Prolog

195 8 1
                                    

Bruk..
"Aww, shhh" sambil mendesah dan mengumpulkan barang yang tercecer dibawah kakinya, ia ingin mengumpat kepada siapa saja orang di depannya yang jalan tidak melihat arah yang benar. Dia gadis bernama Anaya, berusia 25 tahun sedang meniti karirnya menjadi Asisten pribadi bos paling perfeksionis dari sebuah perusahaan Internasional. Harus berjalan mondar- mandir untuk menyelesaikan semua tugasnya yang tiada henti.

Tiba- tiba Ia merasakan elusan di kepalanya, sambil mendongak ingin memarahi siapapun yg berani menabraknya dan memegang kepalanya

"Semoga engkau mengubah takdirnya..." Ucap lelaki tua di depannya. Semua sumpah serpah yang ingin keluarpun terpendam karena melihat orangtua di depannya. Meskipun dia sangat jengkel, tapi didikan orangtuanya yang mengajarkan untuk tetap sopan kepada orang tua harus tetap dijalankan.

"Hati- hati ya kek, lain kali kalo misal jalan lihat didepannya ya. Takutnya nanti ada yang kakek tabrak dan gak terima" memang tadi dia berjalan di trotoar menuju kantornya, karena ojeknya terlalu bersemangat hingga blabas ke halte bus, jadi ia harus jalan kaki untuk kembali.

Dia menunggu jawaban dari sang kakek, namun hanya senyuman yang didapatkan. "Ih ngeri si kakek. Senyum senyum" dalam hati dia membatin dan bergegas mengumpulkan kembali semua barangnya yang bercecer. Karena takut telat akhirnya ia berpamitan dan meninggalkan orangtua tersebut. Namun, sampai depan loby kantorpun ia masih melihat orangtua masih menatapnya dan terus tersenyum

"Pak Gik, lihat kakek itu gak sih? Horror banget. Masak dari tadi lihatin Saya terus" adunya kepada satpam penjaga di loby yang sering berbagi makanan dengannya

"Lah, yang mana neng?"

"Ih, itu loo. Loh, barusan masih disana kok" sambil memandang sekeliling berharap menemukan orang tersebut, namun nihil tiba- tiba saja sang kakek menghilang

"Si Eneng mah, bisa aja. Orang dari tadi gak ada orang disana. Saya cuma lihat eneng tiba- tiba jatuhin tas. Udah kayak pelem aja, nunggu pangeran aja ini yang tiba-tiba Dateng. Hahahaha"

"Idih... Udahlah pak... Takut telat. Bye" sambil menawan gondok diapun berlalu. Dan mencoba mengenyahkan bayangan kejadian pagi ini
*******
Jangan mama... Sakit mama...

Teriakan anak- anak memenuhi pendengaran Anaya. Samar- samar ia melihat pemandangan yang menyayat hati, dimana seorang perempuan sedang mencubit, memarahi dan melakukan kekerasan terhadap anak kecil didepannya.

Ia yang tak tega dengan kondisi tersebut tak kuasa untuk meneteskan air matanya. Tiba- tiba sang anak memandang ke arahnya, seketika mereka saling menatap dan Anaya terpaku dengan netra itu. Tak lama, sang wanita yang melakukan kekerasan memandang kearahnya, mereka saling menatap hingga semua gelap

My Best MamaWhere stories live. Discover now