9

1.3K 163 6
                                    

Dua hari sejak kematian ayahnya, Hinata memutuskan untuk mengambil cuti kerja. Dirinya juga memutuskan untuk tinggal sementara di rumah mendiang ayahnya.

Proses penyelidikan tentang kematian ayahnya juga masih berlangsung. Mayat-mayat sudah selesai di otopsi namun, hasilnya masih dirahasiakan oleh polisi.

Selama dua hari itu pula Hinata mengurung diri didalam kamarnya. Menguncinya dari dalam. Kini dia tengah disibukan melihat berkas-berkas yang ayahnya tinggalkan. Berkas-berkas yang membuat sang ayah terbunuh.

Hinata memijit pelipisnya. Sudah dua jam dirinya membongkar berkas-berkas itu. Sekarang dia menemukan dua berkas yang cukup tebal bertuliskan Perjanjian Proyek Kerjasama. Apalagi maksud nya ini?

Tiba-tiba suara ketukan pada pintu kamarnya terdengar. Hinata dengan cepat membawa dua berkas itu dan memasukkannya pada tempat tersembunyi di dalam kamarnya. Tepatnya pada bagian lantai kamar.

Hinata mendekat pada pintu kamarnya, "Siapa?"

"Berikan berkas perjanjian itu padaku" ucap seseorang dari luar sana.

"Siapa kau?" Hinata kembali mengajukan pertanyaannya.

"Berikan saja padaku, sialan!" Tepat setelah mengatakan itu, pintu kamar Hinata digedor kuat membuat dirinya terkejut. Bahkan sekarang pria itu entah merusak kenop pintu Hinata dengan apa namun yang pasti suaranya sangat nyaring.

Jantung Hinata berpacu lebih cepat. Dirinya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan kamarnya. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar melalui jendela kamar.

Aksinya terhenti sejenak saat dirinya menyadari bahwa kamarnya berada di lantai dua. Sekarang pilihannya hanya tinggal dua. Mati ditangan pembunuh itu atau mati jatuh dari lantai dua. Tetapi sejujurnya kemungkinan untuk hidup lebih besar saat lompat dari lantai dua, hanya saja mungkin dirinya akan cedera.

Hingga saat bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Hinata juga lompat dari jendela kamarnya.

Hinata termenung sejenak dari posisi terjatuh. Dirinya meraba beberapa bagian badannya, "Ini lebih baik dari yang ku duga" saat itu juga dirinya berdiri. Menoleh kearah jendela yang memperlihatkan seorang pria dengan topi dan masker hitam. Tanpa berpikir panjang Hinata berlari keluar dari rumahnya dan menekan beberapa nomor untuk menghubungi polisi.

Sedangkan disisi lain, pria itu mengumpat keras saat melihat Hinata kabur. Pria itu kemudian dengan kasar membongkar seluruh berkas yang ada di kamar Hinata. Mencari sesuatu yang dia inginkan yaitu perjanjian proyek kerjasama.

Sudah lebih dari limabelas menit dirinya membongkar berkas-berkas itu. Namun dia belum menemukan berkas penting yang di maksud. Hingga ternyata beberapa mobil polisi mulai terdengar dengan suara mengidupkan khas sirine mereka.

"Sialan, jalang itu. Awas saja, akan ku buat kau menyusul ayahmu" umpatnya. Saat hendak kabur dari kamar Hinata tiba-tiba pukulan keras mengenai wajahnya.

"Sial!" Umpatnya kembali. Pria bertopi dan masker hitam itu mencoba berdiri. Ternyata pukulan itu cukup keras sehingga membuat dirinya tersungkur.

"Apa yang kau lakukan! Aku tidak memiliki urusan denganmu, brengsek" ucap pria itu.

Kekehan terdengar tak jauh dari tempat dia berdiri.

"Aku akan membantumu melepaskan diri dari polisi jika kau menerima tawaranku" ucap pelaku pemukulan itu. Dengusan terdengar dari sang korban pemukulan.

"Apa yang kau tawarkan?"

"Menjebak Haruno Sakura" jawabnya.

Dengusan itu terdengar kembali, "Apa imbalan yang aku dapatkan?"

Dating App [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang