PART 13 : TRAGEDI

80 7 0
                                    

Junhan berlari kecil masuk kedalam toko alat musik paling terkenal yang ada di Seoul. Senyumannya merekah lebar sedari tadi. Ia bahkan tidak begitu peduli dengan pemilihan tablet dan menyerahkan saja pada Ode untuk memilihkan tablet. Kalau ini…. ketika dia berada di depan deretan gitar - gitar, dia harus memilih sendiri dan memilih dengan sangat hati - hati. Mumpung ada yang membayarkan, dia tidak boleh salah pilih.

Junhan menolehkan kepala, menatap pada Ode yang tidak ada dibelakangnya dan justru berada di depan salah satu keyboard yang dimainkan begitu saja tanpa ada nada yang benar. Junhan melangkahkan kaki, mendekat kembali pada Ode dan tanpa berkata apapun dia menarik - narik ujung pakaian Ode.

Ode menolehkan kepala dan menatap pada Junhan yang tengah menatapnya dengan dua bola mata bulat yang cukup terlihat aneh untuknya.

“Ada apa?” tanya Ode, “Sudah dapat gitarnya?”

“Aku takut memilih yang terlalu mahal,” kata Junhan.

“Enggak apa - apa… beli saja apapun yang kau suka,” balas Ode dengan senyuman lebar, “Kau mau minta beli seluruh isi toko ini juga aku sanggup membayarnya.”

Junhan yang matanya masih terus menatap pada Ode tidak berbicara apapun, sampai kemudian dia membalikkan badan, melangkah menuju pada bagian gitar dan mengambil satu gitar yang berwarna biru tua.

“Ini yang aku pilih,” kata Junhan yang balas tersenyum lebar sambil menunjukkan gitar pada Ode.

“Udah satu aja?” tanya Ode.

“Satu aja.. kalau minta dua nanti kau minta masuk lagi,” celetuk Junhan yang dikejutkan dengan pergerakan Ode mendekat padanya.

“Kalau aku boleh masuk lagi, aku  buatkan studio musik untukmu yang sekelas dengan musisi hebat diluar sana,” bisik Ode sambil mencuri ciuman di pipi Junhan.

“Enggak mau.. terima kasih sudah dibelikan satu ini,” Junhan melangkah menuju kasir.

Ode mendengus kesal tapi dia tidak bisa memaksa. Jika sampai memaksa namanya pemerkosaan dan dia tahu ayahnya paling benci dengan tindak pelecehan seksual. Bisa - bisa dia diusir dari rumah dan dikirim ke pedalaman Rusia. Ode melangkahkan kaki menuju kasir, mengeluarkan kartu debit miliknya dan sambil menunggu pembayaran dia terus menatap pada Junhan dengan tatapan yang tentu saja dia maksudkan untuk menggoda. Sampai dia teringat sesuatu.

“Kalian berempat, Yeonjun, Sunghoon, kau dan Wonyoung itu bukan saudara kandung kan,” kata Ode.

“Bukan… kami berempat di adopsi dari 4 panti asuhan berbeda,” jawab Junhan, “Kenapa memangnya?”

“Yeonjun enggak naksir padamu kan..”

Junhan mengerutkan kening, tidak pernah terpikirkan oleh dia dan ke 3 saudaranya sampai terlibat cinta. Junhan menggelengkan kepala.

“Kami berempat di adopsi semenjak kecil, jadi tidak mungkin saling jatuh cinta,” kata Junhan yang tersenyum lebar menerima gitar barunya.

“Tapi Yeonjun galak banget padaku. Dia menjagamu sampai segitunya,” kata Ode yang masih kesal dengan sifat Yeonjun.

“Ya namanya juga kakak ke adiknya,” Junhan menatap pada Ode, “Kau juga begitu kan pada Jake.”

“Iya… sudah mau aku pukul kakakmu Sunghoon itu ketika membuat adikku pingsan,” kata Ode.

“Bayangkan apa yang akan dilakukan oleh Yeonjun hyung kalau tahu kau sudah memasukkan penismu ke lubang analku?” tanya Junhan.

Ode sudah bisa membayangkan dia akan dipukuli oleh Yeonjun dan Sunghoon kalau sampai ketahuan. Walaupun apa yang dia dan Junhan lakukan tidak karena paksaan.

JEON FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang