Bagian 9

353 66 11
                                    

Rapat terasa membosankan dan lama menurut Zier. Ia bosan mendengar ocehan orang-orang di sekitar. Untung ia terselamatkan oleh waktu istirahat. Ia ingin ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.

"Zier."

Zier yang akan pergi ke kamar mandi, menghentikan langkahnya. Ia sangat hafal dengan suara orang yang baru saja memanggilnya. Suara orang yang ingin Zier hindari saat ini. Namun, sepertinya ia tidak bisa menghindar karena Delia berjalan ke arahnya dan kini sudah berdiri tepat di depannya.

"Kenapa kamu ada di sini? Apa kamu sengaja melakukan ini padaku?"

Delia sudah geram dan ia juga marah karena sepanjang bekerja tadi, teman-temannya selalu membicarakan tentang Zier.

"Aku ditugaskan untuk menggantikan Ayahku."

"Kamu bohong."

"Aku serius, Delia. Aku benar-benar menggantikan dia karena dia sedang ada urusan lain."

Zier tak akan mengatakan alasan yang sebenarnya, ia tak mau Delia tahu kalau Dimas telah di temukan.

"Aku membencimu, Zier. Semua-semua membicarakan tentang dirimu. Apa kamu memang sengaja berpenampilan seperti itu untuk menggoda para wanita di sini?!"

"Apa yang salah dengan penampilanku? Aku berpakaian normal seperti yang lainnya." Zier geleng-geleng kepala dengan tingkah laku Delia. Wanita itu selalu menuduhnya dengan tuduhan aneh dan mengada-ada.

Delia meringis, Zier benar. Pria itu berpenampilan normal. Menggunakan setelah hitam dan jas. Lalu apa yang salah? Pria itu memang sepertinya tidak salah yang salah adalah dia terlalu tampan sampai-sampai sangat menggoda.

"Aku ke kamar mandi, aku butuh cuci muka."

"Kamu mau menghindar dariku?"

"Delia, aku mohon. Jangan di sini. Ini tempat kerja." Zier merasa jengah dengan tingkah laku Delia.

"Apa? Kenapa?"

"Jika kamu ingin berdebat, lakukan di rumah." Zier berjalan melewati Delia tapi lengannya ditahan oleh wanita itu.

"Greta akan mendekatimu."

Zier menatap mata Delia dan menunggu wanita itu melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak setuju jika kamu menjalin hubungan dengannya. Ingat, jangan pernah memberikan nomor ponselmu padanya. Aku saja sebagai istrimu, tidak memiliki nomor ponselmu."

"Kamu bisa mencatatnya jika kamu mau." Zier menyebutkan nomor ponselnya dan Delia mencatat nomornya. "Sudah?"

"Kamu belum menjawab tentang Greta."

"Aku tidak akan berdekatan dengan wanita mana pun." Zier meraih tangan Delia dan menunduk lalu mencium bibir Delia.

Kali ini Zier tidak melakukannya dengan kasar karena Delia tidak memberontak. Bahkan ia bisa merasakan, Delia membalas ciuman yang ia berikan.

Hati Zier merasa lega dan senang tapi ia harus melepaskan ciuman mereka sebelum ada orang lain yang melihat.

"Aku rasa, aku mulai jatuh cinta padamu."

Mata Delia membelalak. Ia tidak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta dari Zier dan ia juga masih merasa linglung dengan apa yang baru saja ia perbuat. Berciuman dengan pria itu di kantor.

Delia merasa ia mulai ikut gila seperti teman-temannya. Ia harus buru-buru pergi sebelum kegilaan lain terjadi.

❄️❄️❄️

Kecanggungan terasa jelas saat makan malam. Zier dan Delia sama-sama terdiam. Situasi yang tidak seperti biasanya.

Setelah kejadian di kantor tadi siang, membuat semua terasa aneh.

"Kamu tidak apa-apa?" Zier berusaha memulai percakapan. Namun, percakapan itu justru terdengar ambigu.

"Aku tidak apa-apa dan aku sudah kenyang. Aku mau ke kamar."

Delia bangkit dari tempat duduknya dan melewati kursi Zier tapi sialnya ia tersandung kakinya sendiri karena terburu-buru.

Zier dengan sigap bangkit dan menangkap Delia supaya tidak terjatuh.

Mereka bertatapan cukup lama sampai akhirnya Delia berusaha berdiri lalu berjinjit meraih bibir Zier.

Gila. Tentu saja. Delia merasa ia gila yang sesungguhnya. Ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ia menginginkan Zier.

Zier terkejut dengan tindakan Delia. Ia tahu Delia sangat membencinya dan kini wanita itu yang memulainya. Sungguh di luar pemikiran Zier, Delia menciumnya lebih dulu.

Zier merasa berhak atas diri Delia, meski ragu, ia akhirnya membalas ciuman Delia. Ia pikir semua akan berhenti sebatas itu tapi ia lagi-lagi di buat terkejut saat jemari Delia menyusup masuk kedalam kaos yang ia kenakan.

Sebagai pria normal, Zier tergoda. Ia membimbing Delia ke kamar wanita itu karena tempat itu paling dekat dari ruang makan.

Jari nakal Delia terus menyentuh dan mengusap dada Zier. Lalu memaksa Zier melepaskan kaos yang dia kenakan. Sehingga ciuman mereka terlepas.

Delia kagum melihat keindahan di hadapannya. Otaknya semakin kacau. Ia  kembali menyentuh setiap inci tubuh Zier bagian atas dan mengklaim, pria itu adalah miliknya. Ia semakin tak rela jika Greta ingin mendekatinya.

Zier tak ingin terburu-buru, ia membiarkan Delia melakukan apa yang dia mau.

"Kamu ingat ucapanku, Zier. Aku tidak mau kamu bersama Greta atau wanita lainnya."

Delia kembali berjinjit dan mengalungkan tangannya di leher Zier kemudian mencium lagi bibir pria itu.

Zier tak ingin Delia kesusahan, ia membaringkan tubuh Delia di ranjang dan membiarkan Delia melakukan segalanya tanpa ia cegah atau memulainya lebih dulu.





Menikahi Calon Kakak Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang