•sagara

117 12 1
                                    

22 Oktober 2021

Kia benar-benar sudah remaja sekarang. Umurnya hampir menginjak 17 tahun. Ya masih ada dua minggu lagi lagi sih. Tapi Kia benar-benar tidak sabar. Hadiah apa yang akan diberikan Bapaknya diumur yang ke 17 ya? Pasalnya meskipun tak punya banyak uang, Pandu selalu memberi Kia hadiah setiap ia ulang tahun. Ya walaupun hadiahnya tidak mahal seperti ; boneka, buku, jepitan rambut, tapi itu semua berarti bagi Kia karena biar bagaimanapun, tidak hanya hari ulang tahun saja Kia mendapatkan hadiah. Di hari biasa pun kadang Pandu membelikan Kia buku bekas di bazar, meskipun tidak baru namun masih bisa di baca.

Kehidupan Bapak Kia selama bertahun-tahun ini merangkap menjadi dua peran. Sebagai Bapak, juga Ibu bagi Kia.

Gadis yang rambutnya kerap kali dikepang dua ditambah pita kuning itu sedang sibuk tertawa dengan temannya. Hani sejak SMP memang selalu bersama Kia. Selain tidak pandang harta, Hani itu teman yang selalu bisa Kia andalkan. Di SMA, Kia juga berkenalan dengan Yuri. Mereka bertiga sedang berjalan menuju kelas sambil tertawa mendengar ocehan Yuri.

Dari ujung koridor, seorang laki-laki tersenyum melihat pemandangan manis itu. Senyuman lebar dari Kia membuat hatinya hangat. Perlahan, ia maju mendekati mereka bertiga. Membuat Kia, Yuri, dan juga Hani menghentikan langkahnya.

"E-eh, Sagara. Hai ..." Yuri merapikan rambutnya. Ia juga ikut menendang sikutnya ke arah Hani dan Kia.

Sagara tersenyum singkat, "Kia, kamu Kia anak IPA 1 kan?"

"Iya, kok bisa tau?"

Oh ayolah, walaupun Kia ini anak beasiswa yang sering dapat juara satu, tapi ia tidak seseleb itu hingga dikenal oleh seluruh penjuru sekolah. Yang benar saja. Anak tukang becak Pandu Wicaksono bisa dikenal oleh ketua jurnalistik di sekolahnya. Belum lagi Sagara itu pernah jadi juara mewakili sekolah di lomba debat, juga olimpiade kimia. Kepintarannya juga gak main-main, berdasarkan gosip yang Kia dengar dari Yuri, Sagara itu juga anak beasiswa.

Sekali melihatnya saja Kia bisa paham bahwa laki-laki berkacamata didepannya ini manusia yang sehari-harinya makan buku. Lihat saja pakaian nya, serba rapi, wangi, tanpa lecek sedikit pun.

Bukannya menjawab, Sagara justru mengatakan, "Tadi aku baru dari kantor, terus di kasih pesan sama Pak Andrew kalau ketemu kamu, kamu harus ke ruangannya Pak Andrew."

"Buat apa?"

"Mana tau." Setelah itu, Sagara pergi meninggalkan Kia yang masih melongo tak percaya. Begitu saja ekspresi nya?

"Sagara itu kulkas berjalan. Memang gitu anaknya," ucap Yuri.

"Tau dari mana?" tanya Hani.

"Gosip."

Sedangkan Kia merasakan ada yang tak enak di hatinya. Ia memilih untuk ke ruangan Pak Andrew sendirian. Andrew Mahatma adalah guru seni yang merangkap sebagai kepala seni dimana Andrew yang menggenggam anak-anak beasiswa dengan kemampuan luar biasa seperti Kia. Andrew sering mengajarkan musik juga seni rupa pada anak didiknya.

Kia sendiri sudah dua tahun diajar oleh laki-laki itu. Menurutnya, Pak Andrew guru yang sangat mahir dalam menyampaikan pesan melalui tulisan. Tak hanya itu, Pak Andrew sudah menerbitkan tiga buku non-fiksi di antara buku mengenai personal branding, motivate, self-love. Pak Andrew juga sering mendapatkan penghargaan pada lukisannya. Ia lebih fokus menggeluti dunia tulis dan lukis daripada tarik suara. Padahal ia ahli memainkan banyak alat musik.

"Pak Andrew, anda memanggil saya ya?"

Andrew tersenyum, "Silahkan duduk."

"Kia, nilai seni dan bahasa Inggris kamu menurun dua angka dari semester sebelumnya. Sedangkan teman kamu yang lain, ada yang nilainya di atas kamu."

Perempuan Yang Kehilangan PundaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang