11. Permusuhan yang Panjang (1)

75 4 26
                                    

Bel pergantian pelajaran berbunyi satu kali. Sesuai rencana, Suri dan Bruce keluar dari Ruang UKS untuk kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Sampai bertemu setelah bel pulang sekolah berbunyi," ucap Bruce sembari menatap ke arah Suri. Suri balas menatap ke arahnya lalu ia mengangguk.
"Um."

Bruce dan Suri benar-benar berpisah. Bruce berjalan lurus sementara Suri berjalan ke arah kanan. Mereka berdua tidak kelihatan lagi dari depan ruang UKS. Tidak lama kemudian, Bruce dan Suri sampai di kelas mereka. Beruntung tidak ada guru di sana sehingga mereka bisa masuk ke dalam kelas tanpa perlu ditegur oleh guru lebih dulu. Suri dan Bruce menghela nafas lega dan mereka mengikuti pelajaran berikutnya dengan tenang tanpa perlu merasa khawatir diganggu oleh Rocco lagi. Ya, meski itu hanya berlaku untuk saat ini dan beberapa hari kemudian, mungkin.

Sementara itu, hal yang sama berlaku untuk Norman, Kyle, Pio, Gio, Brady, dan Jay. Tanpa Gio, Pio, Brady, dan Jay sadari, Kyle dan Norman tersenyum simpul. Sungguh, mereka sangat senang hari ini. Bagaimana tidak senang. Hari ini Brady dan Jay tidak berhasil mengerjai mereka. Itu karena mereka ditolong oleh dua siswa yang ternyata adalah bodyguard mereka. Norman dan Kyle berharap mereka berdua bukan hanya sekedar bodyguard. Mereka berharap mereka bisa akrab dengan mereka berdua.

Untuk Norman sendiri, ia sangat antusias untuk bisa belajar bela diri kemudian bisa mematahkan semua kejahilan Brady dan Jay. Sungguh, ia tidak sabar dagunya sembuh dan setelahnya, hari dimana ia belajar bela diri tiba. Ia mengikuti pelajaran dengan senang hati dan hati yang menggebu-gebu. Tanpa ia sadari, Gio menatap ke arah Norman dan setelahnya, ia menatap ke arah Brady dan Jay guna memastikan mereka tidak berbuat ulah. Belajar sembari menjaga perimeter dan mengawasi orang di sekitar mengapa tidak? Bukankah itu tugas seorang Bodyguard?

Insert Song: Power of Dream by Lol Group

.
.
.
------------------ 5💖4M¥§⁰ⁿ ----------------------
.
.
.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, sesuai janji, Suri dan Bruce bertemu. Mereka bertemu di lobi pintu masuk sekolah. Sembari berjalan menuju parkiran, mereka mengobrol berdua.

"Aneh, kukira guru akan memanggilku karena kondisi Rocco. Tetapi, ternyata tidak."

"Aku juga terkejut karena guru tidak memanggilku terkait kondisi Rocco. Apa Rocco menyembunyikan sebabnya dan menggunakan alasan lain mengapa tulang rusuknya patah?"
"Bisa jadi."

"Apa kita harus bertanya kepada guru?"
"Jangan. Nanti mereka curiga dan kebohongan yang dikarang oleh Rocco terungkap. Tidak hanya dia yang rugi tetap kita juga."
"Kau benar."

Pada akhirnya, Suri dan Bruce sampai di area parkir. Mereka pun menaiki skuter listrik mereka lalu skuter mereka melaju meninggalkan area parkir. Suri melaju lebih dulu dan Bruce melaju di belakangnya. Sepanjang perjalanan tidak ada insiden yang membahayakan mereka. Jadilah mereka sampai di rumah kakek dan nenek Suri dengan selamat dan dengan durasi yang cepat (hanya lima belas menit perjalanan).

"Baiklah, akan aku hafal rute menuju rumahmu mulai sekarang."
"Um, terima kasih sudah mengantarku pulang dengan selamat, Bruce."
"Sama-sama."
"Mau mampir?"

"Tidak dulu, terima kasih. Aku harus melaporkan keputusanku pada Ibu dan aku harus belajar untuk ulangan besok."
"Oh, baiklah kalau begitu."

"Salam untuk kedua orang tuamu, nenek kakekmu, dan adik angkatmu."
"Tentu."
"Dah."
"Dah."

Bruce tersenyum lalu ia melambaikan tangannya pada Suri. Suri membalasnya lalu Suri masuk ke dalam rumah setelah skuter listrik milik Bruce melaju meninggalkan rumah kakek dan nenek Suri. Suasana di halaman rumah kakek dan nenek Suri berubah sunyi. Namun, itu tidak bertahan lama karena setelahnya, dua skuter yang dikendarai oleh dua orang anak berhenti di depan gerbang. Siapa sangka dua anak itu adalah Pio dan Kyle.

Five Loves for My Son Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang