Setelah meninggalkan Kota Azaria 2.0 dan pergi dari pengejaran ketiga helikopter. Nico dan Retri berangkat menuju ruang rahasia nan berhubungan rumahnya. Di dalam ruangan itu, adalah tempat Nico menciptakan alat-alat penemuan terbarunya selama bertahun-tahun.
"Sekarang kita ada di mana?" tanya Retri.
"Ini gudang ku, memang terlihat kumuh, tapi di sini lah aku bisa menciptakan semua robot," balas Nico.
"Baiklah, kita datang ke sini mau ngapain?"
"Kita akan menyelamatkan diri, beberapa hari di sini. Lalu mencari puluhan partikel batu hitam menjadi ratusan ribu, agar mampu menghabiskan semua robot FBI dalam sekaligus."
Retri pun diam sambil mendengarkan ocehan Nico, namun apa yang ia katakan memang ada benarnya. Ia mulai menyadari kalau dirinya sangatlah beban untuk menghadapi puluhan robot FBI.
"Aku ingin tahu semua tentang perkembangan di dunia, setelah sepuluh tahun terjebak dalam bola kaca yang sangat kuat dan dipenuhi oleh air membuat ku sedikit pasrah. Untung saja Nico datang menyelamatkan nyawaku, andai aku punya sihir kembali mungkin dunia telah lama aku kuasai, tapi tadi aku tidak menemukan keberadaan Arslan. Sebenarnya Arslan ada di mana? Mengapa ia tidak ikut hadir kalau ada kekacauan? Apakah dia mati atau dia menyamar dari beberapa robot itu? AAAAHH ... aku bingung, dengan dunia ini," batin Retri.
Selama Retri sibuk melamun, Nico malah sibuk memperbaiki senjata yang telah ia ciptakan dan menambah beberapa partikel batu hitam, namun ia tidak punya bahan untuk membuatnya. Cara terbaik adalah menghancurkan robot FBI, lalu menculik tubuhnya dan hancurkan menjadi partikel.
"Retri, nanti malam apakah kau mau ikut denganku?" panggil Nico.
"Astaga, iya Nic ada apa? Hah, mau ke mana?" kaget Retri.
"Kamu kenapa? Lagi mikirin siapa? Nanti malam kita pergi ke Kota Azaria untuk mengambil robot FBI nan sudah kita hancurkan, dengan tubuh mereka kita bisa memperoleh banyak partikel batu hitam."
"Enggak ada apa-apa, aku hanya penasaran dengan isi ruangan rumah ini. Apakah nanti malam kita pergi ke sana, akan baik-baik saja dan tidak terdeteksi robot FBI?" Retri berbohong.
"Oh begitu. Santai kau tidak usah takut, robot FBI tidak seketat itu, mereka akan datang bila kota mereka diretas atau dirusak oleh manusia, nanti kita pergi dengan nyamar menggunakan jubah ini," balas Nico.
"Kau memang benar-benar cerdik, Nic. Aku saja tidak kepikiran, ditambah kau punya banyak segala cara untuk menghadapi robot."
"Tapi, aku nggak sekuat kamu Retri yang bisa menghabiskan seluruh umat manusia, hingga itulah aku membutuhkan diri mu. Kau adalah iblis satu-satunya nan masih bertahan hidup di dunia sekarang."
"Aku adalah iblis terpayah dan tidak punya kekuatan lagi, Nic. Hanya ada kamu, aku bisa ada di sini. Maafkan aku sebab merepotkan mu."
"Iya, kau tidak usah pesimis. Nanti kita bekerja sama lagi untuk mendapatkan kekuatan mu, agar kamu semakin kuat seperti dulu. Ini tidak seberapa justru aku yang berterimakasih banyak kepada mu."
Selepas saling mengobrol, mereka sudah mempersiapkan rencana matang nanti malam untuk mencuri beberapa robot FBI di Kota Azaria 2.0.
***
Kantor Cereptopia Com. Jenderal Kusumo telah sampai di pusat kota dengan menggunakan helikopter, ia turun dan pergi menuju kantor untuk menemui Jenderal Kunjito dengan tujuan berbicara pada Profesor Wolfie Jay atas kelengahan nya."Kau ke mana saja sih? Aku sudah lama menunggu mu?!" kesal Jenderal Kunjito.
"Maafkan aku, Pak. Aku lagi ada kendala dengan anak prajurit ku, lalu robot-robot kita banyak dikalahkan oleh Nico dan anonim," balas Jenderal Kusumo.
"Hum, baiklah kalau begitu. Ayo ikut ku untuk menemui Profesor Wolfie Jay di lantai paling atas," ajak Jenderal Kunjito dengan menghela napas panjang sambil mengatur emosi tetap stabil.
Sampai di lantai paling atas dan baru keluar dari lip. Jenderal Kunjito dan Kusumo melihat Wolfie Jay yang sibuk melihat kaca kantor untuk memperhatikan beberapa kota, kemudian langkahan kaki mereka datang menghampiri nya dengan keadaan pasrah.
"Jenderal Kusumo Warma Wijaya, bagaimana soal Nico dan cewek anonim itu? Apakah kamu sudah berhasil mendapatkan nya, lalu di mana mereka berdua?" tanya Wolfie Jay yang masih menghadap kaca, sembari membalikan ke hadapan mereka berdua.
"Maafkan aku, Pak. Soal Nico dan cewek anonim sudah berhasil melarikan diri, sekarang aku tidak menemui keberadaan mereka berdua," balas Jenderal Kusumo pelan.
"Apa kau bilang? Kamu itu jenderal bintang empat, masa kamu tidak berhasil mendapatkan mereka berdua?! Apa gunanya fasilitas senjata yang telah kuberikan semua kepadamu? Kau ini kerja dengan becus tidak, Apakah kamu tidak malu soal jabatan mu sendiri? Dari sekian kalinya, kita tidak pernah gagal menghadapi musuh, dasar jenderal tidak berguna?!" kesal Wolfie Jay.
"Tapi, mereka cepat sekali, Pak. Tolong maafkan aku dan beri kesempatan lagi untuk bekerja, aku berjanji tidak akan mengingkari nya."
Wolfie Jay menghela napas panjang, lalu berbicara dengan kepala dingin.
"Baiklah kalau begitu, aku akan memberi kesempatan lagi kepada mu. Tetapi, kalau kau masih melanggar keinginan ku, kau akan dipecat seumur hidup dari pekerjaan ini."
"Ba-baiklah pak, aku akan bekerja dengan berusaha lagi." Jenderal Kusumo menelan air liur.
"Bagus kalau begitu, sekarang lanjutkan pekerjaan mu. Aku sudah muak melihat wajah mu itu?!" Wolfie mengusir Kusumo.
Jenderal Kusumo pergi meninggalkan Jenderal Kunjito dan Profesor Wolfie Jay di kantor.
"Jenderal Kunjito, tolong ambilkan handuk dingin untuk meredakan kepala ku yang panas ini," pinta Wolfie Jay.
"Baiklah, Pak. Saya ambilkan segera," balas Jenderal Kunjito.
***
Setelah seharian menginput data dengan secara mendadak, kini Kevin melanjutkan makan sebab hari sudah siang. Sembari menyantap nasi bakar, kini ia masih kepikiran soal kehadiran Retri."Mengapa, anak itu masih bisa bebas? Sepertinya aku harus segera menghabiskan nya, sebelum Pulau Diamond 2.0 dihancurkan. Tapi, aku tidak bisa menggunakan senjata ku secara ilegal di tempat ini, sebab aku telah berjanji pada Rara untuk tidak sembarangan menggunakan alat buatannya. Sekarang anak itu ada di mana, yah?" heran Kevin.
Selama Kevin sibuk menyantap makanan, kini Akbar rekan kantornya datang menghampiri Kevin.
"Yoo, bro lagi ngapain?" sapa Akbar sambil memukul belakang tubuh Kevin.
"Ffftt! Sialan, aku lagi makan anj*Ng?!" kesal Kevin.
"Heh ... maaf aku nggak tahu, eh, nanti malam kita karaoke bareng yuk. Di situ aku sudah banyak bawa cewek-cewek cantik, lumayan untuk menghibur kita sambil cuci mata," ajak Akbar.
"Em, kayaknya aku nggak bisa bro. Kalau aku keluar tanpa izin anakku, nanti aku malah kena marah. Malam-malam ini anakku sibuk mengerjakan projek nya, jadi aku nggak bisa keluar sembarangan. Kamu enak masih bujang tua, aku sudah duda kan beda sistemnya."
"Waduh, kau ayah yang baik dan takut anak. Jangan bilang dulu kau takut dengan almarhum istri mu."
"Bisa diam nggak, nanti aku pukul."
"Heh, bercanda bro. Jangan terlalu serius."
"Sudah pergi sana, bikin kesal aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Invalible V (Terbit)
FantastikSetelah puluhan tahun, kini Pulau Diamond dan Pulau Sky telah bersatu hingga membentuk Pulau Diamond 2.0 yang didirikan oleh Datuk Wolfie Jay. Selain itu ia menciptakan Cereptopia sebagai sumber tenaga listrik pertama dengan menggunakan chip hingga...