Cooperate 3

16 3 6
                                    

"Kita sholat dulu ya" Ucap Galen yang telah memarkirkan mobilnya dipekarangan masjid. Melepaskan Seatbelt nya, kemudian keluar dari mobil.

Nafisa ikut melepaskan seat belt nya, meskipun ia sedang tidak sholat, Nafisa ingin mencuci muka biar kelihatan lebih segar.

Setelah Nafisa selesai mencuci muka, Nafisa memutuskan untuk duduk di depan masjid, menunggu Galen yang sedang menunaikan ibadah sholat maghrib.

Nafisa melamun, memikirkan keadaan Sekar . Hanya Sekar yang Nafisa punya di dunia ini.
Hanya Sekar yang mampu membuat Nafisa bertahan dengan dunia yang kejam ini.
Dan hanya Sekar yang selalu menguatkan Nafisa disaat semua orang memandang mereka, rendah.

Tak sekali dua kali, banyak yang melontarkan kata pedas hanya karena Nafisa bisa kuliah. Menggunjing Nafisa yang tidak tahu diri, karena memiliki mimpi yang seharusnya ia kubur. Bahkan, Nafisa hampir termakan dengan kata-kata tersebut, tetapi Sekar--Bundanya, yang selalu meyakinkan Nafisa, bahwa Nafisa berhak atas pendidikan yang Ia impikan. Berhak atas masa depan yang selalu Nafisa semogakan. Sampai akhirnya, Nafisa berani mengambil langkah, berkuliah di Jakarta, meninggalkan Sekar seorang diri, di Bandung.

Tak bisa Nafisa cegah, air mata turun dengan sendirinya. Segera Nafisa menghapus air mata tersebut. Meyakinkan dirinya, semua akan baik baik saja.

Sebenarnya, Galen sudah akan menghampiri Nafisa, tapi ia urungkan, karena melihat Nafisa yang tiba-tiba menangis.

"Ayo" Ajak Galen, setelah dirasa Nafisa sudah tidak menangis.

Nafisa menoleh, melihat keatas, ke arah Galen yang berdiri disebelahnya. Galen tampak lebih segar, dengan rambut yang setengah basah, baju di lipat sampai siku, membuat kadar ketampanan Galen meningkat. Nafisa jadi teringat dengan Lia, sahabatnya, pasti lia akan menjerit histeris melihat laki-laki didepannya ini.

Kemudian keduanya berjalan beriringan, menuju mobil. Dan melanjutkan perjalanannya ke Bandung. Nafisa sekarang sudah tidak mengantuk lagi, karena sudah mencuci muka di masjid tadi. Sebenarnya Nafisa tidak suka dalam keadaan yang sepi seperti ini, tapi untuk memulai pembicaraan, Nafisa sungkar, takut Galen merasa risih.

Setelah hening beberapa lama, terdengar suara dari Galen yang memecah keheningan.

" Kalo gue boleh tau, yang lagi sakit itu siapa?" Tanya Galen tanpa menoleh kearah Nafisa.

Nafisa menghela nafas, kembali merasa khawatir dengan keadaan bundanya.

"Bunda ku Gal."

Galen yang akan bersuara, terhenti karena handphone nya berdering.

"Assal---" Galen yang akan mengucapkan salam harus terpotong karena suara seseorang yang begitu ia cintai.

"Kamu lagi di mana, Galen?! Katanya cuma mau ketempat Danang, sampe jam segini belum pulang, kamu lupa sama pesanannya bunda, ini temen arisan bunda udah pada dateng lo, Gal, tapi kamunya ga nongol nongol, kue titipan bunda mana!! Ya Allah, ya gusti" Omel Anisha-- Bunda Galen kepada anaknya.

Galen hanya bisa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

" Maaf bun, Galen lupa." Ucap Galen merasa bersalah. Tadi sebelum Galen pergi, Anisa meminta Galen untuk sekalian menggambil kue pesanan Anisa yang memang searah dengan rumah teman Galen, Danang. Tapi karena ada kejadian yang sama sekali tidak pernah Galen fikiran, ia menjadi lupa dengan titipan sang bunda.

"Lupa! lupa!. Pasti sekarang kamu lagi main kan sama Danang?!"

" Bunda seuzon terus, Galen lagi dalam perjalanan ke Bandung loh ini." Ucap Galen sambil menoleh ke arah Nafisa. Sedangkan Nafisa, kini merasa tidak enak dengan Bundanya Galen, karena gara-gara dirinya Galen melupakan pesanan bundanya.

"Apa!! Bandung?! Nenek kamu gak kenapa-kanapa kan Gal?" Tanya anisa berturut-turut. Karena rumah nenek Galen memang berada di Bandung, sehingga bisa membuat Anisa berfikir seperti itu.

"Emm, sebenernya Galen lagi tanggungjawab Bu----" Lagi-lagi harus kepotong dengan suara cempreng dari telepon.

"Apa!! Tanggungjawab! Kamu hamilin anak gadis mana, Galen!? Astaghfirullah, bunda cuma minta kamu ngambil pesanan roti, bukan bunda suruh bikin dedek bayi, cepat putar balik, bund---"

Nafisa yang mendengar hal tersebut, meringis, serem juga bundanya Galen.

Sedangkan Galen berusaha menghentikan omelan Anisa sebelum tambah parah.

"Bunda tenang dulu, oke?" Pinta Galen kepada Anisa. Terdengar suara helaan nafas dari Anisa.

" Jadi gini, tadi waktu Galen mau pulang, Galen hampir aja nabrak pengendara lain, untungnya, si pengendara bisa menghindar dari mobil Galen, tapi akibatnya, motornya rusak. Sedangkan dia mau pulang ke Bandung, jadi Galen anter dia ke Bandung, nanti sekalian ke tempat nenek." Ucap Galen mencoba menjelaskan kepada sang bunda.

"Astaghfirullah, ya gusti, Galen! Tapi kamu gak apa-apa kan?"

" Galen aman kok Bun." Balas Galen dengan nada yang lembut.

"Alhamdulillah kalo gitu. Coba kasih handphone kamu sama, sama siapa tadi yang hampir kamu tabrak?" Tanya Anisa.

" Nafisa Bun"

" Oh Nafisa. Apa! Nafisa?! Berarti perempuan yang hampir kamu tabrak Gal?!" Ucap Anisa lagi lagi dengan suara Khas ibu ibu yang lagi syok.

Galen hanya bisa meringis mendengarkan suara bundanya. Kemudian tanpa pikir panjang, Galen menyerahkan handphonenya kepada Nafisa.

Nafisa menerima handphone Galen dengan ragu-garu.

"Assalamu'alaikum tante."

"Waalaikumsalam, ya ampun nak, maafin anak tente ya, dia emang agak bandel, tapi kamu gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Anisa berturut-turut. Galen yang mendengarkan perkataan Anisa hanya bisa mengelus dada.

"Alhamdulillah aku baik-baik aja tan, ini juga gak sepenuhnya salah Galen, fisa malah berterima kasih karena Galen mau nganterin fisa ke Bandung." Balas Nafisa.

"Alhamdulillah, kalian hati hati ya di perjalanan"

Galen yang mendengar Nafisa memanggil dirinya sendiri dengan nama Fisa, tersenyum, lucu.

"Nafisa?"

"Eh, iya tan?"

"Boleh tolong kasih handphonenya ke Galen, tante mau ngomong sama dia." Pinta Anisa kepada Nafisa.

"Baik, tante."

Nafisa menoleh ke arah Galen yang fokus melihat ke depan, menyerahkan handphone tapi tidak kunjung di Terima oleh Galen.

" Fis, bisa tolong pegangin dulu, gue takutnya ga fokus kayak tadi, ini jalanan udah masuk kawasan lika liku." Pinta Galen yang di balas dengan anggukan oleh Nafisa.

"Tumben kamu bisa modus sama perempuan Gal." Goda anisa.

"Modus gimana si bun, ini lagi nyetir lo, bahaya."

"Alasan aja kamu ini."

"Apa sih Bun?."

" Jangan di apa-apain lo Gal, Nafisa nya."

" Bunda kenapa si?" Sambil melihat kearah Nafisa, tidak enak atas ucapan bundanya.

" Bunda bercanda, ya udah kalo gitu, kamu hati hati nyupirnya, jangan sampe nabrak orang lagi, assalamu'alaikum."

" Iya bun, waalaikumsalam."

Setelah sambungan terputus, Nafisa menyerahkan handphone Galen, tetapi handphone tersebut jatuh sebelum di pegang oleh Galen.

"Astaghfirullah." Nafisa menunduk, mengambil handphone Galen.

Tanpa Nafisa sadari, tangan Galen terulur, memegang dashboard berjaga-jaga agar Kepala Nafisa tidak membentur dashboard.

------

Cukup segini dulu part 3 nya, semoga kalian suka ya!

Jangan lupa tinggalin jejak kalian.

Ke pantai lihat penyu.
I love u buat pembaca ku yang unyu-unyu

CooperateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang