13

1.3K 165 3
                                    

"BIARKAN AKU MENEMANI HINATA! AKU INGIN MENEMANI SAHABATKU!" Teriak Sakura saat melihat beberapa perawat dan polisi membawa Hinata menggunakan tandu.

Kiba datang menghampiri Sakura, menutupi pandangan wanita itu agar tidak dapat melihat Hinata.

"Haruno Sakura, kau ditangkap atas dugaan kasus perdagangan manusia, perdagangan organ manusia secara ilegal, perdagangan satwa yang dilindungi, dan penyelundupan narkotika" ucap Kiba dengan  menunjukkan identitasnya sebagai kepala inspektur. Setelah mengatakannya, kedua anggota kepolisian lain dengan sigap memborgol tangan Sakura.

"Ku mohon izinkan aku untuk menemani Hinata sampai dia sadar. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan selama ini" kalimat itu bukannya mendapat simpati dari Kiba, melainkan seringai terpatri diwajah pria itu.

"Silahkan memberikan argumen ataupun pembelaan diri saat di pengadilan" setelah kalimatnya selesai, Kiba melewati Sakura. Namun dirinya sepertinya lupa mengatakan sesuatu tambahan pada wanita itu.

"Oh, iya. Aku sudah cukup bersabar selama 3 tahun ini. Menangkapmu sudah mengorbankan banyak anak buahku selama ini. Jadi jangan pasang wajah bersedih seperti itu. Hyuuga-san juga akan muak setelah mengetahui wajah asli sahabatnya ini. Apalagi sahabatnya sendiri yang ingin memperdagangkan dirinya"

"Sialan" umpat Sakura mendapatkan kekehan dari Kiba. Kemudian kedua bawahan Kiba membawa pergi Sakura dari sana.

Kiba melangkahkan kakinya menuju Sasuke yang masih tergeletak tak berdaya. Wajahnya penuh luka memar akibat ulah brutal Naruto. Dan jangan lupakan kakinya terluka akibat peluru Naruto yang bersarang disana.

Sejenak Kiba mendesah kesal mengingat Naruto dengan seenaknya menarik pelatuknya pada Sasuke. Yah, tapi apa boleh buat. Naruto pasti sangat kacau melihat Sasuke menggoreskan belatinya di leher Hinata.

"... semoga wanita itu baik-baik saja" gumam Kiba.

Kiba mendengar kekehan dari Sasuke.

"Uchiha Sasuke, kau ditangkap atas kasus pembunuhan Hyuuga Hiashi dan bawahannya, penggelapan dana proyek kerjasama tiga perusahaan, dan percobaan pembunuhan terhadap Hyuuga Hinata" dengan cepat beberapa anggota kepolisian disana memaksa Sasuke berdiri dan memborgol kedua tangannya. Tanpa ampun bahkan polisi itu tidak mempedulikan jika kakinya saat ini tengah terluka.

Sasuke mendecih, "Ternyata kau harus bekerjasama dengan Namikaze brengsek itu untuk bisa menangkap penjahat kelas S macam Sakura? Apa hanya sejauh ini saja kekuatan Kepolisian Jepang?" Kiba terkekeh mendengar kalimat ejekan dari Sasuke.

"Memangnya aku perlu menjelaskan padamu atas kasus lain? Seperti..." Kiba merogoh saku celananya. Menekan layar ponselnya dan menunjukkannya pada Sasuke. Senyum Kiba melebar sempurna saat melihat ekspresi perubahan wajah Sasuke.

Wajah Sasuke menegang saat membaca sesuatu yang tertulis di layar ponsel Kiba. Dirinya mencoba memberontak keras dan emosinya kian meningkat.

"KAU SUDAH GILA! KENAPA KAU MENGUSIK KELUARGA KU! KEPARAT KAU, SIALAN!" Sasuke tidak berhenti mengumpati Kiba saat dirinya dibawa keluar dari sana.

Apa yang membuat Sasuke begitu marah?

Uzumaki Saara dan dua anaknya ditangkap atas dugaan kasus pembunuhan berencana terhadap istri Hyuuga Hiashi.

Mereka adalah istri dan anak-anak Sasuke.

"Keluarga gila. Menyedihkan sekali ternyata penjahat kelas S macam Sakura bisa tertipu olehnya" kekehnya.

♧♧♧

Tiga jam sudah berlalu dan Naruto masih setia menunggu Hinata didepan ruang operasi. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang sangat dalam. Pikirannya kacau dan tidak tenang.

Bahkan berbagai pikiran negatif muncul di kepalanya. Bagaimana jika Hinata tidak bisa diselamatkan? Bagaimana dirinya bisa hidup tanpa Hinata? Apa keputusannya saat itu salah? Memangnya Hinata menganggap keberadaannya? Itulah beberapa pikiran yang menganggu Naruto sedari tadi.

Beberapa menit berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Beberapa perawat langsung membawa Hinata untuk dibawa ke ruang perawatan inap. Sedangkan seorang dokter menghampiri Naruto.

"Anda keluarga Hyuuga-san?"

"Iya" jawab Naruto singkat.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Naruto tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatirannya.

"Hyuuga-san berhasil melalui operasi dengan baik. Mungkin membutuhkan masa pemulihan cukup lama" jelas sang dokter.

"Anda tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Saya permisi" jelas sang dokter kembali. Kemudian setelah itu dokter pergi meninggalkan Naruto.

Naruto masih termenung disana. Dirinya ragu untuk melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Hinata. Apakah dirinya pantas untuk menemani Hinata setelah apa yang pria itu lakukan padanya?

Hingga akhirnya Naruto mengesampingkan rasa bersalah pada hatinya. Dia melangkahkan kakinya untuk menuju ruang rawat Hinata.

Setelah sampai di depan pintu itu, Naruto menggeser pintu dan masuk kedalam. Tatapannya mengarah kepada Hinata yang masih berbaring tak sadarkan diri disana. Dirinya memilih untuk mendudukkan diri jauh dari Hinata. Mengamati wanita itu dalam diam.

"Maafkan aku..." lirihnya.

♧♧♧

Selama lima hari ini Naruto selalu setia mengunjungi Hinata. Dirinya selalu duduk sofa yang jauh dari tempat Hinata terbaring. Hanya mengamati wanita itu dalam diam. Bahkan dirinya selalu datang membawakan buket bunga dan meninggalkannya disana. Dia menghabiskan setiap malam mengunjungi Hinata dan pergi di saat fajar menjelang.

Jujur saja kakinya sangat ingin mendekat dan menggenggam Hinata. Namun, hatinya terlalu berat untuk mengikuti apa yang diinginkan. Perasaan bersalah tak pernah hilang dari hatinya.

Ditambah lagi Hinata sampai detik ini juga belum sadarkan diri. Membuat Naruto sangat terpukul.

"Kapan kau akan sadar Hinata. Aku benar-benar minta maaf padamu..."

"Aku bersalah. Aku bersalah" lirihnya. Matanya menatap Hinata yang tengah berbaring.

"Cepatlah bangun... lebih baik kau pukul aku sebanyak yang kau mau daripada harus melihatmu diam saja disana. Aku rela karena aku memang bersalah"

"Aku juga masih memiliki hutang untuk menceritakan sesuatu kepadamu bukan?...

... apa kau masih ingin mendengar semuanya setelah apa yang terjadi?"

"Apapun akan aku terima Hinata. Apapun itu aku akan menerimanya. Asalkan jangan pernah meninggalkanku"

Naruto meremas surainya frustasi, "... aku benar-benar mencintaimu"




























"Bohong..."




To be continued

Dating App [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang