6. Peluk

735 94 53
                                    


  Jeong Yunho itu populer. Badannya tinggi semampai dengan kulit bersih, anaknya ramah dengan senyum bak pangeran. Anak klub voli dan ketua kelas XI Mipa 1.

Pada saat hari pertama masuk di kelas 11 setelah hilangnya wabah korona, banyak dari para perempuan menaruh cinta pandangan pertama. Namun jawaban Jeong Yunho selalu sama,

"Mau fokus belajar dulu biar bisa masuk PTN impian."

Kata-katanya tidak sepenuhnya bohong.

Namun, dia malah jatuh cinta dengan salah seorang murid dari kelas XI IPS 1.

Awalnya, Yunho kira bahwa perasaan senangnya ketika pertama kali melihat Mingi hanya perasaan senang karena mendapat teman baru dari kelas IPS, jurusan di mana Jeong Yunho tidak bisa masuk ke dalam lingkup circlenya.

Kelas IPS sangat mencolok dengan kelas yang berisik, murid-muridnya bar-bar dan seenaknya, hanya beberapa murid yang benar-benar pergi ke sekolah untuk belajar. Dan lingkungan seperti itu bukanlah tempat yang membuat Yunho nyaman.

Tapi suatu hari ia mengenal seseorang yang membuatnya nyaman dari tempat bar-bar tersebut.

Yunho masuk ke kamarnya dengan langkah malas, langsung ambruk tubuh bongsornya ke kasur hingga makhluk tampan memantul-mantul. Hari ini hari ketiga classmeet. Dan dia sama sekali tidak bertemu dengan kekasih hatinya, padahal sudah mendeklarasikan tentang pdkt.

Salahkan tentang wali kelasnya yang memberinya banyak tugas. Dari ikut mempersiapkan market day kelasnya, sampai menjadi penghantar esteh dan gorengan ke kantor guru. Rasanya kesal sekali, lebih kesal lagi karena Yunho tidak mempunyai akses untuk menolak.

Yunho memutuskan beranjak dari kasur setelah 5 menit, meletakkan tasnya di meja belajarnya, dan meraih handuk untuk langsung membersihkan diri.

Ketika ia telah selesai dengan acara mandi yang menghabiskan waktu 15 menit, kasurnya telah ditiduri oleh makhluk berambut biru yang hanya fokus dengan smartphone-nya.

"Minggir bang! Gue pen rebahan." Yunho mendorong-dorong tubuh boncel abangnya agar segera beranjak dari ranah kekuasaannya, namun nyatanya si shorty in blue hanya memberikan tatapan sinis. Yunho akhirnya memutuskan untuk rebahan dikarpet saja.

Yunho membuka hp-nya, berharap ada satu atau dua pesan yang dikirim oleh princess kesayangannya. Walau dirinya sudah tahu bahwa tidak akan ada pesan darinya.

Setelah insiden kecup pipi sehabis tanding voli, ia dan Mingi sama sekali tidak berkomunikasi. Mungkin Mingi sedikit shok—sebenarnya tidak sedikit. Diperparah dengan ciumannya kemarin.

Tapi Yunho selalu tidak tahan jika melihat makhluk setengah siput itu, rasanya pengen di unyel-unyel lalu di kunyah. Siapa suruh jadi orang kok gemes banget!

Yunho menghela napas beberapa kali, membuat abangnya yang berada di atas kasur meliriknya sebal.

"Ngapain sih Yu? Napas lo bauk elah." Abangnya kipas-kipas tangan di depan hidung. Yunho membalasnya dengan tatapan memelas.

"Bang Hongjoong pernah suka sama orang?"

Hongjoong menatapnya aneh. Adiknya bertanya tentang cinta-cintaan? What? Really? Adiknya yang katanya cuma pengen fokus belajar ini?

"Pernah, ini abang lagi chatan sama ayang. " Tangan Hongjoong membawa hp-nya ke depan muka Yunho, memperlihatkan chat dengan si ayang. Yunho mendengus. Dasar alay, pikirnya.

"Bagi tips deketin gebetan dong bang," lanjutnya tanpa memperlihatkan tatapan geli, melainkan puppy eye yang membuat siapapun luluh. Namun, tentu saja buat Hongjoong tidak mempan. Hongjoong menyeringai.

"Gampang sih, langsung datengin aja ke rumahnya. Ajak jalan-jalan, bawain makanan. Kalo pacar gue sih paling suka kalo dibawain makanan, dia bikin konten-konten mukbang gitu."

"Gue ga nanyain pacar lo deh perasaan, bang."

Yunho mendapat lemparan guling bergambar teletubbies dari Hongjoong. "Udah cape-cape gue buka mulut, kagak juga dihargain." Makhluk biru beranjak dari tempat tidur dan memutuskan pergi dari kamar sambil membanting pintu. Yunho meringis.

Semoga pintunya tidak kenapa-kenapa.

.

.

.

.

.

Walaupun ia sempat menghujat kata-kata Hongjoong, namun nyatanya Yunho telah berdiri di depan pintu rumah Mingi dengan outfit paling keren, menurutnya. Tak lupa menjinjing sebuah plastik hitam berisi 2 martabak manis. Tangan Yunho yang lentik memencet bel dengan sedikit tremor di tangan.

Tak berapa lama, ternyata sang pujaan hatilah yang membukakan pintu untuknya. Yunho berharap mimik mukanya biasa saja, karena nyatanya dia gugup setengah mati ketika bertemu tatap dengan si princess.

"Hai Princess!" ujarnya ketika telah berhasil mengatasi kegugupan yang melanda.

"O-oh, HAI! Yunho." Nyatanya Mingi bahkan tidak bisa mengatasi gugup sama sekali. Kedua insan hanyalah sama, mereka sama-sama gugup, sama-sama tremor. Bedanya Yunho menyembunyikannya dengan baik, sedangkan Mingi terlalu payah.

Yunho berusaha tersenyum cerah. "Emak Bapak di mana? Gue bawain martabak."

"Bapak lagi ada kerjaan kantor, terus Emak ikut. Paling baliknya masih besok pagi." Mingi memilih melihat sepatu Yunho, daripada tatapan yang membuatnya berdesir.

"Oh, gitu ya. Boleh gue masuk dulu?"

Mingi hanya mengangguk kecil, kemudian bergeser untuk mempersilakan Yunho masuk. Setelah menutup pintu, mereka berdua memutuskan untuk berbincang di depan tv. Menyiarkan acara kesukaan Mingi, Upin & Ipin.

Yunho menyerahkan martabak ke tangan sang princess, untuk disimpan. Kenapa disimpan? Karena Mingi baru saja makan, jadi sudah kenyang. Yunho hanya tersenyum kecut.

"Mau minum apa?" Yunho menatap Mingi sebentar, kemudian memilih satu opsi yang dipikirkan otaknya.

"Minuman kesukaan lo aja deh Ncess," jawabnya dengan senyum ganteng. Mingi memerah, cepat-cepat pergi ke dapur tanpa bertanya apa-apa lagi.

Beberapa menit kemudian, Mingi telah kembali ke hadapannya dengan dua gelas susu cokelat, tidak ada cemilan, namun ada semangkuk besar ice cream mint choco. Mata Yunho mengerenyit, "kok ada mint choco Ncess?"

"Ini kesukaan gue juga, lo ga mau nyoba?" Yunho memperhatikan Mingi disampingnya, menyendok ice cream hijau dengan butiran cokelat tersebut ke dalam mulut, ekspresi Mingi mengatakan 'ini makanan terbaik di dunia.'

Yunho ikut menyendok ice cream hijau ke dalam mulutnya sendiri. Sedikit berjengit ketika rasa dingin tiba di lidahnya, dan semakin mengernyitkan dahi ketika rasa seperti pasta gigi melanda. Ia tidak suka, rasanya tidak sesuai seleranya.

Namun karena Mingi suka, maka Yunho harus rela. Apapun demi Princess Mingi.

"Mingi...."

Suara lirih Yunho menginterupsi Mingi yang menikmati ice cream pasta gigi. Kepalanya menoleh.

"Maaf ya, buat yang kemaren, sama kemarennya lagi." Mingi memiringkan kepalanya tanda bertanya, lalu kepalanya kembali ke posisi awal ketika ia mengingat kejadian itu. Wajahnya merah padam.

"Kenapa minta maaf Yun?" tangannya mengambil gelas susu miliknya sendiri, mengusap-usap telapaknya pada luaran gelas yang hangat. "Gue gak marah kok," lanjutnya dengan suara yang kecil.

Mata Yunho terbelalak.

Song Mingi adalah eksistensi paling gemas yang pernah dia temui selama ini.

"Beneran? K-kalo gitu, boleh gue peluk?" kegugupan yang tidak bisa dicegah. Jantungnya terpacu ketika Mingi menganggukkan kepala pelan.

Yunho mendekatkan tubuhnya, menjulurkan kedua tangan untuk merengkuh sang makhluk gemas. Kedua tangannya menempel pada punggung yang hangat, mempererat pelukan seakan tidak ingin si gemas menjauh. Dan Mingi membalasnya dengan senang hati, menikmati degupan jantungnya sendiri yang membentuk irama dengan degupan jantung yang lain.

Jeong Yunho benar-benar tidak menyesal telah melakukan saran dari Kakak birunya.

Princess [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang