•sidang putusan

67 8 1
                                    

"Sidang lanjutan perkara pidana yang memeriksa dan mengadili perkara. Pidana nomor 1709 pid.b/2022/pn.plmb.pst atas nama terdakwa Andrew Mahatma dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum."

Tiga kali ketukan palu membuat Yuri dan Hani beradu pandang. Mereka tersenyum. Akhirnya jalan keluar hampir selesai. Cahaya dan Nilam akan menjadi saksi mereka di sidang kedua ini. Begitu pula dengan bukti video dari Cahaya. Akhirnya, Kia bisa mendapatkan keadilan.

"Sesuai berita acara sidang yang lalu, maka sidang hari ini adalah pemeriksaan alat bukti dan saksi-saksi, saudara Jaksa Penuntut umum, apakah alat bukti dan saksi-saksi sudah siap dihadirkan di persidangan ini?"

"Sudah siap pak hakim."

"Saudara terdakwa dipersilahkan mengambil tempat disamping penasehat hukumnya."

Andrew pindah tempat untuk duduk di samping Pengacaranya.

"Baik, selanjutnya ada berapa orang saksi yang akan dihadirkan di persidangan ini, Jaksa Penuntut umum?"

"Dua orang saksi pak hakim."

"Silahkan dihadirkan saksi pertamanya."

Jaksa penuntut umum itu mengangguk, "Baik. Panitera mohon hadirkan saksi atas nama Nilam Harliani Resa ke persidangan."

Panitera memanggil saksi dan mempersilahkannya untuk masuk ke ruangan sidang.

Setelah Nilam disumpah dengan agama yang dianut, barulah ia kembali duduk dan menjawab pertanyaan dari Hakim Ketua.

"Saudara kenal dengan terdakwa?"

Nilam menatap Kia, "Kenal, yang mulia."

"Siapa dia?"

"Dia teman satu sekolah saya."

"Apakah anda memiliki hubungan dekat dengan saudara Kia?"

Nilam menggeleng. "Kami jarang berbicara. Hanya saja Kia itu anggota klub kesenian di sekolah. Dan dia juga salah satu dari tiga orang yang akan jadi perwakilan untuk ikut festival di Jakarta. Dua nya lagi saya dan juga Cahaya yang mulia."

"Saudara saksi apakah mengetahui terkait perkara apa saudara diperiksa dalam   persidangan ini?"

"Terkait pelecehan seksual."

"Penuntut berkata bahwa anda diduga punya hubungan lebih dari sekarang guru dengan murid bersama Andrew karena anda sangat dekat dengannya bahkan terlihat mesra, benar begitu?"

"Tidak, yang mulia. Pak Andrew hanya sekadar guru bagi saya. Dia orang yang baik, tidak mungkin saya melakukan itu."

Yuri berdiri tak terima, "BOHONG! DIA BOHONG PAK HAKIM! JELAS-JELAS KEMARIN KAMU NGAKU KALAU PAK ANDREW SERING NGELAKUIN HAL ANEH KE KAMU KAN?!"

Yuri ditegur oleh Hukum Ketua untuk tenang, jika ia melakukan lagi, maka Yuri harus diseret keluar. Hani menarik tangan Yuri untuk duduk. Hakim ketua bertanya lagi, "Apa benar itu, saudara Nilam?"

Nilam menggeleng, "Saya gak pernah bilang begitu."

Yuri berdecih, Hani mengelus punggung Yuri, "Udah udah. Masih ada Cahaya."

Perempuan Yang Kehilangan PundaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang