12

1.2K 160 6
                                    

Hinata menatap kosong jalanan. Setelah tiga hari dirinya mengurung diri di kamar, akhirnya Sakura menyarankan dirinya untuk ikut keluar. Mencari udara segar adalah pilihan terbaik.

Ponselnya kembali bergetar. Setelah kejadian yang membuat dirinya terpukul dengan sangat Naruto terus saja mengirimkan pesan padanya. Pesan panjang yang membuat Hinata enggan bahkan untuk membacanya saja.

"Syukurlah kau ikut dengan kami. Kau sangat memerlukan udara segar Hinata" ucap Sakura yang berada disamping pengemudi.

Saat ini Hinata berada di kursi belakang karena kursi depan telah ditempati oleh Sasuke dan Sakura.

"Kau benar" jawab Hinata.

Sakura menghela napas khawatir melihat keadaan Hinata yang belum memiliki semangat.

"Aku kasihan sekali padanya" gumam Sakura.

"Tidak perlu terlalu dipikirkan. Semua akan baik-baik saja" kalimat Sasuke entah mengapa membuat Sakura kembali menatap Hinata. Mata itu menatap Hinata penuh keraguan. Apa semua akan berakhir seperti ini? Batin Sakura.

Tiba-tiba tangan Sasuke menggenggam tangan Sakura. Sakura menatap Sasuke yang fokus pada jalanan di depannya. Sesekali menatap Sakura.

"Ini yang terbaik untuk kita. Setelah semuanya selesai, kita akan memilih jalan yang baik" Kalimat Sasuke membuat Sakura menggigit bibirnya.

"Baiklah"

Sedangkan saat ini Hinata menghela napasnya panjang. Dia kembali menatap ponsel yang menunjukkan 3 pesan belum dibaca dan semua dari Naruto.

"Apa yang dia ingin coba jelaskan?" Gumamnya. Kemudian Hinata kembali menatap jalanan dengan pikiran kosong.

♧♧♧

Sasuke menghentikan mobilnya disalah satu hotel mewah. Dia turun diikuti Sakura dan Hinata. Hinata melihat keadaan sekitar, sepi.

"Apa kalian sudah memesan tempat ini?" Tanya Hinata membuat Sakura menoleh pada Hinata. Wanita itu tersenyum dan menghampiri Hinata.

"Tentu saja. Kita harus menikmati makanan disini dan juga kau harus merasa nyaman" Hinata berpikir, mengapa dia bisa meragukan Sakura. Sahabatnya itu bahkan memiliki hati seperti malaikat.

Langkah kaki mereka masuk kedalam sana. Mendapatkan sambutan beberapa pegawai hotel dan diarahkan untuk duduk di meja yang telah dipesan.

Beberapa hidangan sudah tampak tersaji. Banyak pilihan makanan yang menggugah selera semua orang, namun tidak bagi Hinata. Perutnya masih tidak bisa menerima makanan.

"Hinata, kau makanlah. Ini khusus untukmu" ucap Sakura. Hinata mengangguk dan mencoba mencicipi hidangan itu. Walaupun sesungguhnya enggan. Dia hanya tidak ingin Sakura sedih karena telah repot membelikannya semua makanan ini.

Saat Hinata sibuk mengunyah makannya. Dia melihat keadaan sekitar. Sasuke, calon suami Sakura itu tengah sibuk bermain ponsel. Sedangkan Sakura sibuk antara ponselnya dan jam tangan miliknya.

"... kalian tidak ingin memakannya?" Pertanyaan Hinata sontak membuat keduanya meletakkan ponselnya dan tersenyum pada Hinata. Kemudian mereka berdua mulai menyantap hidangan dihadapannya.

Saat tengah menikmati hidangan itu, salah satu pelayan menghampiri Sakura dan membisikkan sesuatu.

Raut wajah Sakura berubah menjadi kusut seketika. Sakura memberi kode pada Sasuke. Sasuke mengangguk paham, kemudian mereka berdua berdiri dari duduknya dengan tergesa. Sedangkan Hinata hanya mengikuti saja saat Sakura menariknya.

"Hinata, kita harus pergi dari sini. Aku tertipu" ucap Sakura dengan raut wajah yang sangat khawatir. Saat Sakura hendak membawa pergi Hinata, tiba-tiba Sasuke menarik Hinata dari tangan Sakura.

"Apa yang-" mata emerland itu melebar sempurna kala melihat Sasuke telah mengunci pergerakan Hinata dan jangan lupakan belati yang sudah bersiap untuk melukai leher Hinata.

"SASUKE! KAU SUDAH GILA?!"

"LEPASKAN HINATA SEKARANG JUGA?!" Teriak Sakura pada Sasuke. Namun pria itu malah asik terkekeh.

"Sudah tidak ada untungnya bagiku menjaga jalang ini tetap hidup. Aku sudah mendapatkan kesepakatan lainnya" jelas Sasuke pada Sakura. Sementara Hinata mencengkram kuat lengan Sasuke yang mengunci lehernya.

"Kau... mengkhianatiku?" Wajah Sakura menatap Sasuke dengan tatapan tidak percaya.

"Lepaskan Hinata sekarang juga!" Teriak Sakura kembali pada Sasuke.

"Tidak, sebelum aku berhasil membunuhnya. Dia menyulitkan diriku"

"Kau gila, Sasuke!"

"Apa bedanya denganmu, Sakura?" Sakura mendecih mendengar kalimat yang keluar dari Sasuke.

"Berapa yang kau dapat hingga kau berani mengkhianatiku?" Pertanyaan Sakura pada Sasuke.

"Sebenarnya apa yang kalian perdebatkan sekarang?" Kalimat itu keluar dari mulut Hinata dengan susah payah karena cengkraman Sasuke pada lehernya cukup kuat.

"...Kau cukup naif, Hinata. Berapa lama kau berteman dengan Sakura sampai kau tidak menyadari jika sahabatmu itu, memperdagangkan dirimu" bukan Sasuke yang kali ini berbicara. Naruto, dia datang dan bergabung dengan perdebatan mereka.

Sakura mendecih, "Berani-beraninya dirimu menipuku" geram Sakura pada Naruto. Senyum lebar terpatri di wajah Naruto.

"Sasuke, lepaskan Hinata. Aku akan menawarkan hal yang menarik jika kau menjualnya padaku" tawar Naruto membuat mata bulan itu melebar sempurna.

"Dia menjebakku dengan membeli Hinata dariku. Sialan" geram Sakura menatap tajam Naruto.

Hinata tak mengerti dengan percakapan mereka bertiga. Apa salah Hinata disini? Mengapa dia yang menjadi bahan perdebatan?

"Tidak, terimakasih. Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Lagipula syarat darimu juga sudah kupenuhi, menjebak Sakura. Sekarang urusanmu hanya dengan dirinya. Jangan ikut campur dengan urusanku" jelas Sasuke. Naruto mengeratkan giginya kesal.

"Aku akan menaikkan penawaranku. Dua kali total harta Sakura dan serahkan Hinata padaku"

Sasuke mendecih, "Aku tidak mendapatkan untung dari penawaranmu itu. Lagi pula..." seringai muncul diwajah Sasuke. Dirinya memaksa Hinata berjalan mendekati Naruto. Hinata sempat menolak walaupun akhirnya tenaga yang dia miliki tidak sebanding dengan Sasuke. Saat Sasuke dan Hihata berhasil tepat didepan Naruto. Sasuke memaksa Hinata memandang pria itu.

"... sepertinya jalang ini sangat berharga untukmu" Salah satu tangan Naruto yang berada didalam saku mengepal erat. Naruto menahan diri saat dia melihat Hinata tengah kesakitan karena lengan Sasuke terlalu menekan leher wanita itu.

"Aku tidak akan memberikannya pada kalian berdua. Dia milikku. Aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri" Sasuke menggantungkan kalimatnya. Dia menatap Naruto lekat.

"Lagi pula aku juga tahu jika kau menjebakku. Diluar ada polisikan?" Tepat pada saat itu Naruto mengarahkan pistol pada Sasuke dan langsung menarik pelatuknya.

"HINATA!" teriak Sakura.

Bunyi tembakan menggema di seluruh ruangan itu. Meninggalkan Hinata yang tergeletak berselimut darah.

"KAU SUDAH GILA?!" Sakura dengan tangisnya menghampiri Hinata. Memaksa Hinata untuk tetap menjaga kesadaran dirinya.

Sedangkan Naruto? Naruto hanya menatap kosong pada Hinata yang terkapar di lantai dengan penuh darah. Kakinya tak bisa bergerak bahkan satu senti pun.

Beberapa polisi yang mendengar suara tembakan itu langsung masuk mengepung ke dalam.

"KAU SUDAH GILA?! SIAPA DIRIMU SAMPAI MENARIK PELATUK ITU TANPA IZINKU!" Teriak Kiba saat melihat kekacauan yang dibuat oleh Naruto.














To be continued

Dating App [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang