Namanya juga kehidupan, tidak selalu lancar dan mulus. Tidak semuanya manis. Pertengkaran seringkali terjadi di dalam grup mereka, bukan hanya sekali dua kali. Kadang beberapa di antara mereka sampai tidak saling bicara berhari-hari, tapi lalu semua menjadi normal kembali ketika kebahagiaan dan kebanggan akan penampilan mereka meledak. Sekarang, Kazuma hanya bisa menebak bahwa Hokuto pasti bertengkar habis-habisan dengan Riku, sehingga dalam kemarahan dan kekesalan; ditambah setengah mabuk--mungkin anggur dari fans yang kemarin?--Hokuto melakukan tindakan nekad untuk membuktikan sesuatu kepada Riku, atau untuk mengancam Riku.
"Aku akan mencarinya di dalam." Katanya kepada Likiya di depan pintu diskotik sebelum masuk, "Sebaiknya kau tunggu disini. Jangan sampai kita terpencar di dalam. Aku akan mencari Hoku-chan dan membawanya keluar--"
"Kalau begitu sebaiknya aku yang masuk." Balas Likiya, "Karena kau adalah center di grup kita, dan fans-mu lebih banyak, dan kalau kau sampai kenapa-napa kita akan lebih susah, dibanding aku--"
"Jangan bilang begitu!" Putus Kazuma, "Tidak ada jenjang di antara kita, ingat?! Semua sama dan setara! Aku yang akan cari dia, dan kau sebaiknya coba telepon Riku dan perjelas mereka bertengkar karena apa." Lalu Kazuma langsung bergerak cepat meninggalkan Likiya dan masuk duluan, mengabaikan lututnya yang mendadak terasa nyeri lagi.
Kebisingan musik hingar-bingar dan cahaya lampu disko menyambutnya, membuatnya terdiam selama sekian detik untuk menyesuaikan diri. Lalu dia memutuskan untuk menghampiri seorang waiter yang kebetulan berdiri di dekatnya.
"Lihat orang ini?" Bisiknya sekeras mungkin pada waiter itu sambil menunjukkan foto Hokuto di hapenya. Sengaja foto yang ditunjukkannya adalah foto yang biasa saja, yang diambil dari kamera hape, bukan jepretan profresional, tidak mengenakan make-up dan tanpa editan.
Waiter itu tampak ragu.
Kazuma lantas mengeluarkan dompetnya dan mengambil sejumlah besar uang lalu menyodorkannya.
Sikap si waiter segera berubah. Dia mengambil uang itu, mengantonginya, lalu berbisik, "Sepertinya tadi duduk di pojok sana. Akan kuantarkan Anda padanya."
Kemudian pelayan itu mengantarkan Kazuma melewati lantai dansa tempat semua orang sedang menari dengan asyiknya, dan melewati meja-kursi daerah tempat duduk, menuju ke sebuah sofa di sudut. Hokuto duduk disana, sedang mencium seorang wanita Lady Court di pangkuannya sambil merangkul dua wanita LC lainnya di kanan-kirinya, dan di sekitarnya ada kira-kira lima wanita yang kesemuanya adalah LC juga. Kemeja pemuda pirang itu tidak terkancing semua, menampakkan kaos dalam putihnya. Di atas meja di depan mereka terlihat botol-botol dan gelas-gelas minuman keras yang semuanya sudah kosong atau tinggal sedikit, beberapa bungkus rokok, asbak yang penuh, dan beberapa piring makanan yang sudah tinggal setengah.
Pemandangan itu entah kenapa terlihat menyedihkan bagi Kazuma, karena dia tahu batin Hokuto sedang menangis saat ini, meskipun tampaknya seolah sedang bersenang-senang. Kazuma tahu bukan ini yang diinginkan Hokuto. Sahabatnya yang berambut pirang itu pasti melakukan ini karena sedang galau, sedih, atau tertekan.
Apakah dia ingin membuktikan pada Riku bahwa dia juga seorang pria? Pikir Kazuma, Tapi haruskah dengan cara ini?
Kazuma mengangguk pada waiter sebagai ucapan dismiss, maka waiter itu membungkuk dan meninggalkannya. Kemudian, karena Hokuto sedang sibuk berciuman, dan tangan si wanita di pangkuannya sudah masuk ke balik risleting celana si pemuda pirang, Kazuma maju, memberi isyarat agar kedua wanita yang di kanan kiri Hokuto yang sedang menciumi leher dan bahu sahabatnya itu untuk minggir.
Yang di kanan melihatnya dan menggeser posisinya, sehingga Kazuma bisa duduk di sebelah kanan Hokuto.
Dia menunggu sampai ada jeda dimana Hokuto melepaskan ciumannya dengan si wanita di pangkuannya, lalu melingkarkan tangannya di kepala sahabatnya itu dan memaksanya menengok padanya. Wajah Hokuto sangat merah dan tatapannya nanar.
"Hoku-chan, ini aku!" Bisik Kazuma di telinga sahabatnya, "Mari kita pulang!"
Perlu waktu bagi Hokuto untuk bisa memfokuskan pandangan dan pendengarannya pada Kazuma, dan bahkan setelah mendengar dan melihatnya pun dia tampak bingung dan seakan tidak mengenali sahabatnya selama sesaat, tapi akhirnya berhasil juga Kazuma membuat Hokuto mengenalinya dan menyadari bahwa dirinya nyata berada di samping si pirang itu. "K-Kazuma?" Hokuto tampak bingung, bahkan tatapannya masih agak tidak fokus. Lalu dia tertawa sendiri dan mencium bibir Kazuma.
"Cukup!" Kazuma mendorongnya pelan sambil memberi isyarat agar LC di pangkuan Hokuto turun. Si wanita menurut dan turun, tapi berlutut di antara kedua kaki Hokuto dan tangannya kembali merayap ke dalam.
Hokuto sekarang fokus pada Kazuma dan berusaha memeluknya, sementara Kazuma sendiri sedang sibuk mengeluarkan dompetnya lagi dan memberi uang pada wanita yang berada di antara kaki Hokuto.
"Pergilah, sudah selesai!" Bisik Kazuma pada wanita itu, "Bawa semua temanmu."
Wanita itu menerima uangnya dan memberi isyarat pada semua temannya, lalu mereka pergi, meninggalkan Hokuto dengan risleting celana terbuka. Setelah semuanya pergi, Hokuto malah semakin mendekat pada Kazuma dan duduk di pangkuannya.
Pemuda yang lebih tua yang berambut hitam itu, tentu saja, berusaha mendorongnya pelan.
"Kamu.. ," Bisik Hokuto di telinganya, "Bagaimana kalau kita lakukan disini? Disini bebas, tidak ada yang melihat....." Kemudian dia menggelitik telinga sahabatnya dengan lidahnya, membuat jantung Kazuma berdebar keras.
"Hoku....!" Kazuma berusaha mendorongnya, tetapi Hokuto yang sekarang di pangkuannya malah mengalungkan kedua lengannya ke leher Kazuma dan berusaha menciumi Kazuma.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Always
FanficKazuhoku fanfic. Mengandung BL, yaoi, bxb, Mengandung 18+ mohon maaf jika ada yang kurang berkenan :) namanya juga fanfic dan cerita ini sepenuhnya fiksi. Chapter 1 - 11 end. Chapter 12 bonus ending 18+ (mohon di skip bagi yang kurang berkenan memba...