04: Wedding party

241 32 1
                                    

Utahime sedang duduk di kursi, gara-gara taruhan dengan Satoru matanya dari tadi terus menatap ke arah para tamu yang datang. Alunan musik khas pernikahan mengalun lembut, acara inti segera dimulai di mana sang mempelai akan berdansa di tengah lantai dansa.

Tidak ada tanda-tanda Satoru akan datang, Utahime tersenyum senang, dan merasa menang. Ia kini beralih fokus menatap mempelai yang sedang berdansa, sesekali melambaikan tangan ketika matanya bertemu dengan sang mempelai wanita yang juga teman dekatnya.

"Utahime!" Utahime hafal itu suara siapa.

"Tidak mungkin..." Utahime menoleh ke belakang dan mendapati Satoru dengan setelan jas dan celana bahan berwarna hitam. "Bagaimana bisa?" Utahime tidak percaya.

"Aku temannya Suguru." Satoru tersenyum lebar, "Aku menang."

Utahime berdecak, padahal ia pikir ia akan menang, dari sekian banyak acara pernikahan bagaimana bisa mereka datang di acara yang sama, dan kebetulan Satoru teman sang mempelai pria. Sungguh takdir.

"Malam ini kau sangat cantik." Satoru menatap penampilan Utahime yang memakai dress berwarna putih sedengkul dengan pita merah untuk mengikat setengah rambutnya.

"Terima kasih ... ngomong-ngomong kenapa kau baru datang sekarang?"

"Tadi ada urusan mendadak."

Utahime mengangguk-angguk sambil menatap Satoru, Utahime akui pria yang sedang berdiri di hadapannya ini terlihat sangat tampan dan berwibawa. "Kapan kau akan memasak untukku?" tanya Satoru.

"Nikmati dulu acaranya, kita bisa bicarakan nanti."

"Kau jangan lari."

"Kau kan tau dimana aku tinggal, jadi aku tidak mungkin lari."

Satoru terkekeh, mereka lalu fokus menatap mempelai yang sedang berdansa, perasaan hangat mengalir di hati mereka ketika melihat dua orang yang saling cinta sedang saling tatap, tatapan penuh cinta, dengan tangan yang saling bertaut seolah hanya ajal yang bisa melepaskan tautan itu. Satoru menoleh ke samping, menatap Utahime yang sedang tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Senyum paling indah yang pernah Satoru lihat.

"Kau tahu, eh-" ucapan Utahime terputus karena saat menoleh ia langsung melihat Satoru yang menatapnya sambil tersenyum.

"Tahu apa?" tanya Satoru.

Utahime berdeham, "tahu tentang perjalanan mereka?" Utahime kembali menatap ke arah lantai dansa.

"Tentu aku tahu."

"Terlalu indah, aku sampai mau menangis kalau ingat."

"Tidak ada rencana untuk menyusul mereka?"

Utahime menatap Satoru, "belum, kenapa? Kau mau mengajakku?"

"Ya kalau kau mau."

Utahime terkekeh sambil memukul lengan Satoru pelan, "walaupun kau sedang bercanda, aku ingatkan tidak semudah itu."

"Kenapa tidak mudah?"

Utahime menghela nafas, "aku malas mau menjelaskannya, nanti merusak suasana hatiku."

Satoru menepuk-nepuk puncak kepala Utahime, "jangan sekarang...."

Utahime sangat benci ketika kepalanya ditepuk-tepuk lembut seperti tadi, bukan benci karena tidak suka, ia benci karena harus menahan kupu-kupu yang mendadak berkeliaran di perutnya. Sialan, batin Utahime, beruntung cahaya di tempat ini tidak begitu terang sehingga semburat merah di kedua pipi Utahime tidak begitu terlihat.

Satoru tersenyum masih sambil melirik Utahime, matanya tidak bisa lepas dari wanita itu, seolah Utahime adalah hal yang paling menarik yang pernah ia lihat di dunia ini. Bagi Satoru, Utahime lebih dari apapun.

Sweety Cakery Bakery // GojohimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang