Cooperate 2

19 3 2
                                    

Apapun keadaannya, pelajaran pasti akan kita dapatkan.

-Cooperate-

" Biar gue chek dulu."

"Eh" Ucap Nafisa, kaget. Ternyata laki-laki tadi masih ada disini, tepat di belakang motornya.

"Loh, kok masih ada di sini?" Tanya Nafisa sambil turun dari motor. Muka Nafisa murung, meratapi nasib motor kesayangannya yang tidak bisa menyala.

Tanpa menjawab pertanyaan Nafisa, laki-laki yang tidak Nafisa ketahui namanya berjalan mendekati motor Nafisa, mencoba menghidupkan, ternyata hasilnya sama, tidak bisa menyala.

" Kayaknya motor lo rusak akibat jatuh tadi." Ucap laki-laki tersebut yang sudah turun dari motor Nafisa.

" Ini, oli nya juga netes." Lanjutnya sambil menunjuk ke bagian bawah motor Nafisa.

Nafisa tanpak menghela nafas. Kenapa di saat genting seperti ini, ada aja halangannya.

" Di deket sini ada bengkel gak, ya?" Solusi satu satunya adalah bawa ke bengkel.

" Ada."

"Alhamdulillah, ya udah, Aku duluan ya ." Nafisa memposisikan tangannya ke stang motor, terlihat akan mendorong motornya, tapi berat, seperti ada yang menahannya.

"Kenapa?." Setelah Nafisa menoleh kebelakang ternyata laki-laki tadi yang menahan motornya.

" Biar gue bantu." Ucap laki-laki tersebut sambil berjalan di samping motor Nafisa. Melihat itu, Nafisa mulai bersuara.

" Eh, ga apa-apa, biar aku aja." Ucapnya menahan laki-laki tadi yang sudah menganti posisinya memegang motor.

" Udah gak apa-apa, ini karena salah gue juga, biarin gue bantu lo." Tanpa pikir panjang laki-laki tadi langsung mendorong motor Nafisa.

Nafisa yang melihat itu, memposisikan tangannya di bagian belakang motor, mencoba membantu mendorong motornya.

"Makasi ya." Ucap Nafisa tulus.

Setelah mendorong motor kurang lebih 10 menit, mereka sampai di bengkel, tapi ternyata bengkel tersebut tutup.

" Ya ampun, tutup." Ucap Nafisa, nelangsa.

"Mana bengkel masih jauh dari sini, hampir satu jam kalo harus jalan kaki" Ucap laki-laki tadi setelah menurunkan standar motor.

Nafisa, lagi dan lagi menghela nafas, mencoba bersabar atas musibah yang lagi menimpannya.

" Kalo boleh tau, lo mau kemana?"

" Mau ke rumah sakit."

" Rumah sakit deket sini? Kalo iya, gue antar aja."

" Bukan deket sini, tapi di bandung."

"Jauh banget."

Nafisa tidak menanggapi perkataan laki-laki di depannya. Ia mulai mendekati motornya, dan memposisikan tangannya ke stang, ingin melanjutkannya perjalanannya mencari bengkel, sebelum itu, Nafisa mengucapkan terimakasih kepada laki-laki di depannya.

" Sekali lagi makasi ya, udah bantuin dorong motor sampe sini, Aku mau lanjut nyari bengkel." Ucap Nafisa sambil menaikkan standar motor.

" Eh tunggu dulu." Ucap laki-laki tersebut menahan Nafisa yang akan mendorong motornya.

" Motor lo titip aja di rumah temen gue, deket sini rumahnya. Biar lo gue antar ke Bandung." Nafisa yang mendengar tawaran bantuan dari laki-laki tersebut tersenyum.

" Enggak perlu. Aku pulangnya bukan di sekitar sini, tapi ke Bandung, jauh." Tolak Nafisa halus. Meski Nafisa tau, mendorong motor dengan jarak yang jauh pasti akan melelahkan, itu bukan apa-apa, dari pada harus merepotkan orang yang belum di kenalnya, apalagi laki-laki, Nafisa harus selalu hati-hati.

" Gue gak ada niat buruk sama lo, jadi lo ga usah takut." Sepertinya laki-laki tersebut mengetahui alasan Nafisa menolaknya.

"Lo gak lihat ini udah jam berapa?" Lanjutnya. Nafisa langsung melihat jam di pergelangan tangannya, sudah sore.

" Di tambah sekarang mendung, mau hujan."

Nafisa tampak berfikir. Sekarang hari sudah mulai sore, ditambah awan yang berubah mendung pertanda hujan akan turun, sekarang saja angin sudah berhembus dengan kencang. Perjalanan ke bengkel pun masih jauh, jika Nafisa memaksa mendorong motornya ke bengkel banyak kemungkinan yang akan ia dapat, entah hujan yang akan membasahi tubuhnya, atau bengkel yang lagi-lagi tutup. Tapi, jika menerima bantuan dari laki-laki di depannya ini mengantarkan dirinya ke Bandung, Nafisa masih ragu.

" Udah gak usah ragu, gue pure mau bantu lo, motor lo kayak gini juga karena gue yang gak fokus bawa mobil." Terang laki-laki di depan Nafisa saat ini.

Nafisa kembali menghembuskan nafas, setelah berfikir kembali, sepertinya menerima tawaran laki-laki di depannya ini salah satu cara biar bisa cepat sampai ke Bandung.

" Tapi ini perjalanannya ke Bandung loh, beneran gak keberatan?" Nafisa ingin memastikan sekali lagi, perjalanannya masih sangat jauh, ia tidak ingin memaksa orang lain demi bertanggung jawab, padahal di sini keduanya sama-sama salah.

" Aman." Ucap laki-laki tadi yang langsung mendorong motor Nafisa.

" Kita putar balik, rumah temen gue ga jauh dari tempat awal kita tadi." Lanjutnya.

Nafisa pun menganggukkan kepalanya, sambil membantu laki-laki tersebut mendorong motornya yang merajuk.

---

Sekarang Nafisa duduk anteng didalam mobil laki-laki yang saat ini sedang menolongnya, setelah mereka sampai di tempat teman laki-laki di sebelahnya ini, mereka berbicara sebentar dengan pemilik rumah, menitipkan motor Nafisa, kemudian memutuskan langsung memulai perjalanannya.

" Tadi belum sempat kenalan, gue Galen." Kalimat pertama yang memecah keheningan yang tercipta di dalam mobil. Ucap Galen tanpa mengulurkan tangannya.

"Nafisa" Galen yang mendengar nama yang disebutkan oleh Nafisa tersenyum, nama yang indah, batin Galen.

Nafisa Tanazahra. Gadis sederhana, memiliki badan yang mungil, muka yang kecil dan memiliki senyuman yang teduh, membuat banyak laki-laki jatuh hati padahnya.

" Oh, Nafisa" 

" Kamu beneran gak keberatan Gal, nganterin Aku ke Bandung?" Tanya Nafisa menoleh kesamping, tepat dimana Galen sedang fokus mengendarai mobilnya, membelah jalanan yang dilewati satu dua mobil.

" Justru kalo gue gak nganterin lo ke Bandung, gue ngerasa bersalah banget. Motor lo rusak juga karena gue."

" Makasi banget ya Gal" Ucapan tulus dari Nafisa mampu membuat senyum tipis Galen terukir.

Galen hanya menanggapi ucapan terimakasih dari Nafisa dengan anggukan kepala. Kemudian dia menoleh kearah Nafisa.

"Ini, kita mau kerumah sakit mana?

" Astaghfirullah, Aku sampe lupa ngasih tau alamatnya, bentar" Ucap Nafisa sambil membuka tas yang ia bawa, mencari Handphone kemudian membukanya.

" Kerumah sakit ini." Nafisa menyerahkan handphone nya yang sudah ada share lokasi dari bude Jum tadi.

" Gue kasih sini ya?" Nafisa menganggukkan kepalanya, tanda setuju, kemudian Galen meletakkan handphone Nafisa pada phone holder yang tersedia.

Tidak ada percakapan lagi. Galen yang tengah fokus menyetir dan Nafisa dengan beribu pemikiran khawatirnya tentang kesehatan Sekar, ibunya.

Tanpa Nafisa sadari, sendiri tadi, Galen bebarapa kali melihat kearahnya, sebentar, seperti memastikan apakah perempuan disebelahnya, baik-baik saja atau tidak.

-----------

Hayy sobat wattpad kuhhhh!
Gimana part 2 kali ini?!!

Jangan lupa tinggalin jejak kalian, dengan cara, komentar dan vote!!
Makasiii🤎🤎

Seuuu part berikutnya!

CooperateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang