PART 7 : SARAPAN PAGI

120 13 3
                                    

Suasana di meja makan rumah keluarga Jeon terasa tidak mengenakkan di pagi ini. Bukan karena masakan dari koki yang sengaja di datangkan dari Prancis mendadak tidak bisa memasak, tapi karena Hoseok masih kesal dengan kejadian di pesta kemarin. Jungkook sudah membujuk Hoseok dengan berbagai cara agar Hoseok tidak terlalu marah pada anak - anaknya, tapi ternyata Hoseok tetap memilih untuk marah - marah. Jungkook yang awalnya kalem - kalem saja, akhirnya menjadi ikut marah juga karena kalau dipikir - pikir anak mereka memang keterlaluan. Yang satu melecehkan anak dari seniornya, yang satu membuat pingsan anak bos, yang satu mengatakan adik bos dengan pedofil dan yang sa... Jungkook menatap tajam pada Junhan yang sedang memilih daun bawang dari telur dadar yang mau dimakannya.

"Junhan..." panggil Jungkook dengan nada tegas sampai membuat yang lain menatap heran pada Jungkook.

"Iya abeoji," jawab Junhan yang juga menatap heran pada ayahnya sendiri.

"Kau kemarin di pesta tidak berbuat sesuatu kan. Aku melihatmu bersama dengan Ode, anak pertama Chulyong - ssi," kata Jungkook.

Yeonjun dan Sunghoon (Wonyoung belum bangun dan belum bergabung untuk sarapan), menatap dengan penuh ketegangan pada adiknya itu.

"Hanya berkenalan biasa dan mengobrol saja," jawab Junhan yang putus asa memisahkan daun bawang dari dalam telur dadar dan akhirnya meletakkan telur dadar miliknya di atas mangkuk nasi Yeonjun.

"Koki yang ini pecat saja eomma, abeoji, sudah dikasih tahu berkali - kali kalau Junhan tidak suka daun bawang masih saja dicampur," Yeonjun mengomel sambil memakan telur dadar dari Junhan.

"Jangan banyak bicara, kau jangan lupa kewajibanmu pada Soobin," kata Hoseok.

Yeonjun berdecak kesal, "Belum juga aku apa - apakan.."

"Yeonjun...." kali ini Jungkook memanggil anak laki - laki pertamanya.

"Siap abeoji," kata Yeonjun yang mengambilkan daging panggang buat Junhan, "Nanti aku marahi kokinya."

"Memang dia mengerti bahasa Korea?" tanya Junhan.

"Tidak..." kata Yeonjun.

"Jadi hyung bisa bahasa Prancis," kata Junhan.

"Enggak bisa juga," kata Yeonjun.

Junhan memilih untuk mengabaikan kakaknya dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Suasana meja makan kembali menjadi hening, anggota keluarga Jeon memutuskan untuk menikmati sarapan mereka sampai.

"Hello semuanya...." sapaan Wonyoung yang sangat ceria mengalihkan semua tatapan mata kepadanya.

Jungkook memejamkan mata, menghela nafas panjang dan terdiam saja ketika mendengar suara kursi di sampingnya bergerak mundur yang menandakan jika Hoseok memundurkan kursi dengan cukup kasar.

"Ya!!!! Wonyoung!!!" teriak Hoseok sambil mengejar Wonyoung.

Melihat kemarahan luar biasa dari ibunya, tentu saja Wonyoung dengan cepat berlari menghindari.

"Apa? Ada apa?? Kenapa??" Wonyoung terus bertanya sampai akhirnya dia sempat mengelilingi meja makan dua kali. Dan langkah larinya terhenti ketika tangannya dipegangi oleh ayahnya.

Berkat kerjasama yang apik diantara suami istri Jeon, Wonyoung tertangkap dan mendapatkan pukulan cukup keras di kepalanya dari sang ibu.

"Astaga eomma.. aku salah apa?" teriak Wonyoung.

"Setelah pulang sekolah minta maaf pada Hyunbin nunna," kata Hoseok.

"Siapa Hyunbin?" tanya Wonyoung.

"Astaga.. makin kacau saja," kata Sunghoon menggelengkan kepala tapi melanjutkan memakan sarapannya.

Yeonjun dan Junhan yang setuju dengan ucapan Sunghoon menganggukkan kepala saja tanpa banyak bicara, hanya melakukan saling memberikan lauk atau terkadang mengambilkan sayur yang diinginkan.

"Perempuan berambut cepak yang minumannya kau ambil kemarin," kata Hoseok yang kalau tidak ingat jika Wonyoung adalah anak terakhir yang mereka adopsi karena cantik dan imut - imut 5 tahun lalu, sudah dia cakar wajah anak mengesalkan di hadapannya ini.

"Owh dia, kenapa aku harus minta maaf? Dia memang berusaha mendekatiku, menawariku makan di tempatnya," kata Wonyoung.

"Karena kau kelihatan kelaparan makanya dia menawarimu makan yang lebih banyak," kata Yeonjun, "Jangan rakus makanya, katanya cantik."

"Aku tidak ra...akkkhhh..." Wonyoung menjerit keras ketika ia mendapat pukulan lagi dari ibunya.

"Orang yang kau hina pedofil itu adiknya Chulyong - ssi. Dia juga pemegang saham terbesar kedua di perusahaan Bang. Dan juga Hyunbin nunna itu yang menangani perusahaan di bagian bidang pembunuhan bayaran dan eksekusi musuh - musuh kelompok tingkat atas. Dibanding Chulyong - ssi, kekejaman Hyunbin itu jauh lebih mengerikan," Hoseok menjelaskan dengan penuh rasa emosi. Walaupun Wonyoung menjengkelkan tapi dia tetap saja tidak mau anak terakhirnya ini di potong - potong oleh Hyunbin.

"Waduh... kau akan dibunuh kalau tidak minta maaf," komentar mengerikan keluar dari Yeonjun.

"Aku siapkan karangan bunga," sambung Sunghoon.

"Nanti aku yang menyanyi di pemakamanmu Wonyoung," Junhan mulai bergumam membuat lagu tentang kematian.

Wonyoung akhirnya menjadi ketakutan sendiri karena penjelasan ibunya, dan bercandaan tidak lucu dari kakak - kakaknya, "Aku takut eomma..."

"Makanya minta maaf," kata Hoseok.

"Baiklah aku akan minta maaf, langsung.. nanti setelah pulang sekolah," kata Wonyoung dengan penuh keyakinan, dia tidak mau mati muda.

Suasana berubah menjadi hening kembali, Wonyoung belum sempat menyentuh sarapan ketika mereka dikejutkan karena kemunculan seseorang.

"Selamat pagi semuanya..."

Semua mata menatap ke arah pintu masuk ruang makan, dan dengan kompak semua mata (kecuali Junhan), menatap heran pada sosok Ode.

"Tuan muda kenapa ada disini?" tanya Jungkook yang buru - buru bangkit berdiri, "Mau sarapan bersama?"

"Tidak usah, aku datang untuk menjemput Junhan berangkat bersama ke sekolah," jawab Ode.

Yeonjun ikut bangkit berdiri, mendekat pada Ode dengan tatap mata tajam, "Sekolah kalian beda.. dan jaraknya jauh. Ngapain kau repot - repot mengantarkan Junhan hah? Pasti ada maksud tertentu kan."

Semua mata menatap dan mengamati pergerakan Yeonjun yang cukup mengkhawatirkan. Hoseok khawatir jika Yeonjun yang entah kenapa mendadak kesal pada Ode akan memukul anak pertama dari keluarga Bang. Dan usahanya serta Jungkook untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga Bang akan sia - sia saja.

"Aku tidak keberatan mengantar adikmu dulu kok sunbae," kata Ode dengan senyuman lebar.

Junhan yang sudah menyelesaikan makannya, baru saja akan melangkah mendekat dan mengajak Ode pergi ketika tangannya ditahan oleh Sunghoon. Junhan menolehkan kepala ke arah Sunghoon tapi kakaknya itu hanya menggelengkan kepala saja.

Yeonjun melangkahkan kaki, semakin dekat dengan Ode, "Kubunuh kau kalau sampai menyentuh adikku."

"Yeonjun sayang, bukankah kau harus menjemput Soobin. Jangan sampai terlambat lho," kata Hoseok yang melihat keadaan semakin gawat saja.

"Awas kau ya...." Yeonjun memberi kode dengan menunjuk matanya sendiri kemudian menunjuk ke arah Ode, "Aku mengawasimu."

Setelah pengusiran yang cukup susah, akhirnya Yeonjun pergi dari ruang makan. Hoseok mengantar anak - anaknya untuk berangkat sekolah dan berakhir kembali ke ruang makan, menatap pada Jungkook yang menyelesaikan sarapannya.

"Aku pusing dengan kelakuan anak - anakmu," kata Hoseok.

"Lho... kok anak - anakku, bukan anakmu juga?" tanya Jungkook.

"Aku mau jalan - jalan, memanjakan diri di sauna," kata Hoseok yang duduk disebelah Jungkook dan membuka handphonenya.

Jungkook tersenyum lebar, ia mendekatkan wajahnya pada Hoseok dan mencium lembut pada pipi istrinya, "Bersenang - senanglah... kalau uangmu kurang, ambil saja dari kartuku."

"Cukup kok dan aku sudah membuat janji dengan tukang pijatnya," Hoseok tersenyum lebar pada Jungkook, "Aku pergi dulu ya... bye bye."

"Hati - hati sayang dan selamat bersenang - senang," Jungkook menghabiskan teh hangatnya dan bangkit berdiri dari duduknya, "Okey.. aku siap bekerja untuk istri dan anak - anakku."

JEON FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang