Bagian 12

317 66 7
                                    

Zier menatap ponsel Delia yang terus berdering. Nama Dimas terus muncul di layarnya.

Beberapa notifikasi pesan masuk dari Dimas juga muncul di layar. Namun, Zier tidak berniat untuk mengangkat telpon atau membaca pesan itu. Ia memilih untuk meletakkan ponsel itu di meja dan melihatnya saja.

"Zier."

Zier mengalihkan pandangannya dari ponsel Delia ke orang yang baru saja masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Aku merindukanmu, Adikku. Kamu tidak ingin memelukku?" Dimas merentangkan tangannya.

Zier bangkit dari tempat duduknya lalu memeluk Dimas.

"Kamu semalam tidak pulang, padahal aku menunggumu di rumah." Dimas melepaskan pelukannya lalu menuntun Zier untuk duduk di sofa.

Zier sendiri merasa aneh dengan perkataan Dimas, apakah kakaknya tidak tahu kalau kini ia sudah menikah dengan Delia dan tinggal di rumah bersama Delia yang seharusnya menjadi rumah milik Delia dan Dimas.

"Kenapa kamu menjadi pendiam seperti ini? Apa kamu memiliki masalah? Ceritakan padaku. Aku siap membantumu bercerai kapan saja dengan Delia jika itu yang menjadi masalah untukmu."

Zier tersenyum tipis, ia pikir kakaknya tidak tahu tentang pernikahan itu. Ia sungguh bodoh, tentu saja Dimas pasti tahu karena foto pernikahan dirinya dan Delia ada di sana, menghiasi ruang tamu rumah orangtuanya.

"Kamu tidak perlu takut pada Ayah dan Ibu. Aku yang akan mengurus semuanya dan kamu bisa kembali melanjutkan mimpimu untuk meneruskan perguruan tinggi di luar negri."

Penawaran Dimas sungguh menggiurkan bagi Zier. Andaikan dia datang lebih awal. Namun, saat ini sudah tidak lagi. Ia tidak menginginkan apa pun kecuali Delia.

"Ayo katakan padaku, Zier. Jangan hanya diam."

"Bagaimana jika aku tidak ingin berpisah dengan Delia?"

Dimas tertawa terbahak-bahak. "Kamu sungguh lucu, Adikku. Selera humormu bertambah bagus. Aku tahu, pasti Delia yang mengajarkanmu. Delia memang wanita yang humoris."

"Aku serius."

Tidak ada tawa di wajah Zier sehingga Dimas menghentikan tawanya menjadi sebuah tatapan tajam dan mematikan.

"Kamu harus tahu, Zier. Delia itu milikku. Sudah selayaknya kamu kembalikan dia padaku."

"Kamu yang telah meninggalkan dia. Sekarang dia adalah milikku."

Dimas meraih kerah kemeja Zier dan hendak memukulnya. Namun, ia urungkan lalu melepaskannya secara kasar.

"Aku tahu, aku telah melakukan sebuah kesalahan. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan mengajak Delia makan malam. Aku harap kamu tidak menghalangi pertemuan kami."

"Tidak akan aku biarkan dia menemuimu."

"Zier, mengertilah! Aku sangat mencintai Delia. Aku harus menemuinya dan menebus semua kesalahanku padanya."

"Aku juga mencintainya."

Dimas tersenyum meremehkan ucapan Zier. "Tidak ada cinta secepat itu, aku yakin kamu tidak mencintainya. Kamu hanya marah padaku sehingga kamu melarangku untuk bertemu dengannya sebagai hukuman untukku."

"Aku benar-benar mencintainya."

Dimas melihat kesungguhan di mata Zier. Ia harus berhati-hati karena ia yakin, Zier pasti dengan mudah menggeser posisinya di hati Delia jika ia tidak bertindak cepat.

"Tapi Delia hanya mencintaiku. Jangan korbankan dirimu untuk cinta yang tak mungkin."

Dimas menepuk-nepuk bahu Zier lalu pergi. Ia harus menemui Delia segera, ia tidak mau kehilangan Delia untuk selama-lamanya.

Zier mengusap wajahnya, semua yang dikatakan Dimas benar. Delia tidak mencintainya dan ia tidak perlu berkorban apa pun. Namun, hatinya merasa yakin jika Delia sudah mulai tertarik padanya. Entah itu ketertarikan fisik semata atau yang lainnya.

Zier kembali ke kursi kerjanya dan meraih ponsel Delia di meja. Ia membuka galeri foto milik Deli. Hatinya langsung merasakan sakit. Seperti ia baru saja di tampar oleh kenyataan. Sehingga rasa sakit itu terasa begitu tajam.

Galeri foto itu, penuh dengan foto Dimas dan Delia yang tengah bermesraan.

Semua seharusnya terlihat wajar, mengingat hubungan Delia dan Dimas sudah sangat lama. Namun, situasi saat ini telah berbeda. Ia memiliki rasa pada Delia dan dia sudah sah menjadi istrinya. Ia merasa berhak untuk menghentikan Dimas yang berniat memperjuangkan Delia kembali.

Zier segera menghapus seluruh foto di galeri ponsel Delia lalu ia memasukkan ponsel itu ke saku bajunya dan ia menyambar kunci mobilnya. Kemudian pergi menuju tempat kerja Delia. Ia yakin, Dimas saat ini tengah menuju kesana.

Menikahi Calon Kakak Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang