Bagian 14

321 39 3
                                    

Dimas menunggu Delia dengan senyum mengembang. Ia tak sabar ingin bertemu pujaan hatinya yang beberapa waktu lalu ia telantarkan.

Saat ini memang belum waktunya pulang, bahkan masih sangat lama karena orang-orang baru saja masuk bekerja tapi Dimas sudah mengirimkan beberapa pesan pada Greta serta mengirimkan pesan pada atasan Delia yang kebetulan ia kenal. Ia meminta izin atas nama Delia.

Ponselnya berbunyi, Dimas sangat antusias. Buru-buru, ia segera membukanya. Namun, bukan pesan dari Delia yang ia dapatkan. Justru pesan dari Greta yang memperingatkan dirinya untuk menjauh dari Delia karena hubungan mereka sudah berakhir.

Dimas tak mau menerima itu, ia belum mengatakan kata putus pada Delia yang artinya ia masih sah menjadi pacar Delia.

Nekad, Dimas masuk kantor dan menemui resepsionis. Ia juga menunjukkan pesan yang berisi Delia diizinkan untuk pulang lebih awal.

Betapa senangnya hati Dimas. Rasanya semua sangat mudah baginya. Ia hanya perlu menunggu sebentar kata resepsionis itu, Delia akan mereka panggilkan.

"Delia."

Dimas tersenyum lebar saat melihat Delia keluar. Wanita itu semakin cantik dari terakhir yang ia ingat beberapa waktu lalu.

Delia terdiam, sejak mendapatkan info tentang kedatangan Dimas. Jantung Delia rasanya tak karuan.

"Aku sangat merindukanmu." Dimas menghampiri Delia yang hanya diam. Lalu memeluknya erat. "Maafkan aku, Sayang."

Ucapan Dimas memang terdengar manis seperti yang Delia ingat terakhir kali tapi entah mengapa, saat ini ia tidak merasa sesenang dulu.

"Ayo kita pergi."

Dimas melepaskan pelukannya lalu menuntun Delia untuk ikut bersamanya.

"Aku belum waktunya pulang." Delia melepaskan pegangan tangan Dimas dari lengannya.

"Aku sudah mendapatkan izin untukmu. Ayo kita pergi sekarang, kita harus membicarakan tentang hubungan kita."

"Hubungan kita?" Sungguh Delia merasa marah, Dimas seolah-olah tidak bersalah sama sekali.

"Iya. Kita lanjutkan rencana pernikahan kita."

Rasanya Delia ingin tertawa saat ini. Rencana pernikahan yang bagaimana lagi yang ingin Dimas lanjutkan, setelah semuanya berantakan atas ulah dia sendiri?

"Aku sudah menikah sekarang." Delia berusaha untuk mengingatkan Dimas atas statusnya saat ini.

"Aku tahu. Kamu tidak usah khawatir, aku akan membantu mengurus surat perceraian kamu bersama Zier."

"Bagaimana caranya? Aku sudah memintanya langsung pada Zier dan dia tidak menyetujuinya. Semua ini salahmu!"

Delia tidak bisa menahan rasa sakit dan kecewa dihatinya. Ia menangis dan memukul-mukul dada Dimas sebagai bentuk luapan emosinya.

"Delia, cukup. Malu dilihat orang."

Dimas menarik paksa Delia keluar kantor menuju ke mobilnya karena ia malu, beberapa orang yang ada di sana melihat ke arah mereka sembari berbisik-bisik.

"Hal tadi tidak seberapa dibandingkan saat hari dimana kamu kabur ninggalin aku."

Delia masih tak puas, ia kembali memukuli Dimas, kali ini ia memukul lengan Dimas saat sudah berada di dalam mobil.

"Aku mengerti. Aku sungguh minta maaf atas kejadian itu. Aku menyesal Delia." Dimas meraih kedua tangan Delia dan menggenggam erat lalu mengecup punggung tangannya. "Aku minta maaf.

Diperlukan manis seperti itu membuat Delia sedikit luluh. Rasa kesalnya pada Dimas juga sedikit memudar. Ia memang masih mencintai Dimas. Meski ia juga bingung dengan perasaan yang ia miliki pada Zier saat ini.

"Minta maafmu tidak akan merubah apa pun. Orangtuaku marah padamu. Bagaimana kita akan melanjutkan rencana pernikahan kita yang telah berantakan?"

"Kamu tidak usah khawatirkan tentang itu. Aku yang akan mengurusnya. Aku sangat yakin, mereka akan mengerti."

"Lalu bagaimana dengan orangtuamu?"

"Itu masalah mudah. Orangtuaku pasti mendukung semua keputusanku. Mereka tahu, aku sangat mencintaimu." Dimas mencium kembali punggung tangan Delia yang masih ia genggam.

"Bagaimana dengan Zier?"

Dimas melepaskan genggaman tangannya lalu tersenyum ke arah Delia dan menghapus sisa air mata di pipi Delia dengan lembut. "Zier tidak mencintaimu. Zier masih terlalu kecil untuk hubungan rumit seperti pernikahan. Aku yakin, dia tidak akan keberatan untuk melepaskan kamu. Meski saat ini dia tidak menyetujuinya, semua itu dia lakukan pasti atas dasar kemarahan sebagai hukuman untuk kita."

Bukan perasaan senang dan lega yang Delia rasakan saat mendengar ucapan Dimas tentang Zier yang tidak mencintainya. Justru Delia merasakan sakit yang begitu menusuk dalam relung hatinya yang sulit ia mengerti.

❄️❄️❄️
Sambil nunggu jum'atan.

Happy reading 291223



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikahi Calon Kakak Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang