PART 23 : JEPIT RAMBUT

74 6 1
                                    

Hyunbin tidak menyangka sama sekali jika akan menemani berbelanja barang - barang seperti ini. 

Wonyoung mengambil satu penjepit rambut dengan hiasan kupu - kupu, ia memakai di rambut depannya dan tersenyum pada Hyunbin, “Bagus tidak eonni.. beli ini ya satu.”

“Berapa harganya?” tanya Hyunbin yang penasaran dengan harga jepitan rambut pilihan Wonyoung. 

“5000 won,” jawab Wonyoung yang melepaskan kembali jepitan rambut karena belum dibayar. 

“Beli 500 biji,” kata Hyunbin. 

Wonyoung yang belum berhasil melepaska jepitan menatap dengan dahi mengkerut pada Hyunbin, “Yang benar saja.. ngapain beli banyak - banyak?”

“Aku pernah membelikan seseorang bando seharga 18 juta,” kata Hyunbin yang membantu melepaskan jepitan rambut di rambut Wonyoung. 

“Astaga.. mahal sekali. Bandonya berhias emas kah?” tanya Wonyoung. 

“Aku tidak tahu juga, pokoknya harga segitu,” jawab Hyunbin yang menatap pada jepitan rambut di tangannya. 

“Aku tidak butuh yang mahal - mahal, sayang nanti kalau hilang,” kata Wonyoung. 

Hyunbin menyerahkan jepitan rambut pada Wonyoung sambil menatap pada anak perempuan di hadapannya ini, “Ngomong - ngomong kenapa kau pindah tidur di ruang santai tadi malam?”

“Kata ayahku, kamar itu milik anak angkatmu yang meninggal karena kanker,” kata Wonyoung, “Aku merasa tidak pantas saja menempati kamar seseorang.”

Hyunbin terdiam dan Wonyoung menunggu kalau - kalau perempuan berambut cepak di hadapannya ini mau mengatakan sesuatu. Karena suasana menjadi tidak enak, Wonyoung akhirnya nyengir lebar dan mengalungkan tangannya pada lengan Hyunbin. 

“Kalau aku menginap lagi, aku tidur denganmu saja ya eonni… satu ranjang,” Wonyoung kembali melancarkan godaannya pada Hyunbin lengkap dengan bibir manyunnya yang seperti minta di cium. 

Hyunbin sudah berkali - kali mendapat rayuan dari bocah ingusan di depannya ini, dan kali ini dia mendekatkan wajah dan benar - benar mencium pada bibir monyong Wonyoung. 

Wonyoung yang tidak menyangka akan mendapatkan ciuman segera memundurkan wajahnya dan menatap terkejut pada Hyunbin. 

“Kau yang menantang, kenapa terkejut saat aku meladeni tantanganmu?” tanya Hyunbin dengan cengiran lebar. 

Wonyoung melepaskan pelukannya di lengan Hyunbin, “Tidak… aku tidak kaget… kaget sih… dikit… sudah ah aku mau belanja lagi. Aku mau menghabiskan uangmu eonni, di toko ini ada bando seharga 18 juta tidak?”

Hyunbin tersenyum saja, sampai kemudian senyumannya menghilang karena ada seorang perempuan paruh baya yang menatap tajam ke arahnya, “Usiaku masih 17 tahun ahjumma…”

Dan Hyunbin melangkah pergi menyusul Wonyoung yang sedang sibuk memilih belanjaan lainnya. 

@@@@@

Pada akhirnya Hyunbin menyerah untuk menemani Wonyoung berbelanja barang - barang. Ternyata mau ke toko barang mewah atau toko biasa saja seperti yang dimasuki oleh Wonyoung, para perempuan itu sama saja membutuhkan waktu lama untuk menentukan barang yang mereka beli.

Wonyoung sendiri memahami dengan rasa bosan Hyunbin dan membiarkan saja perempuan yang memiliki selisih umur lumayan jauh darinya itu menunggu di sebuah kafe yang ada di dalam pusat perbelanjaan. Yang terpenting bagi Wonyoung saat ini adalah dia sudah membawa kartu milik Hyunbin dan bisa berbelanja apapun. 

Wonyoung tengah asyik memilih baju di depannya ketika tiba - tiba saja dia dikejutkan dengan seseorang yang menarik rambutnya keras. Wonyoung menjerit kesakitan dengan cukup keras, ia membalikkan badan dan menatap pada seorang perempuan berambut pendek sebahu yang mendelik tajam padanya. 

“Ya!!! Jalang!!! Kau berani - beraninya merebut kekasihku!!” jerit si perempuan berambut pendek.

Rambut Wonyoung yang masih di pegangi terasa perih, tapi dibandingkan rasa perih, Wonyoung lebih penasaran, “Kau siapa brengsek!! Jangan seenaknya menuduhku ya!!”

“Aku Momo dan aku kekasih Hyunbin eonni!!!” Momo balas berteriak dengan kencang. 

Wonyoung yang kesal dan ingin menunjukkan kualitasnya sebagai anak mafia - anak Jeon Jungkook balas menjambak rambut pendek Momo, “Kau yang jangan mengaku - ngaku ya!!! Waktu itu yang dikantor Hyunbin eonni yang di cium bukan kau!!!”

“Ooooh sekarang kau pamer kalau sudah dibawa ke kantornya!!!” Momo semakin mengeratkan jambakannya tapi dia malah mendapat tendangan dari Wonyoung sehingga akhirnya melepaskan pegangannya pada rambut Wonyoung. 

Wonyoung ikut melepaskan pegangan pada rambut Momo. Dengan deru nafas berat ia menatap tajam kearah Momo, “Dengar ya!! Bukan hanya kau saja yang jadi pacar Hyunbin eonni… dan aku ini bukan pacarnya.”

“Jangan berbohong, aku melihatmu dicium Hyunbin eonni tadi…” Momo yang sudah mau maju untuk memukul atau menjambak Wonyoung lagi terhenti dengan cepat ketika Hyunbin datang dan menahan tubuhnya. Momo menolehkan kepala kearah belakang, “Eonni…”

“Sssst diem,” kata Hyunbin pada Momo dengan senyuman lebar, “Kau lupa ya kalau kita ini sudah lama putus. Aku tidak mau bersamamu lagi karena kau kasar pada Jisung.”

Wonyoung menatap penuh waspada baik pada Momo dan Hyunbin. Siapa lagi Jisung?? Arrrghh… pusing sekali Wonyoung, sekalinya jatuh cinta di hidup kenapa dia malah jatuh cinta pada tante - tante aneh dan kejam. Hmm… Wonyoung terdiam sendiri di dalam pikirannya sendiri ketika menyadari jika dia berkata ‘cinta’.

Momo pergi dengan dengusan kesal. 

Hyunbin segera mendekat pada Wonyoung, “Apa kau terluka?”

“Iya.. hatiku sakit,” Wonyoung mulai melakukan drama - nya lagi, “Ngomong - ngomong siapa Jisung? Kau pacaran dengan laki - laki juga.”

“Han Jisung pemilik kamar yang pernah kau tempati sebentar di rumahku itu,” balas Hyunbin dengan senyuman lembut. 

“Owwwh… maaf ya eonni…” ucap Wonyoung lirih. 

“Kau tidak salah, kenapa minta maaf?” Hyunbin kemudian menghela nafas dan menatap ke sekeliling, “Sepertinya aku harus mendampingimu belanja agar lebih aman.”

“Nah gitu dong,” Wonyoung menggandeng tangan Hyunbin dan kali ini dia tidak mendapat penolakan, “Aku mau beli sepatu… ayo.. ayo.. toko sepatu langgananku di lantai 3.”

Hyunbin ikut saja kemanapun Wonyoung mau pergi. 

“Aku sekarang mengerti…” ucap Wonyoung yang tiba - tiba bernada begitu serius. 

Hyunbin menatap pada Wonyoung dengan serius pula. 

“Kenapa kau tidak bisa mencintaiku dan mencintai mbak - mbak aneh seperti yang tadi,” Wonyoung membusungkan dadanya, “Dadaku kurang besar ya.”

Hyunbin menarik nafas dalam - dalam, ia menatap ke sekeliling di mana beberapa orang mulai menatap aneh dan curiga padanya. Dari semua kejahatan yang pernah dia lakukan, dia tidak mau masuk penjara karena dituduh melecehkan anak - anak. 

“Bukan karena itu Wonyoung.. tapi aku malas menjelaskan.. jadi kita belanja saja ayo…”

@@@@@

Wonyoung tersenyum lebar melihat pada belanjaan yang memenuhi tangannya. Ia kemudian menatap pada Hyunbin yang sedang menyerahkan belanjaan pada anak buahnya. 

“Berikan pada anak buahku Wonyoung, kita masih mau makan malam kan, repot kalau membawa semua ini,” kata Hyunbin. 

“Okey siap eonni,” Wonyoung memberikan 6 tas belanja di tangannya pada salah satu anak buah Hyunbin. 

Setelah tangannya terbebas, Wonyoung kembali melangkah untuk menuju restoran tempat mereka makan malam. Wonyoung menghentikan langkah kakinya ketika melihat Hyunbin mengulurkan tangan. Wonyoung menatap pada Hyunbin dengan dahi mengkerut. 

“Kau suka di gandeng kan..” kata Hyunbin. 

Wonyoung tersenyum malu - malu, ia menjulurkan tangan untuk menerima uluran tangan Hyunbin ketika tidak sengaja matanya menatap pada seseorang yang sedang di pukuli di seberang bagian pusat perbelanjaan. 

“Aaaa!!!” Wonyoung menunjuk ke arah orang yang dipukuli, “Sunghoon oppa!!! Jake!!!”

JEON FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang