan diri dan tetap dengan ritme cepat seperti biasanya. Akhirnya ia dapat menyelesaikan semua pekerjaannya tepat sebelum adzan ashar berkumandang.
"Alhamdulillah selesai juga lu tur." Sambut Mbak Rista senang.
"Iya nih Mbak, alhamdulillah." Hela Guntur.
Adzan ashar pun berkumandang, Guntur pun beranjak untuk melaksanakan sholat.
"Mbak, gua sholat dulu ya"
"MasyaAllah mantep bener, silahkan tur ..." Ujar antusias Mbak Rista dengan postur membuka jalan.
Guntur bergumam "Hadeh ada-ada aje ... "
Guntur merasa sangat puas, ia sudah menyelesaikan setumpuk masalahnya hari ini. Sehingga wudhu yang ia lakukan ini terasa lebih menyegarkan, terbayang sudah bagaimana empuknya kasur tanpa ia memikirkan pekerjaan yang perlu ia bawa ke rumah. Dengan selesainya pekerjaan ini juga sepertinya ia akan memutuskan untuk membawa Bunda dan Ayahnya untuk pergi makan keluar. Guntur pun sholat dengan keadaan hati yang senang.
Seusai sholat, ia pun bergegas untuk kembali ke ruangannya. Namun belum sampai ke ruangannya ia sudah mendengar suara gaduh.
Banyak dari teman-temannya berkumpul di tengah ruangan, sepertinya pula terdapat seorang yang cek-cok di tengah tengah mereka. Guntur yang tak tahu menahu konteksnya pun bergegas menghampiri. Ia menyelip diantara kerumunan teman-temannya.
"Ya jatah seorang itu DL udah diatur dengan sedemikian rupa kali bang! dan sudah adil pastinya!"
Setelah selap-menyelip, Guntur dapat melihat siapa yang terlibat dengan percek-cokan. Dua orang itu adalah Mbak Rista dan Bang Hellboy sohibnya.
Seperti pahlawan kesiangan, Guntur pun berencana menengahi mereka dengan selangkah lebih maju ke tengah. Namun eksitensinya sudah lebih dahulu diketahui keduanya. Anehnya, ketika Bang Hellboy melihat ke arahnya terdapat kilatan marah yang tak ia mengerti didapati mengarah padanya.
"Bang, Mbak? ada apa-"
'bruk' pertanyaan itu terhenti kala dengan sengaja dirinya ditabrak oleh pundak Bang Hellboy yang melewatinya begitu saja.
"Gak usah sok polos lo." Setelah mengatakan hal itu, Bang Hellboy membawa tasnya dan pergi keluar ruangan.
Kerumunan pun terpecah setelahnya. Dengan tatapan tanya, ia menghampiri Mbak Rista. Mbak Rista kini sudah berlinangan air mata.
"Mbak ... " Guntur yang hendak memegang pundak Mbak Rista sudah lebih dahulu diberhentikan dengan gestur tangan yang diberikan Mbak Dian kepadanya.
"Ki-kita o-obrolin nanti ya tur, gua ma-masih sakit hati." Ucap Mbak Rista yang terlihat berusaha tegar, kemudian meninggalkannya bersama Mbak Dian.
Semua orang terlihat menatapnya dengan sinis. Jujur Guntur tak mengerti apapun yang telah terjadi. Hingga Mbak Dian membisikan sesuatu.
"Buka hp lu tur, masalahnya ada disana."
...
Guntur benar-benar tak habis fikir. Ia memukul setir kemudinya, perasaannya sungguh tak karuan. Mengingat bagaimana Bang Hellboy menatapnya penuh kebencian dan tangisan Mbak Rista yang cukup mengkhawatirkan mengingat bahwa saat ini tak harusnya Mbak Rista stress berlebihan karena sedang mengandung.
Dan tak lain hal tadi disebabkan oleh dirinya yang tak tahu menahu bahwa menjadi salah satu perwakilan subdit yang ada di SK DL ke Sulawesi. Pantas saja ia tidak tahu, karena ketika SK itu diberikan ia sedang melaksanakan sholat ashar.
Sungguh, jika ia tahu bahwa Mbak Rista akan membelanya hingga menangis seperti tadi perihal keputusan DL yang menurutnya sepele ini, ia lebih baik mengundurkan diri dan memberikannya kepada yang lebih butuh yaitu Bang Hellboy, mirisnya lagi Abang yang satu itu tadilah yang katanya sohibnya.
Guntur emosional. Setetes air mata yang ia tahan sejak tadi mengetahui fakta percek-cokan itu pun akhirnya jatuh. Ia akui perasaanya sangatlah sedih. Terdengar sepele, namun yang membuatnya sangatlah bersedih ini, adalah bagaimana sikap Bang Hellboy yang ia sangat percayaii itu ternyata merusak kepercayaannya.
Macet. Lengkaplah sudah penderitaannya saat ini.
Suara ponsel berdering di dengarnya. Bundaa calling ...
'Assalamualaikum Dek, kamu dimana? .' Tanya Bunda.
"Wa-waalaikumsalam ma-masih di jalan bun, macet." Jawabnya sedikit tergugu.
Terdengar helaan nafas di ujung sana.
'Dek, kalau sekiranya perkiraan adek macetnya masih lama. Kamu nepi aja ya ke minimarket, setidaknya beli minuman atau makanan buat buka.' Titah Bunda.
"Iya bun, yaudah Guntur lanjut nyetir ya"
'Iya, hati-hati ya dek. Assalamualaikum'
"Waalaikumsalam"
Setelah mematikan panggilan dari Bunda nya, Guntur pun kembali fokus menjalankan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur Dan Temuannya
ChickLitMasa bodoh lah mo dibilang gua udah terlalu tua untuk mencari, yang penting gua dapet jawabannya - Guntur Guntur itu cowok keras kepala yang inner childnya muncul di detik-detik krisis, dimana sekarang ia sudah menginjak umur kepala tiga. Tak jarang...