08: Bantuan

238 27 4
                                    

Sudah 2 minggu sejak ciuman pertama mereka, hubungan Satoru dan Utahime berjalan dengan lancar. Saat ini Satoru dan Utahime baru pulang dari sebuah restoran yang tidak jauh dari apartemen Utahime, mereka jalan kaki menikmati suasana jalan di malam hari.

Satoru tidak melepas genggamannya sama sekali, Satoru tersenyum ketika Utahime mengayun-ayunkan genggaman mereka ke udara.

"Gojo."

"Ya?"

"Sampai sekarang aku masih tidak percaya kita akan sejauh ini,"

"Aku sih sudah menduga akan begini sejak pertemuan pertama kita," Satoru tersenyum pada Utahime.

Utahime mendongak untuk melihat wajah Satoru. "Kau sangat percaya diri." Utahime terkekeh.

"Itu harus, dalam sebuah hubungan."

"Jangan bicara seperti itu, ingat kau pernah lari." Utahime tertawa.

Satoru berdecak, "itu kan masa lalu, saat itu aku belum dewasa."

"Oh ya? Sekarang kau juga belum dewasa."

"Apa ... kau butuh bukti apa?" tantang Satoru.

Utahime tampak berpikir, "aku bercanda." Utahime tersenyum pada Satoru.

"Ayo jalannya lebih cepat!"

"Kenapa?"

"Aku tidak tahan untuk menciummu."

"Gojo!!"

.

.

Satoru dan Utahime baru masuk ke dalam unit Utahime, dan Satoru langsung mencium bibir Utahime, ia membawa tubuh Utahime ke sofa, dan Utahime duduk di pangkuan Satoru masih dengan bibir yang saling bertaut.

***

Ini pertama kali bagi Utahime dan Satoru berakhir dengan tanpa busana, Utahime tengkurap sambil menoleh ke arah Satoru yang sedang menghadap ke samping, menatap mata Utahime.

"Kau benar-benar cantik."

Jantung Utahime masih berdetak tidak karuan, Satoru mengusap bulir keringat di dahi Utahime dengan lembut. "Berhenti memujiku." Desis Utahime.

Satoru tersenyum lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Utahime.

"Oh ya, lain kali aku ingin ke makam tunanganmu."

"Mantanku.." sahut Utahime.

"Oh ya mantanmu,"

"Aku tidak tahu dia dimakamkan di mana."

Satoru menatap bingung Utahime, "bagaimana bisa?"

Utahime menghembuskan nafas berat, "dia kecelakaan saat pulang kerja, saat itu dia tidak langsung meninggal, sempat kritis beberapa hari di rumah sakit. Kemudian, keluarganya memutuskan untuk membawanya ke luar negeri karena merasa di sini tidak ada perubahan."

"Setelah lima bulan di luar negeri, aku ditelepon keluarganya, dia meninggal dan akan dimakamkan di sana."

"Sejak kecelakaan itu sebenarnya hubunganku dan keluarga mantanku menjadi renggang. Jadi, mereka seolah tidak peduli dengan hadir atau tidaknya aku. Bahkan mereka tidak memberitahu lokasinya." jelas Utahime.

Satoru mencerna cerita Utahime, "bagaimana kalau tiba-tiba dia muncul."

"Muncul bagaimana?" Utahime menautkan alis.

"Kau percaya dia sudah meninggal?"

"Walaupun aku belum pernah melihat jasadnya, tapi aku percaya, dia memang sudah pergi."

"Kalau misalkan tiba-tiba dia datang lalu-"

"Aku akan memilihmu." potong Utahime, "aku sudah memilihmu sejak ciuman pertama kita, aku tidak peduli dia kembali dalam bentuk seperti apa, kembali dalam bentuk seribu kali lebih tampan atau lebih seksi sekalipun, aku tetap akan memilihmu." Utahime mengusap-usap rahang Satoru sebelum mencium bibirnya.

Satoru melepas ciuman itu, kemudian tersenyum pada Utahime, "aku sangat beruntung dipilih olehmu." Satoru kembali menautkan bibir mereka.


***


Utahime terbangun ketika alarm di ponsel Satoru berbunyi, ini Sabtu pagi, kenapa alarm Satoru berbunyi. Utahime membangunkan Satoru, "Gojo, hari ini kau ada acara? Kenapa alarmmu nyala?"

"Ah maaf mengganggumu ya... Karena semalam kita sangat produktif aku sampai lupa menonaktifkan alarmku."

Utahime memukul pelan bahu Satoru, sementara pria itu hanya tersenyum lalu lanjut tidur.

Utahime meregangkan tangan ke udara, tubuhnya terasa sakit semua, ia butuh berendam di air hangat.

.

.

Setelah selesai mandi, Utahime langsung ke dapur, ia makan sereal dan susu sambil menonton podcast di ponselnya, tak lama Satoru ikut bergabung, Utahime bisa mencium bau sabun dari tubuh pria itu, tercium lebih segar padahal mereka memakai sabun yang sama. Satoru memijat kedua pundak Utahime lalu mencium lekuk leher Utahime sebelum duduk di sebelah Utahime.

"Mau kue?" tanya Utahime.

"Sereal saja." Satoru menuang sereal dan susu ke dalam mangkuk.

"Oh ya soal makam mantanmu," Satoru menunggu Utahime mematikan ponsel kemudian melihat ke arahnya, "kau tidak pernah bertanya dia dimakamkan di mana?" lanjut Satoru.

"Tentu aku bertanya, tapi tidak pernah dijawab dan tidak pernah dibalas."

"Aku semakin yakin mantanmu belum meninggal."

"Tapi, dia tetap pergi ... jadi bagiku sama saja," Utahime menghela nafas, "jahat dia membuatku rindu setiap hari."

Satoru mengunyah sereal sambil memandangi Utahime yang tiba-tiba melamun, "sedikit rasa saja pada mantanmu, masih ada?"

"Tidak ada," jawab Utahime, ''sepertinya ya..."

"Kau ragu."

"Tapi kalau disuruh memilih antara kalian ya aku tetap memilihmu, kita sudah bahas ini semalam, dan semalam aku menjawabnya dengan sungguh-sungguh bukan karena aku masih pusing karena milikmu."

Satoru tersedak, mengingat kejadian semalam membuat Satoru salah tingkah, bagaimana tidak salah tingkah kalau Utahime memuji dan mendesahkan namanya sepanjang malam, Utahime menuangkan segelas air untuk Satoru, "kau ... aku suka sisimu yang ini," ucap Satoru lalu mencium sudut bibir Utahime.

"Mau aku bantu mencari makam mantanmu?" tanya Satoru, ia sebenarnya tidak mau terlalu ikut campur, tapi ia cukup penasaran, apalagi ia tidak tega kalau melihat Utahime yang tiba-tiba melamun setiap membahas mantannya itu.

"Bisa?"

"Bisa, siapa nama mantanmu?"

Utahime menghela nafas berat, rasanya begitu berat untuk menyebut nama itu lagi, "Nanami Kento." Ini pertama kali ia menyebut nama itu lagi setelah dua tahun.


To Be Continued...

Tadinnya I want to make this part a little spicy, tapi tidak enak hati wkwkwkwkwk, yaudah jadinya gini aja... (☞゚ヮ゚)☞(☞゚ヮ゚)☞

Sweety Cakery Bakery // GojohimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang