Alas tipis, pelarian penatku,
Ku rela berlama-lama tiada berbuat apa-apa,
Tempat menebar ragam keluhku,
Ku rela jika hanya ruang ini sebagai saksi matanya.Semua berubah setelah detik melalui matahari,
Jebakan ini tak mengizinkanku untuk berlari,
Rangkaian kecemasan menari-nari,
Tak pedulikan diri sampai dini hari.Debu mulai menampar masa lalu,
Terpukul dan mengebul bergerak tak tentu,
Berterbangan kenangan merasuk dalam pikiran,
Entah menuju mana, ia menghancurkan khayalan.Kasurku yang kasar semakin gencar mencemoohku,
Dinding ruang mulai berbisik kepadaku,
"Dia adalah masa lalumu"
"Awasi lukamu"Sejak saat itu,
Matahari ku buat sibuk,
Ketika malam mulai larut,
Sisa tenaga yang mengkerut,Harapku,
Malamku tiada yang menggenang,
Kasurku tempat istirahatku,
Bukan tempatku mengenang.
