Bab 7 || Mengatur Strategi

13 5 0
                                    

Seper empat jam berlalu, Kevin telah sampai di depan rumah sembari mendaratkan sepeda motor terbang ke teras. Kemudian ia turun sambil membawa kantong kresek berisi enam kue manis.

Ting tong!

Suara bel itu berkali-kali ditekan oleh Kevin, kemudian Nemco membuka pintu.

Ceklek!

"Selamat datang, Tuan. Bagaimana  pekerjaan mu hari ini?" sapa Nemco dengan hangat.

"Pekerjaan hari ini cukup melelahkan, sekarang tutup pintu segera," balas Kevin seraya melepaskan dasi.

"Apakah tuan mau kopi? Baiklah tuan."

"Iya, aku mau es kopi susu."

Selepas mengobrol dengan Nemco dan telah menutup pintu, kini Kevin datang menghampiri Rara yang sedang membuat robot projek nya.

"Nak, gimana robot nya sudah selesai?" tanya Kevin dengan menempatkan roti manis di meja.

"Iya ayah, sebentar lagi selesai. Wah, roti manis kesukaan ku," balas Rara dengan serius, lalu ia semangat sebab menghirup bau roti manis yang tidak asing dari nya.

"Ya sudah, kalau begitu. Kita makan dulu yuk, nanti sudah kelar baru kamu lanjutkan bikin projek robot terbaru," ajak Kevin.

Rara pun mengangguk sambil tersenyum, kemudian mereka berdua bergegas menghabiskan keenam roti manis itu. Lalu Nemco datang menyiapkan es kopi susu Kevin.

"Nih tuan, kopinya," ucap Nemco menyodorkan segelas kopi susu.

Kevin pun langsung mengambil segelas kopi, "Terima kasih, Nemco."

Nemco mengangguk sambil tersenyum di balik monitornya. Selanjutnya mereka berdua bergegas menghabiskan roti manis. Usai menyantap roti, Rara lanjut mengerjakan projek nya sedangkan Kevin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh agar tetap bersih.

***
Kota Azaria 2.0. Arjen masih berdiri di langit-langit sambil melamun dengan melihat Nico dan Retri, namun ia tidak sadar kalau mereka berdua telah lama pergi meninggalkan tempat itu, ditambah ratusan robot telah bersih oleh perlakuan mereka dengan mengubah menjadi partikel batu hitam.

"Lah, Nico dan gadis anonim itu pada ke mana? Terus ke mana semua robot berserakan bisa sebersih ini? Sialan, kenapa aku masih melamun kan mereka berdua, harusnya aku cegah mereka langsung?! Sepertinya malam ini atau besok bakalan ada kejadian besar, aku harus berjaga-jaga. Tapi, ah terserah selagi ada robot FBI dan Profesor Wolfie Jay aku tidak akan bertekad seperti ini. Kalau aku melakukannya, nanti adikku mau makan apa?" Arjen dilema.

Usai berbicara sendiri, Arjen melanjutkan perjalanan pulang ke rumah untuk menemui Aura, tidak lupa ia membawa sisa kue yang dikasih oleh pemilik toko nya.

***
Kota Zaitun 2.0. Nico Westly dan Retri telah sampai kembali ke markasnya. Mereka sangat senang sebab telah mendapatkan partikel batu hitam dengan jumlah ratusan di Kota Azaria.

"Yes, akhirnya kita telah berhasil mendapatkan nya, Retri. Terima kasih yah karena telah membantu ku," ucap Nico kegirangan.

"Iya, Nic. Justru aku yang berterima kasih dengan mu, gara-gara kamu, aku jadi banyak dapat pengalaman. Baiklah, selanjutnya kita akan mau ke mana lagi? Untuk membalas dendam pada Wolfie Jay, seharian ini aku tidak melihat identitas Wolfie Jay itu seperti apa?" tanya  Retri.

"Aku senang kalau kamu sudah banyak mendapatkan pengalaman. Besok kita akan pergi ke kota pinggiran untuk menculik beberapa robot FBI dan nantinya kita bisa mengubah mereka menjadi partikel batu hitam. Semakin banyak partikel batu hitam, makin banyak kita  menghancurkan semua perangkat robot di dunia ini. Baiklah aku akan perlihatkan identitas Wolfie Jay," balas Nico.

Kemudian Nico mengambil selembaran foto Wolfie Jay, lalu ia memperlihatkan pada Retri, "Ini dia, Wolfie Jay."

"Ini serius Wolfie Jay, kok dia kelihatan tua. Dari fisiknya aja sudah bisa dikalahkan." Retri menyindir.

"Iya, dia memang tua. Tapi, IQ nya itu lebih dari manusia normal. Ditambah ia mempunyai robot-robot baru yang masih dirahasiakan hingga sulit untuk mengalahkannya. Keamanan robot FBI diperketat, ratusan robot dipimpin oleh lima jenderal dan Jenderal Kunjito adalah orang terdekat dengan Wolfie Jay."

Retri diam sejenak sambil mendengarkan penjelasan Nico Westly, tentang Wolfie Jay, keamanan dan robot FBI segala.

"Baiklah, aku mengerti apa yang kau katakan. Kalau kita tidak bisa menyentuh Wolfie Jay, apakah bisa menghancurkan barang kekuasaannya. Katanya ia menggunakan listrik tenaga Cereptopia, apakah kau tau di mana keberadaan Cereptopia?" tanya Retri.

"Nah kalau keberadaan Cereptopia, aku tidak tau menemukan nya, kecuali kita menculik dari beberapa jenderal untuk mencari keberadaan Cereptopia. Namun, sebelum menculik kita kumpulkan dulu semua partikel batu hitam ini, baru bisa beraksi. Terima kasih sebab telah memberi saran kepadaku," balas Nico.

Kini Retri mengangguk dan tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh Nico, karena Nico, ia tahu semua dengan perubahan dunia ini.

***
Sepuluh menit berlalu, Arjen telah sampai di depan rumah dengan menggunakan sepeda listriknya yang berhenti ke teras rumah.

Ting tong!

Suara bel terdengar dengan nyaring, lalu Chibli membuka pintu untuk menyambut kehadiran Arjen.

Ceklek!

"Selamat datang di rumah, Tuan," sapa Chibli.

"Terima kasih, Chibli. Sebab telah menyapaku dengan baik," balas Arjen.

Chibli tersenyum lewat balik monitornya. "Apakah tuan, mau minum?"

"Iya, Chibli. Aku mau teh matcha aja, oh iya adikku Aura ada di mana?"

"Baiklah, Tuan, nanti saya segera buat. O, kalau Nyonya Aura lagi ada di kamar sedang bermain game online."

"Haduh, tuh anak bukan bersih-bersih bantuin Chibli, tapi masih saja bertingkah kayak anak kecil."

Selama Arjen sibuk membicarakan Aura, kini ia kembali mengingat dengan perkataan almarhum Arsen.

"Nak, setelah kepergian papa. Tolong jaga adik mu dengan baik. Anggap saja adik mu itu sama seperti ibu mu," ucap Arsen.

"Kenapa papa berbicara seperti itu, papa tidak akan pergi meninggalkan kami berdua. Papa tetap ada untuk kami baik suka maupun duka. Tolong berhentilah berbicara seperti ini papa."

Kini Arsen merangkul Arjen dan Aura sambil meneteskan air mata, sebenarnya Arsen selama ini sering batuk -- mengeluarkan darah, itu sudah pertanda bahwa beberapa hari lagi ia akan pergi meninggalkan dunia ini selamanya. Selepas satu minggu mengobrol, Arsen terbaring di kamar -- tidak bisa bergerak lagi dan Tuhan telah membawanya kembali.

"Pa, bangun pa, tolong jangan tinggalkan kami," ucap Arjen dan Aura yang tak berhenti menangis sebab telah kehilangan kedua orang tua tersayang.

***
Selepas mandi, Kevin dengan tubuh telanjang setengah badan dan handuk melilit di pinggul datang menghampiri Rara yang sibuk mengerjakan projek.

"Nak, kalau robot mu sudah jadi, mau dinamakan apa?" tanya Kevin.

"Mau aku namakan Xtrobot, robot pengendali senjata. Di mana ada bahaya ia selalu bergabung menjadi satu dengan tubuhku, lalu melindungi ku dari marabahaya," balas Rara.

"Woah, pantas saja kamu selalu sibuk dengan robot ini nak. Semoga karya mu sangat bermanfaat untuk dirimu, ayah bangga pada mu nak."

"Terima kasih banyak, Yah. Atas dukungan nya."

Kevin menepuk rambut Rara. "Tetap semangat dan jangan pantang menyerah. Ya sudah, ayah mau tidur dulu yah. Ayah sudah capek ditambah tubuh sudah pegal-pegal, ayah minjem Nemco untuk urut tubuh yah. Selamat malam, Nak," ucap Kevin mencium kening Rara, lalu ia pergi menuju kamar tidur sambil membawa robot Nemco.

"Iya, Ayah. Selamat malam."

Invalible V (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang