8. The Story Begins ; THE TRAGEDY

128 16 2
                                    

Hai My Readers aku minta maaf gak fast update soalnya aku akhir-akhir ini lagi sakit. Aku bakal update lagi secepat mungkin. Terima kasih sebelumnya 

***

25 Juli 1975

Dan disinilah aku berada di depan istana Negara sambil mendengar orasi dari perwakilan para Dewan Mahasiswa yang sedang menyampaikan keluhan mereka terhadap pemerintah mengenai keadilan terhadap kasus 2 mahasiswa aktivis yang hilang juga aspirasi terhadap anti korupsi sebagai sindiran keras agar para petinggi negara itu bisa ditindak pidana sesuai hukum yang berjalan di Negeri ini. Meskipun saat itu pemerintah benar-benar menutup telinga mereka untuk tidak mendengar unjuk rasa seperti ini tapi kami pada saat itu berusaha agar keadilan ditegakan.

Sudah 3 jam kami berada disini, ditengah panasnya terik matahari yang membuat suhu udara disini semakin gerah. Aku melihat ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang mendadak sakit dan pingsan karena tidak tahan dengan situasi berdesakan seperti ini dan bisa ku lihat dipinggir trotoar sana para tim medis sibuk menjalankan tugas mereka dan mataku tertuju pada Natta.

Natta tampak serius menangani orang yang sakit dan aku yakin jika suatu hari nanti dia akan menjadi seorang dokter yang sangat hebat yang disukai pasiennya. Natta melayani dengan baik, tidak pamrih dan selalu menebar senyumnya, siapapun pasti mau ditangani oleh dokter sebaik itu.

"Mile, udah dong natapnya, Si Natta gak bakal ilang kok"

Aku menoleh saat Franz tiba-tiba duduk disampingku sambil berkata demikian,aku hanya mendelikan mataku sebagai respon,"Apaan si lo?"

"Santai bung,santai...bercanda doang."

"Oh iya, gimana kata Ayah lo, aman 'kan?"

"Udah dipastikan aman kok."

Aku dan Franz sudah merencanakan sesuatu untuk mengagalkan misi Papa; yang mana ia menyuruh beberapa anak buahnya untuk menangkap beberapa anggota dewan mahasiswa yang berperan sebagai aktivis aktif disini salah satunya adalah Kak Hasan Ketua Dewan Mahasiswa di kampusku.

Aku, Franz dibantu ayahnya akan mengagalkan semua misi itu. Ayahnya Franz mengerahkan pasukan TNI yang sangat terlatih dan kompeten secara diam-diam, mengirim mereka ke tempat kami berada untuk membantu melindungi para aktivis dan mencegah penangkapan ilegal ini.

Orasi nampaknya tidak membuat pemerintah terenyuh sudah selama ini tidak ada keputusan apapun dari mereka, suasana pun menjadi semakin tidak terkendalikan kami yang semula duduk berdiri dan dengan suara lantang, kami meneriakkan tuntutan mereka kepada pemerintah.

Kata-kata seperti "Keadilan!" dan "Rakyat bersatu tak akan pernah dikalahkan!" terdengar bergema di sekitar sini. Massa yang semakin banyak bergabung menyanyikan lagu "Padamu Negri" dengan penuh semangat, seakan mengingatkan bahwa perjuangan ini adalah bentuk cinta mereka pada negara.

Di tengah sorak-sorai dan lagu kebangsaan yang dinyanyikan dengan penuh semangat, para mahasiswa menyadari bahwa ini adalah awal dari perubahan besar. Mereka bersumpah untuk terus berjuang demi keadilan, transparansi, dan masa depan yang lebih baik bagi negara mereka. Hari itu adalah titik balik dalam sejarah perjuangan mahasiswa, dan semangatnya akan terus membara hingga tuntutan mereka terpenuhi.

Sementara itu, di sekitar kami, pasukan polisi yang berjaga di depan gerbang gedung DPR RI tetap waspada. Mereka memantau setiap gerak-gerik massa mahasiswa dan tampak siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi dalam situasi yang semakin mencekam ini.

Ditengah unjuk rasa ini, suasana mulai terasa semakin tegang lagi ketika tiba-tiba saja di belakang sana beberapa orang mahasiswa berlarian. Mereka terlihat tergesa-gesa dan wajah mereka memancarkan kemarahan. Dalam sekejap, seorang mahasiswa muda yang mengenakan almamater biru tiba-tiba melompati pagar pembatas dan menerjang menuju barisan pasukan polisi yang berjaga.

Dear Natta, 1975 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang