5. bimbang

670 97 52
                                    

Hari selasa ini Mingi bangun dengan malas. Tidak mandi karena malas, tidak sisiran karena malas, bajunya tidak dirapihkan karena malas. Pokoknya dia pergi ke sekolah dengan penampilan ala-ala gembel. Emaknya yang sedang menyiram tanaman di teras pun melihat keadaan putra bungsunya dengan pandangan tidak kenal. Bodoamat, Mingi salim kepada Emak secepat kilat dan membawa motor beat putih kesayangannya pergi ke sekolah.

Selama dalam perjalanan, pikirannya hanya tertuju kepada satu orang. Betul, Jeong Yunho.

Pernyataan cinta Yunho kemarin masih terngiang-ngiang dibenak Mingi. Membuatnya tidak bisa tidur tadi malam, akhirnya dia begadang semalaman.

Kata cinta masih abu-abu dalam hati Mingi. Dia belum pernah suka sama orang, belum pernah pacaran, belum pernah pdkt. Bukannya gak laku, cuma gak ada yang suka aja. Sekalinya ada yang suka malah temennya sendiri, mana sama-sama batang.

Mingi menghela napas di dalam helm bogo pink-nya.

Sampai sekolah tepat pukul tujuh, hampir saja gerbang sudah ditutup oleh pak satpam. Tapi dengan kecepatan cahaya akhirnya Mingi sudah sampai di kelasnya dengan selamat. Tenang, motornya ada di parkiran kok, gak dibawa ke kelas.

"Buset Gi tambah jelek aja lo, biasanya juga jelek tapi ga sejelek ini juga anjir." Wooyoung sudah menyerocos bahkan ketika Mingi baru meletakkan tasnya dibangku. Dasar temen laknat.

"Diem ah gue lagi galau." Wooyoung merengut ketika Mingi mulai memasang earphone pada kedua lubang telinganya dan memencet volume paling keras. "Aneh banget ni orang." Gumamnya pelan.

Tak berapa lama Mingi merasakan badannya yang sedang rebahan di meja ditoel-toel, dia menggumam malas. "Anjir kenapa sih lo!" toel-toelan kecil yang Wooyoung berikan lambat laun berubah menjadi tabok-tabokkan. Mingi akhirnya merasa terganggu dan menegakkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Dibilang gue lagi galau Woo!"

"Ya galaunya tuh kenapa Gi?!"

Mingi cemberut, manyun 5 cm. Wooyoung rasanya pengen menjewer bibir tebal itu.

"Pipi gue ternodai." Jawabnya pelan.

"Hahh? Ternodai? Dicium orang?" Wooyoung mendapat jawaban anggukan pelan, membuatnya segera merengkuh tubuh Mingi dan mengusap-usap kepalanya layaknya bocah TK. "Aduh kasian banget Tuan Putri nya bapak ini, cup cup cup." Wooyoung mengusak rambut Mingi yang berantakan, jadi lebih berantakan lagi. Kaya singa.

"Btw sama siapa?" lanjutnya dengan nada emak-emak gosip.

"Yunho, huhuhu..."

Wooyoung hampir terjengkang dari kursi saking terkejutnya, untungnya tidak latah juga.

"Buset, speechless gue si Yunho mau sama lo." Tinjuan main-main mendarat diperut gembul, Wooyoung hanya cengar-cengir.

"Udah, udah. Ga usah galau. Gimana cerita lengkapnya?" Wooyoung melepaskan pelukan ala anak TK dan memberi jarak pada Mingi agar dapat leluasa bercerita. Mingi menghela napas panjang sebelum memulai, "Jadi kemarin tuh Yunho tiba-tiba bilang pengen deketin gue gitu, katanya dia suka sama gue, abis itu dia malah main kecup aja pipi perawan gue, terus pergi gitu aja." Mingi mempertahankan bibir 5 cm nya.

Wooyoung hampir ngakak, tapi tau kalau sahabatnya itu sedang gundah gulana.

"Lo sedih karena Yunho confess? Atau sedih karena Yunho cium lo?" Mingi tertegun sejenak, namun setelahnya menggeleng pelan. Wooyoung membuat pose tangan didagu, seperti orang-orang ketika berpikir.

"Marah karena dia pergi gitu aja?" gelengan pelan kembali diterima Wooyoung. Membuatnya lebih fokus dan berpikir lebih keras. Lantas sebuah bohlam imajer muncul di perempatan pelipisnya,

"ITU MAH LO NYA KETAGIHAN DICIUM!"

Dan gelud pun tidak bisa dihindari.

.
.
.











.
.
.

Mingi saat ini berada di kelasnya sendirian. Wooyoung meninggalkannya untuk ke lapangan bersama teman satu circle-nya dari kelas sebelah. Sedangkan San masih sibuk mondar-mandir sebagai panitia CM yang teladan dan bertanggung jawab.

Mingi merengut. Membuka bungkus roti dan mencoblos susu mujigae-nya. Sebelum pergi, Wooyoung sempat membelikannya susu pisang dan sari roti keju di kantin, mengetahui Mingi yang sedang tidak mood meninggalkan kelas.

Mingi meminum susu dengan menyedotnya lambat, seperti siput. Makan sari roti keju dengan dicuil-cuil menjadi butiran kecil, setelahnya baru dimasukkan kemulut, dan dikunyah seabad.

"Yaampun, Princess imut banget kaya bekicot." Atensi Mingi teralih pada sosok manusia tiang yang menyender di pintu kelas. Bibir 5 cm-nya otomatis kembali muncul. "Mau apa lo?" jawabnya ketus.

Yunho nyengir, kaki panjangnya melangkah ke meja nomor dua paling kanan, tempat Mingi berkamuflase menjadi siput. "Jangan cuek gitu dong ncess," tangan putih yang jahil mengambil susu kuning bulat milik Mingi dan mulai menyedotnya.

Mingi otw banting meja.

"Itu susu punya gue Yun! Kok diminum sih?" ucapnya kesal, sedangkan Yunho cuma ketawa ganteng. "Yah, udah dimulut nih. Mau minum dari mulut gue?" jawabnya dengan alis naik turun. Mingi tidak jadi banting meja dan memilih menjaga jarak dari Yunho agar tidak terjadi hal-hal senonoh.

"Bercanda kali." Lanjut Yunho. Tangan putihnya mengambil susu ultramilk full cream dari sakunya dan menyodorkannya pada Mingi. "Nih gue ganti." Mata Mingi memicing tajam, menatapnya dengan tidak terima. "Beda rasa Yun! Mana yang itu lebih mahal."

Yunho menatapnya dengan tatapan 'santai dulu gasih', dan tidak memperdulikan protesan dari manusia setengah siput di sebelahnya. Akhirnya Mingi meminum susu pemberian Yunho dengan perasaan sedikit tidak rela.

"Princess~" Yunho berkata dengan mendayu-dayu, sengaja banget biar kerasa ada unsur manja-manjanya. Mingi bergidik, hanya menjawab dengan deheman pelan. Eksistensi di sampingnya memasang wajah imut ala-ala anak anjing, lalu mendekatkan wajah mereka berdua.

"Ciuman Yuk."

Mingi belum sempat menolak ketika bibir tipis Yunho telah menempel dengan bibirnya sendiri. Tubuhnya mematung. Mingi merasa wajahnya panas, mungkin sekarang sudah semerah cabai yang ditanam emaknya di belakang rumah.

Kedua tangan Yunho menggenggam tangan Mingi dan membuatnya menempel di tembok. Mingi melenguh pelan. Ciuman itu berakhir setelah Yunho mulai menjauhkan wajahnya.

"Lucu banget sih." Suara rendah Yunho terdengar sangat indah ditelinga Mingi. Senyumnya benar-benar bagaikan pangeran kerajaan. Mingi terpesona sampai lupa keadaan. "Mau cium lagi?" senyum Yunho tidak dapat dilawan dengan penolakan apapun. Mingi tanpa sadar mengangguk pelan.

Tindakan yang tidak dapat dicontoh anak SMA.

Princess [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang