Bagian 5

478 88 12
                                    

Suasana sarapan sangat canggung. Zier ataupun Delia sama-sama diam. Lagipula apa yang akan mereka bicarakan. Tidak tujuan, tidak ada kenangan serta tidak ada harapan di hubungan pernikahan mereka.

Suasana yang benar-benar sangat memuakkan. Untungnya Zier terselamatkan oleh bunyi pesan di ponselnya, ia berharap pesan itu dari kampus barunya dan ia bisa cepat-cepat berangkat karena ia tak betah berada di rumah.

"Kalau lagi makan, jangan main ponsel. Berikan ponselmu!" Delia mengambil paksa, "hargai orang yang sudah memasak sarapan dengan susah payah."

"Apa sih, Kak. Aku hanya mengecek pesan masuk. Mungkin pesan itu penting. Tentang urusan kampus."

"Keysa? Itu urusan kampusnya?" Delia memperlihatkan pesan itu pada Zier namun tidak mengembalikan ponselnya.

"Dia teman sekolahku dulu saat masih sekolah menengah pertama."

"Wah, teman yang manis. Selamat pagi Zier, jangan lupa sarapan." Delia sengaja membaca isi pesan itu keras-keras.

"Cukup, Kak. Tolong kembalikan ponsel milikku."

"Kenapa? Kamu ingin membalas pesan darinya?"

"Aku tidak pernah membalas pesan darinya."

"Bohong! Nyatanya dia terlihat sangat perhatian. Lihatlah, dia mengirimkan pesan lagi untukmu. Jadi sudah jelas kalian pasti ada hubungan."

"Tadi kamu memintaku untuk makan, tidak bermain ponsel. Sekarang lebih baik kita lanjutkan sarapan."

"Jangan alihkan pembicaraan. Siapa Keysa?"

"Aku sudah menjawabnya tadi."

"Aku tidak percaya. Apa dia pacarmu? Ingat Zier, kita sudah menikah. Aku tidak suka ada wanita lain selama kita belum bercerai. Selama Dimas belum ditemukan, kamu masih suamiku."

Zier rasanya ingin tertawa. Selama Dimas belum ditemukan? Lalu bagaimana saat Dimas ditemukan? Apakah ia akan dibuang begitu saja?

"Kamu sungguh egois."

"Egois? Kamu tidak terima karena tidak boleh berhubungan dengan wanita lain lalu kamu sebut istrimu egois?"

"Terserah kamu mau bicara apa. Mungkin Kak Dimas kabur karena tak tahan dengan sifatmu yang keterlaluan seperti ini."

Zier bangkit dari tempat duduknya dan merebut kembali ponselnya yang berada di tangan Delia lalu pergi. Ia sudah tak nafsu makan lagi. Rasanya ia marah dan frustasi. Ia tak tahan untuk tetap bertahan bersama Delia tapi untuk berpisah juga bukan hal yang memungkinkan.

"Zier, aku belum selesai bicara!" Delia berteriak kemudian berlari mengikuti Zier dan menarik kaos yang Zier kenakan secara kasar.

Zier berhenti dan berbalik badan menghadap Delia. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kita tidak ada hubungan apapun selain tanggung jawab pernikahan yang semuanya terpaksa."

Delia mematung, tangannya juga masih memegangi kaos belakang Zier. Sehingga posisi mereka saat ini, ia memeluk pinggang Zier karena Zier berbalik secara mendadak.

Delia tidak siap dengan posisi ini. Ia tak tahan dengan keharuman tubuh Zier. Ia tak tahan dengan menatap mata indah Zier begitu dekat.

"Astaga apa aku gila? Apa aku mulai menjadi wanita gatal. Apa yang aku pikirkan tentang bocah menyebalkan ini." Delia terus bergumam dalam hatinya yang kalut.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Zier mengulang ucapannya lalu melepaskan tangan Delia dari pinggangnya. "Aku pergi."

Delia masih terdiam, ia tak tahu harus merespon apa. Zier benar-benar membuat perasaannya kacau. Padahal Zier tidak melakukan apapun padanya. Mungkin juga, Zier tak tertarik sama sekali padanya.

Mengingat hal itu, entah mengapa hati Delia terasa sakit. Ia tak bisa menerima jika Zier tidak tertarik dan tidak memiliki perasaan apapun dengannya.

Delia tak mengerti, mengapa ia menjadi serakus ini. Ia tak mau kehilangan Dimas dan masih berharap Dimas kembali tapi untuk melepaskan Zier saat Dimas kembali, sepertinya hal yang sangat berat. Ia mulai menaruh hati padanya meski baru setitik saja.

Sebelum perasaan itu tumbuh semakin parah. Delia akan berusaha lebih keras lagi untuk mencari keberadaan Dimas. Ia tetap harus setia pada cinta pertamanya.

Diluar rumah, Zier mencoba mengatur amarah dan perasaannya. Ia tak jauh berbeda dengan Delia. Rasanya ia mulai tertarik dengan seorang wanita dan ini adalah hal baru seumur hidupnya.

Selama ini, Zier belum pernah jatuh cinta pada wanita manapun dan kini ia jatuh cinta di waktu yang salah. Jatuh cinta yang tidak akan mungkin berakhir indah karena ia tahu bagaimana kisah ini akan berakhir.

Delia sangat mencintai Dimas, itulah faktanya. Ia hanya menunggu waktu untuk berpisah dan merelakan. Saat waktu itu tiba, Zier tak tahu harus apa. Berjuang juga bukan hal yang mungkin  terjadi  karena ia tak mau menjalani hubungan dengan wanita yang hatinya terisi nama pria lain.

Hidupnya yang mulus kini rasanya begitu sulit. Zier tak menyangka, diusianya yang masih sangat muda, ia menghadapi masalah perasaan yang begitu rumit. Masalah yang tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya.

🌼🌼🌼

25 Juli 2023

Menikahi Calon Kakak Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang