Dua Kosong.

21.6K 621 11
                                    

Malam pun tiba ayah dan anak itu sama sama melupakan kejadian siang tadi, ah lebih tepat nya hanya sang ayah yang mencoba melupakan sedangkan sang anak masih memikirkan hukuman apa yang cocok untuk sang ayah karena berani menampar pipi nya.

Di ruang keluarga.

Dua orang manusia yang berbeda umur itu hanya berdiam diri di temani televisi yang menayangkan berbagai berita tentang dunia. Saking diam nya detak jam pun terdengar. Ganza yang menatap lurus dengan tatapan dingin nya dan Genza sang ayah menatap televisi dengan pikiran yang berkelana kemana mana.

"Um Ganza!", seru pria itu.

Ganza hanya menoleh sambil mengangkat alis dan menatap dalam mata milik sang ayah.

"Maaf sudah menampar mu, apakah sakit??", tanya sang ayah sembari mendekat dan mengelus lembut pipi sang anak.

Ganza hanya menutup mata merasakan usapan lembut dari tangan ayah nya itu.

"Bukan kah ada hukuman untuk itu ayah??", jawab nya dengan masih menutup mata.

Genza langsung menurunkan tangan nya dan menatap panik sang anak, dia bingung hukuman apa yang di maksud anak nya itu. Tapi apapun itu selagi anak nya memaafkan dirinya akan dia lakukan.

"Apa hukumannya? ayah siap menjalankan hukuman apapun itu asal kamu mau memaafkan ayah", seru Genza yakin.

Ganza langsung menyeringai begitu mendengar jawaban memuaskan dari sang ayah. Ganza membuka mata dan menepuk paha milik nya, menyuruh sang ayah untuk duduk di pangkuannya.

Genza yang melihat itu pun merasa takut. Kenapa anak nya jadi menyeramkan seperti ini dan sialnya lagi dia tidak bisa melawan tatapan anak nya yang sangat memabukkan membuat nya tanpa sadar menjadi pria penurut.

Dia pun duduk dengan perlahan.

Bruukk

Ganza gemas dengan ayah nya yang begitu lamban. Lihatlah akibat tarikan kuat itu, bibir nya dan bibir sang ayah menempel begitu saja. Mereka bertatapan dan entah siapa yang memulai lumat melumat pun terjadi.

Cpk

Eeungghh

Sssshhh

Lenguhan lenguhan kecil keluar dari mulut Genza. Mereka tidak ada yang ingin mengalah dan saling melumat bertukar saliva dengan brutal.

Genza kehabisan napas tapi sang anak masih tetap melumat habis bibir milik nya, sambil menepuk nepuk dada sang anak dia meronta untuk dilepaskan.

Genza meraup oksigen sebanyak banyak nya dan Ganza hanya terdiam melihat ayah nya begitu sexy.

Setelah dirasa nafas nya mulai kembali normal Genza mencoba turun dari pangkuan Ganza ternyata tidak bisa, Ganza memegang kuat pinggang milik nya dan terus menarik mendekat sampai tidak ada jarak di antara kedua nya.

"Lepaskan ayah Ganza, bukankah hukuman mu sudah selesai", ucap nya lirih sambil menundukkan kepala. Dia merasa malu saat merasakan gundukan yang terhalang celana menusuk pantat nya dan lebih malu lagi karena tidak bisa melakukan perlawanan.

"Kata siapa hukumanku sudah selesai hm? bahkan hukumannya belum aku lakukan ayah", sahut Ganza di telinga nya sambil melumat kecil.

"Lalu apa hukumanmu?", tanyanya.

Ganza menjawab dengan menepuk dan meremas remas pantat sintal milik Genza.

Eeuunggh

Lenguhan kecil kembali terdengar. Ganza tidak tahan mendengar suara sexy milik ayah nya itu. Berdirilah dia dan berjalan kearah kamar milik nya sembari terus meremas pantat sintal milik kelinci kecilnya.

𝐜𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐬𝐨𝐧 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang