4.

243 22 0
                                    


Sebenarnya, cinta itu apa? Pikir Hokuto, menengadahkan kepalanya sedikit, merasakan tetesan air yang membasuhnya dari atas ke bawah, terasa hangat di kulitnya yang tidak terbalut selembar benang pun. Matanya terpejam, dan kedua tangannya meremas rambut hitam sahabatnya yang sekarang sedang bertumpu pada kedua lututnya seraya memberikan si pirang kenikmatan yang tiada taranya, yang membuat desahan kecil keluar dari bibir mungilnya.

Nafsu mengalahkan akal sehatnya. Dalam dunia gemerlap ini apakah masih ada cinta yang tulus antara pria dan wanita? Rasanya tidak. Seseorang berhubungan dengan orang lain untuk sebuah keuntungan semata.

Tapi dia percaya hubungannya dengan Kazuma lebih dari itu.

Lebih dari--

Rasa geli dan basah membuat tubuhnya gemetar ketika dia mencapai puncaknya.

Sudah berapa kali kami melakukan ini? Pikirnya.

Sekarang hanya kedua tangan Kazuma yang berada di daerah privasi si pirang dan membantunya sampai tuntas, menyemprotkannya ke dinding kamar mandi yang terbasuh air, menyisakan rasa lemas dan puas di tubuh Hokuto yang basah.

Entah sudah berapa kali mereka melakukan itu, tapi nyaris tidak pernah sampai memasukkan barang privat mereka ke dalam lobang kecil sahabatnya dari belakang, karena keterbatasan waktu dan padatnya jadwal. Biasanya hanya seperti ini, mereka melakukannya dengan cepat dan sudah terbiasa, sehingga masing-masing sudah tahu apa yang harus dilakukan dan jangka waktu klimaks sahabatnya.

Selagi Kazuma bangkit berdiri, Hokuto bergerak menciumi tubuh sahabatnya itu yang juga tidak terbalut selembar benang pun, dari tengah dada sampai ke perut bawah, seperti yang dilakukan Kazuma padanya sebelumnya, merasakan setiap inci dari tubuh sahabatnya yang jantan itu, sampai akhirnya Hokuto pun bertumpu pada kedua lututnya sendiri untuk memegang dan mengulum milik sahabatnya.

Dirasakannya tngan Kazuma meremas rambut pirangnya.

Seandainya ini orang lain, misalnya saja di hadapannya ini adalah Riku, dan bukan Kazuma, maukah dia melakukan ini?

Pemikirannya berhenti karena suara erangan kecil dari bibir sahabatnya, dan dirasakannya getaran dari panggul yang sedang dimanjakannya itu.

Karena itu dia cepat-cepat menjauhkan kepalanya dan menggunakan kedua tangannya untuk membantu sahabatnya, sama seperti tadi.

Sesudah tersalurkan, Kazuma jatuh bertumpu pada kedua lututnya sendiri di depan Hokuto, sehingga posisi mereka sejajar, dan pemuda yang berambut sehitam malam itu memeluknya sekilas sebelum meletakkan tangannya di dagu si pirang untuk memposisikan wajahnya, kemudian mencium bibirnya.

Tangan si pirang otomatis bergerak ke belakang kepala sahabatnya, meremas rambut hitam itu.

Dan, seperti biasa, kemesraan mereka tak pernah berakhir lama ataupun memuaskan, bahkan bagi mereka berdua. Bel pintu kamar dibunyikan dari luar, suaranya bahkan mengalahkan gemericik air dari shower yang masih menyiram mereka berdua, mengagetkan keduanya.

Terpaksa Kazuma berdiri dan mematikan shower, berjalan mengambil handuknya dan membungkus pinggulnya, lalu keluar dari kamar mandi untuk membuka pintu kamar. Hokuto segera menutup pintu kamar mandi setelah Kazuma keluar dan meneruskan membersihkan dirinya sendiri.

Setelah selesai, dia keluar dan melihat sebotol anggur keras di atas meja kamar. Dia teringat bahwa asisten manajer berkata akan mengantarkan anggur. Rupanya tadi adalah itu.

"Aku sudah memintanya membawakan makan malam kesini." Ucap sahabatnya yang masih hanya terbalut handuk putih di pinggul, "Dan ngomong-ngomong, coba kau lihat email-mu. Script yang kita bicarakan tadi sudah dikirim."

"Baguskah?" Jawab Hokuto sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

"Baca saja sendiri." Sahut Kazuma sambil kembali ke kamar mandi dan menutup pintu.

Maka dengan penasaran Hokuto meraih hapenya, membuka email-nya dan melihat surel baru dari maajer LDH. Dia pun mengunduh file yang tercantum disitu lalu membacanya sambil masih mengeringkan rambut pirangnya.

Script tersebut isinya adalah cerita romantis antara dua pria. Boys Love. Bahkan ada adegan yang akan mengharuskan dia dan Kazuma seakan bercinta di tempat tidur. Tetapi bayaran yang tertera cukup besar, bahkan untuk ukuran bintang ternama seperti dirinya.

Pantas saja manajer mereka mempertimbangkan ini.

Tapi entah kenapa alur cerita yang dibacanya terasa menggelitik hatinya, terasa menarik dan menantang. Tapi bagaimana jika Kazuma tidak mau? Haruskah dia berpasangan dengan orang lain?

Bukankah tadi Kazuma tidak terlihat antusias waktu memberitahunya untuk memeriksa email-nya? Beda saat sahabatnya itu mendapatkan peran Fujio.

***

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang