Bab 410 - Stupid For Love

11 0 0
                                    

~~~

"Apakah masih jauh lagi kita keluar?" tanya Simsom pada anak buahnya.

"Sepertinya 300 meter lagi kita akan sampai. Belok kanan di pertigaan Sir!"

Setibanya mereka di luar menghirup aroma tumbuhan malam, tiba-tiba sekumpul sosok besar membawa senjata api dan memakai topeng tengkorak mengepung mereka. Yang entah dari mana mereka bisa berada disana?

Semua anak buah Simsom membentuk lingkaran menjaga keamanan Simsom untuk tetap waspada sambil mengarahkan pistol mereka pada musuh.

"Mau apa kalian?!" gertak Simsom menyipitkan mata memperhatikan gaya pakaian mereka yang sama seperti sekelompok kawanan mereka yang masih di dalam goa.

Tiba-tiba sosok pria sangat tinggi dari pada kawannya maju berhadapan dengan Simsom.

Penjahat kaget. "Mulia, kenapa kau ada disini?!" Mereka memasang badan saat anak buah Simsom siap-siap mengarahkan pistolnya ke arah kepala Tuan mereka.

"Mulia, tolong pergi dari sini," kata anak buahnya yang lain, mereka melindungi pria berharga seperti berlian, yang ternyata ikut menyusup saat tengah menjalankan tugas dari Dirgantara dan Revano.

"Turunkan senjata kalian," perintahnya pada anak buahnya.

Simsom yang mendengarnya ikut kebingungan tentang siapa mereka ini? Kenapa penjahat ini tidak langsung membunuhnya, apa yang mereka inginkan darinya sampai menyerang markas?

"Mulia, apa maksudmu?"

"Turunkan!" perintahnya keras seperti pria arogan.

Salah satu penjahat berbisik padanya, "Mulia, dia akan membunuhmu."

Pavlo mengepal tangannya. "Akulah yang akan membunuhmu sialan..." gumamnya sambil melirik ke arah Simsom dan anggotanya.

"Apa tujuan mu?" Simsom merasa orang itu baik, tidak sama dengan lawan yang dia hadapi barusan.

"Cepat pergi, atau kau akan benar-benar mati di tanganku," jelas Pavlo dengan suara lantang dan tegas mengancam Simsom.

Anak buah Simsom keras kepala, dia malah balik menjawab, "Kami sebagai FBI tidak akan takut pada kalian, walaupun kami tahu kami akan kalah dari kalian malam ini," ucapnya menatap intimidasi Pavlo.

Pavlo hanya bisa menahan amarahnya lantaran mengingat wajah ceria Riana. "Pergilah ke arah Selatan, disana jalan paling aman." Dia katakan langsung ke intinya.

Pavlo dan anggotanya pergi lebih dulu meninggalkan Simsom—yang masih tidak percaya kalau pemberontak ini malah melepaskan dirinya. Hanya satu yang ingin Simsom ingin lihat, yaitu wajah pria itu seperti apa?

"Sir!" Anak buahnya menghentikan lamunan Simsom.

"Ayo kita pergi untuk melapor," kata Simsom.

~~~

30 menit kemudian di dalam mobil Jeep menyusuri hutan. Pavlo langsung melepaskan topeng dan juga rambut palsunya. Ia menghela nafas melirik ke arah mobil lain mengikuti mobil yang dia tumpangi, tapi tak lama kemudian ia menertawakan dirinya sendiri. Tertawa sebab dia tidak menyangka bisa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Pria si penguasa dunia, dan ambis menghalalkan segalanya demi kedudukan tahta, namun harusnya ia berkesempatan membunuh Simsom, tapi lihat-lah lelucon apa yang terjadi barusan. Jika orang tuanya tahu, maka dialah yang akan dibunuh sebagai pengganti Simsom.

Pavlo mengacak acak-acak rambutnya lalu mendesah sambil meremas rambutnya. "Bilang saja kita tidak menemukannya."

"Baik Mulia!" jawab anak buahnya yang menyetir mobil.

Di mobil lainnya, semua penjahat kebingungan atas tindakan Pavlo barusan. Mereka tidak menyangka Pavlo melepaskan musuh yang sudah sejak lama keluarga Dirgantara mengincar kepala si Simsom itu. Entah Malaikat baik dari mana yang merasuki Pavlo itu? Andaikan saja Revano dan kedua kawannya ada di sana, tidak mungkin Pavlo bisa senekat itu melepaskan Simsom pikir mereka semua. Pantasan saja Pavlo mengarahkan mereka ke arah tempat lain untuk mengepung Simsom, ternyata Pavlo bertujuan melindungi Simsom dari Dirgantara yang sudah siap senjata di 3 tempat jalan keluar.

*
*
*

1 Minggu kemudian di kota Liverpool.

Rafka memegang ponselnya untuk menelpon seseorang, itu adalah nomor telepon Sonia dan ia hanya beritahukan kalau ia sudah sampai di kota Sepak Bola untuk menjemput.

Ponsel Rafka terjatuh saat memasuki mol besar, seseorang tidak sengaja menabraknya. Rafka tanpa mengucapkan kata-kata umpatan lebih dulu langsung menunduk mengambil ponselnya yang sudah retak di bawah sepatu pria berambut gondrong, yang mana ternyata pria remaja itu adalah seorang selebriti yang baru saja naik daun. Pria yang amat sombong bergandengan tangan dengan pacar barunya.

Selebritis yang menabraknya langsung saja ingin pergi tanpa meminta maaf demi menjaga image-nya, namun sebelum pergi Rafka sudah lebih dulu menahan tangan remaja tersebut.

"Hai! Seperti inikah sifatmu?" Rafka menatapnya tajam, membuat seleb itu terhenyak tidak berani melawan akan ketenarannya di Inggris.

Kekasihnya malah meminta maaf lebih dulu. "Tuan, tolong jaga reputasinya di sini."

Rafka malah mencekik wanita lemah itu, kekasih gadis itu tidak sadar kacamatanya jatuh dan maskernya lepas demi membela gadisnya, membuat semua orang yang berlalu lalang tersentak mengerumuni untuk menghentikan perbuatan Rafka yang tak bisa mengontrol emosi.

"Hai anak muda! Kalau kalian ingin saling membunuh, jangan disini!" gertak Satpam melepaskan tangan Rafka yang sangat kuat mencekik gadis itu.

Semua orang baru sadar melihat siapa pria bersama gadis tersebut. "Dia! Dia Alex!" Semua orang mengambil fotonya untuk di beritakan di media sosial.

Alex yang tidak mau reputasinya hancur karena selingkuhannya, ia langsung memohon pada Rafka untuk menjadi temannya dan berpura-pura kalau wanita yang ada di sebelahnya adalah kekasih Rafka itu sendiri.

"Tolong bawa aku pergi dari sini, setelah ini aku akan memberi apa saja yang kau inginkan."

Rafka yang punya akalnya sendiri langsung tersenyum tiba-tiba, ia lalu menggandeng tangan Alex dan juga gadis tersebut menuju tempat lain, yang tak lain menuju hotel sebelah Mol. Entah apa yang Rafka inginkan? Maka dari sinilah perkenalan Rafka dengan Alex di mulai.

Transmigration Agent's Daughter (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang