1 • "Ngatur jodoh! Emang Kamu Gaya Coulomb?"

12 1 0
                                    

"Papa udah jodohin kamu."

Thor, aku ngerti kamu udah lama nggak nulis. Bisa nggak pembukaannya yang kern dikit?!

Author: Iyeee sorry.

BISA dibilang ini adalah bencana beruntun selama dalam setengah hari. Aku barusan terlambat masuk sekolah sebab taksi online-ku salah jemput penumpang. Namaku Adisty. Pak sopir salah baca, yang ia jemput justru Destia. Anak songong SMA Dutchvia yang sukanya menuduh aku memakai alis.

Padahal alisku sudah tebal dari sejak lahir. Mataku juga cokelat bersinar yang kata orang-orang, "Adisty, you have hazel eyes."

Aku nggak peduli mataku hazel atau dazel atau ranzel. Terserah. Dasarnya, aku udah cantik. Jadi ciri-ciri fisikku udah kayak cewek tercantik di Wattpad.

Sekarang yang aku pikirin adalah bencana beruntun ini.

Jadi, ceritanya aku kan tadi udah bilang kalau aku terlambat. Nah, sekolahku itu sekolah internasional. Kedisiplinan jadi nomor satu dari 1000 peraturan SMA Dutchvia. Sehingga kalau terlambat, gerbang sekolah bakalan ditutup sempurna.

Pak Elki, satpam sekolahku, cuma bisa tersenyum menang atas diriku yang malang dan tidak bisa masuk sekolah. Aku pulang dalam keadaan hampa sekaligus senang, karena sejujurnya aku malas sekali bertemu Bu Enola.

Bu Enola itu guru Bahasa Belanda. Jangankan bahasa Belanda, bahasa Inggris saja aku nol besar. Kehidupanku di sekolah Dutchvia cuma ongkang-ongkang dan anak mageran. Aku mager berkomunikasi dengan anak sekolah lain.

Ya karena aku males berbahasa Inggris.

"Lhoh pulang?" sapa Papa.

"Telat. Sopir taksi salah jemput," jawabku.

"Kok bisa? Jemput siapa?" tanya Papa lagi yang sekarang mulai sibuk menata makanan yang banyak di atas meja.

Oh iya. Di rumahku, yang jago masak adalah Papa. Yang jago makan adalah aku dan Mama. Hebat kan?

"Jadi namaku Adisty. Yang dijemput Destia."

Papa mengangguk, masih sibuk menata makanan. "Kamu ganti nama aja kali ya? Udah berulang kali sopir taksi salah jemput."

"Haduh, enggak taulah. Omong-omong, makanan banyak banget, Pa. Siapa yang ulang tahun?" tanyaku sambil menghenyakkan pantat ke kursi. Memandang Papa dengan celemek putih bersih tanpa noda dan tangan Papa menata hiasan nasi kuning yang menjulang membentuk kerucut dan di atasnya terdapat susunan ketimun dan cabai merah.

"Oh, iya. Beruntung banget, Dis, kamu nggak berangkat. Nanti ada yang mau datang. Naufal."

Aku membelalak. "Nopal si Upil? Harus masak banyak begini? Cuma buat Nopal si Upil?"

Papa beres dengan urusan nasi kuning. Ia melepas sarung tangan plastiknya kemudian memandangku. Alisnya bertaut tipis. "Dia itu 4 tahun lebih tua dari kamu. Nopal, Nopal! Sebut dengan lebih sopan."

"Aku sopan kalau dia sopan. Lagian, Nopal kan udah kayak bestie-ku, Pa. Dari kecil, temenku kan cuma dia. Terus ya, Pa. Nopal itu rumahnya cuma sebelah rumah kita. Kenapa heboh pakai masak banyak segala?" protesku kontan.

"Assalamualaikum, lhoh Disty, kok udah pulang? Pulang awal? Tumben bu Enola sebaik itu," kali ini suara cempreng Mama memecah. Perempuan berambut ikal sebahu itu langsung menata sandal di samping pintu masuk lalu meletakkan belanjaan super banyak di sofa.

Aku menjelaskan ulang alasanku pulang awal kemudian menanyakan belanjaan Mama kenapa sebanyak itu.

"Oh, ini mau buat oleh-oleh. Naufal mau kesini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bestie to HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang