1.3

3.1K 181 18
                                    

.
.
.
.
Typo....
.
.
.
.

Dua Minggu pun berlalu semenjak kepulangan Jeno, Mark dan juga Haechan sudah sangat jarang bertemu dikarenakan sang kakak ipar sudah kembali kerumah mertuanya.

Mereka hanya bisa saling memberi kabar lewat pesan atau pun sambungan telpon, seperti saat ini Haechan yang sedang berbalas pesan singkat kepada Mark disaat sang suami, sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya karna dua Minggu ini Haechan masih merasa mual dan muntah.

Tak lama Haechan menghentikan aktivitasnya berbalas pesan dengan Mark, Jeno pun masuk kedalam kamar mereka sembari membawa nampan yang berisikan satu mangkuk bubur dan satu gelas susu vanila.

"Sayang, kamu sarapan dulu yaa" ucap Jeno saat menduduki tubuhnya dipinggir kasur milik mereka.

"Hmm" jawab Haechan singkat dengan menyandarkan punggungnya ke Headboard.

"Aku suapi yaa, setelah ini kita kedokter" balas Jeno dengan menyiapkan satu sendok yang hendak ia suapi kepada sang istri.

"Aku kedokternya sendiri bisa kok, kamu kerja aja" tolak Haechan.

"Aaaa.." suara Jeno saat menyuapkan satu sendok bubur kearah mulut sang istri, Dan Haechan pun menerima suapan dari Jeno.

Tapi, baru saja Haechan menelan satu sendok bubur Tersebut ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan pergi kearah kamar mandi.

"Sayang" panggil Jeno khawatir, yang tahu bahwa sang istri ingin memuntahkan bubur yang baru saja ia beri. Jeno pun mengikuti Haechan kedalam kamar mandi.

Huuek...

Huuek...

Huueekk...

Haechan memuntahkan seluruh isi perut nya sehingga hanya mengeluarkan air liurnya saja. Jeno mengusap pelan tengkuk hingga punggung Haechan dengan lembut.

"Semenjak aku pulang, kamu sering banget muntah-muntah gini" ucap Jeno khawatir menatap wajah pucat sang istri.

Merasa sudah cukup baik, Haechan pun membersikan wajahnya lalu tersenyum tipis kearah sang suami "Aku hanya masuk angin biasa kok" jawab Haechan menenangkan sang suami.

Jeno hanya menggeleng kepalanya lalu merangkul tubuh Haechan dan membawahnya ketempat tidur untuk istirahat.

"Mau lanjut makan ?" tawar Jeno saat menduduki tubuh Haechan diatas kasur.

Haechan menggelengkan kepalanya tanda menolak untuk melanjutkan sarapan paginya "Aku mau tidur aja" balasnya sembari merebahkan tubuhnya dikasur.

"Iya udah, kamu istirahat dulu yaa setelahnya kita kedokter"

"Jen, aku bisa pergi sendiri kamu pergi aja kekantor" Tolak Haechan lagi.

"Sayang, aku tidak bisa biarin kamu pergi sendirian" balas Jeno mengusap lembut pucuk rambut Haechan.

"Kalau gitu aku minta temani Renjun atau Jaemin, kamu kerja aja jangan khawatirkan aku"

Mendengar ucapan Sang istri, Jeno pun menghela nafas lelahnya "Okee aku mengalah" Jeno berucap lalu mengecup singkat kening Haechan "kalau gitu aku siap-siap dulu sebelum kekantor, kamu tidur aja" sambung Jeno dan di anggukan oleh Haechan.

.
.
.
.

Setelah kepergian Jeno kini hanya Haechan sendirian di apartemen mereka, Ia merasa ada kejanggalan pada dirinya yang entah kenapa, menurutnya jika hanya sekedar masuk angin tidak mungkin selama dua Minggu ini ia masih seringkali muntah, mual dan merasa pusing setiap paginya.

Forbidden Love ( Markhyuck/Nohyuck ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang