Jimin masuk kedalam apartemen nya membuka jas yang dia gunakan menggantungkannya dengan rapi dan menyimpan tas nya dengan perlahan, dia mengambil handuk dan membasuh dirinya.
Dia tersenyum menatap dirinya di pantulan kaca."Kau mengabaikan ku dan kau sangat fokus pada pria seperti vampir itu"
"Dia kakak Jungkook"
Sekelebat ingatan pertama kali dia melihat Suga terlintas di pikirannya.
Sejak saat itu Jimin bahkan setiap waktu selalu mencari tahu apapun tentang Suga, bahkan dia tau semua kegiatan Suga selama di kampus, hingga saat Suga lulus di universitas dia pertama kalinya melihat Suga bersama seorang manja cantik dan berfoto dengan Suga menggunakan pakaian kelulusannya, Jimin yang tadinya sudah memberanikan diri untuk menyapa Suga atau sekedar memberi selamat menguap begitu saja. Jimin sempat berfikir jika itu adalah adik Suga, tapi begitu mendengar dia memanggil dengan sebutan Daddy dia berfikir jika itu adalah kekasihnya, karena sangat tidak mungkin Suga sudah memiliki anak yang hampir seusia dengan nya.
Karena itu Jimin akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi nya di Jepang agar dia tak pernah lagi memikirkan manusia Vampir yang dia kagumi selama ini."Ck, kau begitu menyedihkan Jim, sadarlah berapa lama lagi kau akan tetap menyukai bajingan itu, dia bahkan tak memiliki hati, lalu apa yang kau harapkan darinya?" Ucap Jimin pada pantulan cermin dirinya.
Sempat terdengar pintu apartemen terbuka, Jimin tak kaget mungkin saja itu adalah Yeonjun karena dia tinggal bersama Yeonjun.
"Jun kau pulang?" Teriak Jimin.
Tak ada jawaban dari luar.
"Apakah kau sudah makan?"
Masih tak ada jawaban apapun.
"Yak bodoh jawablah"
Jimin heran tidak biasanya Yeonjun tak menjawab ucapan Jimin.
"Apakah pencuri? Atau pembunuh?" Jimin bergumam dan berfikir sebentar.
"Ck bahkan kamarku memiliki kode, bagaimana bisa pencuri masuk, yah kecuali dia adalah pencuri yang handal, tapi apa yang mau dia curi dari sini? Atau dia pembunuh" Jimin menutup mulutnya.
"Dia akan membunuhku, karena aku adalah orang yang kenal dengan Suga? Karena dia adalah Mafia, dia pasti memiliki banyak musuh" Jimin semakin ketakutan dan bergegas memakai piyama yang sudah dia bawa.Jimin perlahan membuka pintu kamar mandi dan melihat seseorang duduk di sopa dan menonton televisi, Jimin mengendap-endap dan mengambil pisau lalu di arahkan ke leher orang yang menurut Jimin adalah penjahat.
"Lakukanlah dengan sangat pelan jika langkahmu begitu kasar kau bisa mati terlebih dahulu" orang itu mengambil pisau yang Jimin todong kan dan membalik keadaan hingga Jimin yang dalam bahaya.
"Su-suga. Bagaimana kau bisa masuk?"
"030993 bukankah itu terlalu mudah?" Suga menyimpan pisau di meja dan kembali duduk menyamankan posisinya.
Jimin membuang nafas kasar dan membenarkan pakaiannya.
"Bodoh" gumam Jimin pelan mengutuk kebodohannya.
Bagaimana bisa dia selalu menggunakan tanggal lahir Suga sebagai kode apapun yang dia gunakan."Siapa Jun?" Tanya Suga
"Bukan urusanmu"
"Benarkah?" Suga menatap Jimin tajam.
"Yak-" Jimin membentak Suga
"Kenapa kau ingin tau, siapa kau yang mau ikut campur urusanku?""Siapa aku untukmu? Apa aku tak berhak tau?"
"Kau-" Jimin membuang nafas kasar dan memalingkan wajahnya dari tatapan Suga.
"Aku membencimu, sebaiknya kau pergi dari tempatku""Ternyata tak ada bedanya kau dengan orang-orang yang selama ini aku temui, mereka baik padaku jika hanya ada maunya saja, dan saat tak ada yang mereka inginkan lagi, maka mereka akan membuang ku begitu saja, Tuan Jeon benar tak ada satupun orang yang bisa di percaya" Suga lalu berdiri dan hendak pergi.