Setelah meneguk air minum, Kia mulai menceritakan soal pembicaraannya dengan Pak Andrew di sekolah tadi.
Kia menggerakkan tangannya, "Kepala kesenian tadi bilang, kalau Kia di rekomendasikan untuk ikut seleksi lomba melukis di Jakarta."
Pandu terperangah. "Bagus kalau begitu, coba aja. Siapa tau menang?"
Kia menghembuskan napas panjang.
"Kia gak mau ke Jakarta. Nanti yang jagain Bapak siapa?"
"Bapak udah besar, ngapain lagi harus Kia jagain?"
Kia menatap dalam kearah Pandu. Ia menghembuskan napas panjang, "Masalahnya, Kia disana kata Pak Andrew itu nginap, Pak. Sekitar 2-3 hari lah kalau lolos seleksi. Nanti siapa temen Bapak di rumah?"
"Gak papa. Bapak bisa sendiri, nanti Bapak masak sendiri, terus Bapak tungguin kamu pulang di depan teras. Yang penting kamu ikut lomba, kalau kamu menang, Bapak pasti bangga."
"Kalau gak menang?"
"Bapak tetap bangga."
"Kenapa?"
"Karena kamu adalah Kia. Putri kecilnya Bapak, gimana Bapak gak bangga sama anaknya?"
Kia tersenyum lebar. Pandu bertanya lagi, "Memangnya lombanya kapan?"
"Bulan depan. Bulan ini masih terus latihan di ruang seni, jadi kayaknya Kia pulang agak lambat dari biasanya. Sore lah sekitar jam 4 gitu."
"Besok Bapak aja deh yang jemput ya? Nanti kamu capek gayuh sepeda sore-sore. Sepedanya juga belum sempat Bapak betuli."
Kia mengangguk. Mereka melanjutkan lagi makan malamnya. Pandu meletakkan paha ayam goreng ke atas piring Kia.
Kia mengerutkan dahi, "Ayam Kia udah ada kok."
"Tinggal sedikit kan? Habisin aja yang ini."
"Bapak gak mau?"
Pandu menggeleng, "Bapak udah kenyang. Ayamnya untuk kamu aja."
Kia menatap Bapaknya dengan mata berkaca-kaca. Jelas ia sangat tau bahwa Bapaknya ingin sekali makan ayam. Ia jadi teringat masa kecil dulu sewaktu SD. Saat Bapaknya pulang membawa nasi bungkus ayam pop dan mereka makan bersama, Pandu bilang, "Kia, Ayamnya dimakan."
"Bapak gak mau ayamnya?"
"Enggak."
"Tapi kan Bapak suka ayam. Kok gak mau?"
"Gak papa, udah kenyang. Untuk Kia aja."
Sampai Kia sekarang sudah remaja pun Pandu tetap menganggap Kia adalah putri kecil kesayangannya. Kia jadi merasa bersalah jika mengingat bahwa dulu ia pernah marah besar pada Bapaknya mengapa Bapaknya tidak sarjana, miskin, dan punya disabilitas?
Dilihat-lihat, Pandu memang tipe laki-laki yang setia. Sampai sekarang dia tidak ingin menikah. Ia tetap ingin merawat anak kesayangannya hingga mungkin nantinya ia terpaksa melepaskan Kia jika telah menikah. Dan Pandu tau, ia tidak akan sanggup.
Keesokan harinya, Kia tak sengaja bertemu dengan Pak Andrew di koridor. Ia segera mengejar laki-laki paruh baya itu.
"Pak! Pak Andrew!"
Andrew berbalik kebelakang, ia tersenyum, "Ya, Kia?"
"Bagaimana?" tanya Andrew lagi.
Kia mengangguk, "Saya akan coba ikut, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Yang Kehilangan Pundaknya
Storie breviBapak adalah cinta pertama bagi Kiara. Sejak SD, Kia tinggal berdua bersama Bapaknya yang tuna wicara. Meskipun begitu, Kia selalu bercerita pada Bapaknya apa saja hal yang ia lalui di luar sana setelah pulang sekolah setiap harinya. Namun saat Kia...