5. Scars of the past

144 23 10
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, di mana tempat, kejadian, dan peristiwa semata-mata bersifat imajinatif.

happy reading

***

Masih di malam minggu, tepatnya setelah mengantarkan Natta pulang kerumahnya, aku datang ke rumah dengan suasana hati yang sangat senang. Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku ini saking senangnya aku berhasil menjadi pacarnya Natta. Awalnya ku tidak menyangka Natta akan berkata demikian bahwa ia akan berusaha menjadi pacar terbaiku. Natta juga jujur padaku terkait perasaanya tentang kapan ia mulai jatuh cinta padaku.

Katanya saat itu setelah aku mengantarkannya ke rumah, Natta tidak hentinya memikirkanku. Natta pikir awalnya aku orang yang memang tidak punya hati tapi setelah aku menawarkannya pulang bersama, Natta yakin bahwa aku tidak seburuk seperti apa yang ia dan orang kira. Karena memang, setahuku citraku dikampus dikenal sebagai orang yang paling sangar, dingin dan menyebalkan. 

Natta juga bilang dia tahu kalau aku mau mengerjainya dengan bubuk kencur itu dan semua itu berawal saat ia mencurigai Franz yang sedang berada diambang pintu aula dengan wajah usilnya. Natta pun bertanya apa yang dilakukan Franz disana, lalu si Franz Jancok-Ananta-Hadikusuma itu menjawab seadanya tanpa menoleh siapa orang yang bertanya padanya. Akhirnya Natta bersama teman-temannya menghampiriku dan kejadian bubuk kencur yang mengenai tubuhku pun terjadi.

Natta bilang seharian dia tidak bisa menahan tawanya setiap kali ia mengingat kejadian itu. Bahkan saat dibonceng olehku sebenarnya dia diam-diam menahan tawa agar tidak aku curigai. Dan reaksi ku saat Natta mengetahui itu, sudah jelas aku malu dan bingung mau merespon apa. Tapi ternyata siapa sangka, bubuk kencur itu ternyata membawa berkah bagiku: karena si kencur, aku maupun Natta selalu ingat setiap momen itu yang membuat kita akhirnya saling memikirkan satu sama lain.

"Kenapa baru pulang jam 11? bukannya kamu bilang sama Abang pulang jam 10?" Timpal Bang Thana, ia menghampiriku langsung saat aku baru saja sampai di depan pintu rumah. Kulihat matanya membulat tajam seperti singa yang baru saja menemukan musuhnya.

"Bang, potong aja uang jajan aku, gapapa beneran." Ujarku, tapi yang aku katakan pada Bang Thana memang 100% ikhlas, aku tidak masalah uangku dipotong karena malam ini aku berhasil menjadi pacarnya Natta,"yaudah, Mile masuk dulu ya," tambahku sambil berjalan melewati Bang Thana begitu saja. 

Aku berjalan ke dapur dan seperti biasa aku menemukan Mama yang masih berkutik membereskan dapur di jam segini dan Jeff yang membantu Mama mengelap beberapa piring yang sudah dicuci. Aku mengambil membawa gelas sambil bersiul dengan nada gembira, Jeff menatapku aneh dan aku tersenyum padanya. Jeff sangat kaget melihat itu, karena mungkin tidak biasanya aku datang dengan perasaan penuh gembira dan melemparkan senyum padanya.

"Sinting," gumam Jeff

"Eh Jeff, nih buat lo" aku menyodorkan coklat yang aku beli tadi yang memang khusus dibelikan untuk Jeff.

Anak itu seketika meninggalkan pekerjaanya, menghampiriku dan membawa coklatnya, "Wah, makasih Kak, tumben lu baik."

Dengan gemas aku mencubit pipinya,"apa yang enggak buat adek tercinta sih" kemudian aku melepaskan cubitannya setelah Jeff meringgis kesakitan.

Setelahnya, aku memeluk Mama dan mencium pipinya, "Mam, besok Arkan beliin Mama buah Mangga ya." Aku mencium Mama lagi sebelum akhirnya pergi ke kamar.

Melihat sifatku yang beda daripada biasanya membuat semua orang rumah menatapku dengan tatapan selidik dan wajar saja sih mereka melihatku seperti itu karena tidak biasanya seorang Mile Arkan Dwitama datang-datang kerumah dengan wajah berseri, bersiul, lalu menebar senyum tampannya kepada semua orang rumah.  

Dear Natta, 1975 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang