Bab 2 : Hadiah

493 59 2
                                    

Arissa membuka pintu rumah orang tuanya dengan senyum mengembang sempurna. Segera dirinya menuju ke kamar lamanya, di sana sebuah kotak yang telah ditunggu sejak tiga hari lalu, menanti untuk dibuka olehnya.

"Lo bilang mau istirahat, Kak." Seorang perempuan masuk ke kamarnya tanpa mengucap permisi.

Arissa yang tersenyum bahagia, seketika menghilangkan senyum tersebut. "Gue nggak punya alasan buat berhenti. Ternyata pernikahan nggak semanis itu," ucapnya kepada sang adik.

Zahiirah duduk di tepi kasur, menatap sang kakak yang kembali tersenyum bahagia sembari membuka kotak tersebut dengan sangat cepat. Itu adalah alat tulis dari sebuah merek ternama, bekerjasama dengan kakaknya untuk dipromosikan dalam bentuk video di sosial media.

Hanya sedikit orang tahu bahwa kakaknya ini adalah seorang artist di dunia maya. Sebab tak pernah memperlihatkan wajah, orang terdekat tidak pernah tahu akan hal itu.

Padahal, menurut Zahiirah, lukisan yang diciptakan oleh kakaknya sangat menakjubkan, pantas untuk dipamerkan, tetapi Arissa tak punya kepercayaan diri. Bahkan sampai menutupi kelebihannya itu dengan cara mengambil jurusan pendidikan saat kuliah, mengabaikan jurusan seni rupa.

"Gila, 36 warna," mata Arissa berbinar melihat spidol berwarna-warni itu, "fix, ini bakal wow, sih."

Zahiirah sudah biasa melihat kakaknya itu terkagum karena alat lukis yang baru. Sebagai seseorang yang membantu di belakang layar, ia pun berharap kakaknya tidak akan melepaskan kelebihan tersebut walau hanya sesaat.

"Kak," panggilnya pelan, meminta atensi.

"Hm?"

"Apa maksudnya pernikahan nggak semanis itu?"

Arissa seketika menoleh ke arahnya dengan pupil mata melebar. "Tadi gue bilang kayak gitu?"

Zahiirah mengangguk.

"Jangan pikirin," tegasnya, "karena semua pernikahan emang kayak gitu. Lagian, gue juga nggak bisa terus bergantung ke suami, kalau kayak gitu, kapan kami bisa punya rumah?"

"Tapi bukan berarti lo yang usaha, Kak," Zahiirah tidak setuju dengan pemikiran kakaknya, "barengan, setengah-setengah. Jangan beratnya di lo."

Arissa mengangguk paham. "Udah ceramahnya?"

Jika sudah mengucapkan kata-kata itu, Zahiirah harus angkat kaki dari kamar kakaknya, karena Arissa akan membuat video yang harus diunggah sesuai jadwal di akun youtube.

Mungkin akun youtube Arissa tidak sebesar yang lain, dari 400.000 pengikut saja, Arissa hanya memiliki sekitar 50.000 penonton setia. Bahkan tidak setengah dari pengikut.

Hal ini memang sudah biasa dialami para youtuber, tetapi Arissa percaya bahwa, jika konten yang diunggah menemukan pasarnya, maka ia akan bisa bertahan hidup sampai kapan pun.

"Oh ya, kalau ada apa-apa, jangan ketuk pintu kamar gue, karena gue lagi sibuk ngedit konten lusa," ucap Zahiirah, mengingatkan.

Arissa sebenarnya ingin protes dengan kerja adiknya yang lamban, tetapi mengingat adiknya itu mengimbangi dengan kuliah, maka Arissa hanya bisa diam dan menerima saja.

"Gue mau sekalian bikin dua konten, soalnya ide gue udah numpuk di kepala," balas Arissa yang membuat Zahiirah menghela napas kasar.

"Siksa gue, Kak! Siksa!"

Arissa tersenyum bahagia mendengarkan adiknya itu.

**

Menjelang sore Arissa kembali ke rumah karena mendapatkan telepon dari kurir bahwa barang yang dibelinya akan segera diantarkan ke rumah. Tentu ini membuat Arissa sangat bersemangat, ia pun sudah memesan kue ulang tahun untuk suaminya.

Kupilih Berpisah (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang