1. Si bau kencur

364 35 9
                                    

Jakarta, 12 Juni 1975

"BIBLE SEDANG APA KAU DI DALAM?! INI NATTA SUDAH MENUNGGU DILUAR!" Teriak seorang perempuan paruh baya dengan nada aksen medan nya yang kental.

Entah sudah berapa kali Natta mendengar suara Tante Rais di dalam memanggil Bible untuk segera keluar, namun Bible tidak kunjung datang. Sementara waktu sudah menunjukan pukul 6:30 dan kesempatan yang Natta dan Bible miliki hanya 30 menit lagi. Dalam surat tata tertib ospek, Maba wajib datang tepat waktu. Namun, melihat situasi ini, Natta tidak yakin apakah mereka akan berhasil sampai ke kampus tepat waktu.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Bible keluar dengan pakaian rapih dengan aksesoris ospek yang lengkap, seperti name tag yang menggantung di lehernya dan juga topi dari anyaman bambu yang ia kenakan di kepalanya. 

"Waduh, maaf ya aku bangunnya telat"

"Sudah tidak apa-apa Bib, ayo cepet kita harus buru-buru waktu kita tinggal 25 menit lagi nih."

Keduanya berlari bersama meninggalkan pekarangan rumah Bible. Untungnya jarak rumah Bible ke jalan raya tidak begitu jauh jadi mereka bisa secepat mungkin menghentikan Metromini yang akan mengantarkan mereka ke kampus mereka.

Di dalam Metromini yang panas dan pengap, Natta dan Bible tidak kebagian tempat untuk duduk. Terpaksa, mereka berdiri dan berpegang pada pegangan yang ada. Saat ini, mereka tidak peduli lagi apakah akan terlambat atau tidak; yang terpenting adalah bisa mengikuti acara ospek kampus ini. Tentang hukuman apa yang mungkin menanti mereka, biarlah itu menjadi urusan belakangan. Semuanya sudah terlambat, apalagi dengan keadaan kota Jakarta yang padat kendaraan, banyak aliran lalu lintas yang terhambat. Tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk datang tepat waktu.

Ini adalah hari pertama Natta menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa fakultas kedokteran di salah satu kampus terbaik di Indonesia. Mengingat segala perjuangan yang telah ia lalui untuk bisa kuliah di kampus ini, saat ini adalah momen yang sangat berharga baginya. Semua waktu yang telah ia habiskan untuk belajar dan berusaha akhirnya membuahkan hasil, dan rasa bangganya begitu besar.

Bapak dan Mama pun sangat bangga padanya, apalagi saat pertama kali mereka  medengar kelulusan Natta. Natta  ingat betul bagaimana bahagianya mereka sampai Bapak rela tidak minum kopi walaupun hanya bertahan seminggu.

Sementara itu teman disebelahnya ini, Bible Johaness  Simatupang, dia adalah teman lama Natta dari Medan. Dulunya, mereka sempat satu SD saat Natta masih tinggal di medan sebelum ia akhirnya pindah ke Surabaya mengikuti ayahnya yang harus pindah karena tugasnya.

Bible adalah sahabat yang baik dan paling mengerti Natta pada waktu itu. Ketika Natta diharuskan pindah,Natta sedih bahkan murung sepanjang hari, dan suasana itu berlangsung selama lebih dari seminggu. 

Dan beberapa tahun berlalu, keduanya dipertemukan lagi saat pendaftaran kampus. Awalnya mereka berpikir mereka tak akan bertemu lagi tapi Tuhan selalu saja menyelipkan skenario terbaiknya yang membuat Natta dan Bible kembali bersama.

Bible sendiri memilih jurusan yang berbeda dengannya. Bible memilih jurusan hukum, demi mewujudkan impiannya sejak kecil untuk menjadi seorang Hakim dikemudian hari. 

"Nat, aku dengar dari temanku kalau ospek kampus tuh diurus sama semua senior dari fakultas lain juga ya?" tanya Bible.

"Iyalah Bib, kenapa memang?" jawab Natta.

"Aku dengar senior fakultas teknik itu pada galak loh." Katanya sambil sedikit berbisik,"kamu tahu Kak Mile gak yang waktu itu ngasih kita surat tata tertib ospek?" Tanyanya.

Natta mengangguk, tentu saja ia ingin lelaki itu bahkan ia hafal wajah lelaki itu yang memiliki kesan dingin dan sorot mata yang tajam.

"Katanya dia ketua panitia ospek. terus katanya dia galak. Masalahnya kalau dihukum sama dia bisa mampus kita."  ungkap Bible khawatir.

Dear Natta, 1975 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang